Listen to many voices, but speak with your own

“Until your mission is an obsession, nothing will change in your life.” – Robin Sharma

Deep down we already know what we want but we always love shallow water because it gives us some kind of temporary comfort and stability.

Deep down we know where we want to go but we have convinced ourselves that there is no way of getting there.

Deep in your heart, you already know what feels right for you and you will never find peace within until you listen to your heart.

Your feelings are your truth.

No one knows what’s best for you than you. No one else can understand your internal motivations for why you do what you do.

The moment you start to wonder if you deserve better, you really do.

When someone tells you it cannot be done, it is more a reflection of their limitations~.

They are telling you their story, not yours.~

People have the right to their opinions, and you have the right to ignore them too.

When you put people’s opinions of you on a pedestal you open yourself up to doubts and fears.

Listen to many voices, but speak with your own.

Time is going to pass no matter what we do or fail to do.

Our life and destiny are shaped by the decisions we make and the actions we take or fail to take.

Remember: Even if you choose not to decide you have still made a choice!

Something to think about~.

Thank you Mousa Al-Bharna

Jember, Tuesday, 22022022

Share this:

11 Resolusi 2022 Rancangan Perspektif Diri

“Tetaplah bergeraklah, hadapi, dapatkan solusi dan selesaikan segala persoalan agar hati dan pikiran kita tak punya waktu untuk mengeluh.”. – jeffreywibisono.com

Siapa sangka, keputusan saya keluar dari Bali – memindahkan basis kerja ke kota Malang, Jawa Timur pada 21 Agustus 2021 – membawa saya mendapatkan kesempatan bekerja di Kabupaten Jember. Kesempatan menjadi General Manager Hotel berbintang 4 saya ambil sekali lagi sejak 1 November 2021.

Memasuki tahun 2022, seperti tahun-tahun sebelumnya, kita selalu menaruh harapan-harapan terhadap yang lebih baik. Meskipun banyak rencana yang sudah kita godog di 2020 harus di re-schedule di tahun 2021, karena pandemi COVID-19 menjadi berkepanjangan dengan tambahan varian-varian mutant. Mau tidak mau, wabah dunia menuntut kita untuk berpartisipasi melakukan kontrol ketat dan menomorsatukan hidup SEHAT jiwa dan raga.  Sehingga sebagian dari kita mulai enggan menyusun resolusi untuk masuk 2022. Buat saya, pasrah tanpa melakukan usaha untuk diri sendiri dan orang lain tentunya adalah ke-sia-sia-an menjalani hidup yang menghidupi dan menghidupkan. Walau diri kita masing-masing kalua dilihat hanyalah satu noktah di alam semesta. Marilah kita menyadari tetap kecil tetapi bisa memberi arti.

Saya sendiri percaya jika sepanjang tahun 2022 semua akan jauh menjadi lebih baik apalagi dengan optimism ditambah upaya kerja keras. Jika sebelumnya kita berfokus pada kesehatan dan kondisi keuangan, maka tidak ada salahnya untuk membuat daftar resolusi dengan tujuan yang sama.

Fokus saya pada beberapa opsi yang nyaman untuk diri sendiri, logis, realistik dan terukur. 11 Resolusi yang memungkinkan untuk saya lakukan dan berharap benar-benar akan berdampak pada keseharian sepanjang tahun.

Dan 11 Resolusi saya di tahun 2022 adalah

  1. Open to work menjalani pekerjaan tetap di Jember, selain mendapatkan ijin untuk tetap menjalani freelance sebagai mentor yang berkontribusi terhadap pendidikan di Indonesia. Fokus mentoring ke keilmuan perhotelan Technology for Humanity dengan major Customer Service dan  Digitalisasi Salesmanship.
  2. Merancang ulang anggaran finansial. Memasuki 2022 dengan kondisi income dan ekonomi yang mulai stabil. Harus semakin bijaksana dalam pengelolaan keuangan.
  3. Melakukan olahraga ringan, hanya yang saya sukai. Yaitu jalan-jalan keliling kota ditambah porsi kembali nyebur ke kolam renang untuk low impact exercise.
  4. Mencoba memasak satu ide baru setiap minggunya
  5. Lebih rutin menulis untuk jeffreywibisono.com dan namakubrandku.com. Sharing manfaat untuk tambahan pemasukan diri sendiri dan orang lain.
  6. Bergabung dengan komunitas yang sesuai dengan passion. Antara lain Digital Marketing dan organisasi humanisme.
  7. Membuat jadwal membersihkan dan merapikan rumah membuat lebih fresh look dan nyaman dipandang, apalagi dihuni.
  8. Membuat jadwal merapikan dapur.
  9. Mengatur tanaman hijau dan tanaman hias. Gardening.
  10. Melakukan perjalanan mengunjungi keluarga, sanak-saudara, handai taulan dan sahabat-sahabat.
  11. Jelajahi Hobi baru

Bagaimana dengan resolusi teman-teman great people, bro en sist?

Salam sehat sejahtera seger waras untuk semua dan semoga sukses menjalani tahun 2022 dan tahun-tahun selanjutnya.

Jember, 30 Desember 2021

Jeffrey Wibisono V. 

Praktisi Perhotelan, Consultant Hospitality Industry di Indonesia 

Share this:

Jember Itu …

Destinasi Fashion Carnaval kelas dunia yang masuk tahun ke 20, pada tahun 2021 ini. Fashion Carnaval (JFC) tetap digelar walaupun Dynand Fariz, pendiri sekaligus Presiden Jember Fashion Carnaval (JFC) meninggal dunia karena sakit pada 17 April 2019 lalu.

Destinasi Bebas Bea Parkir sesuai Perda no. 4 tahun 2011.

Jeffrey Wibisono V. @namakubrandku
Hospitality Industry Consultant Indonesia in Malang, Jember, Jawa Timur, Telu Learning Consulting,  Copywriter, Jasa Konsultan Hotel

Destinasi Pandhalungan yang penjelasannya adalah Jember dihuni oleh banyak suku seperti Madura, Jawa dan Osing, paduan ini membuat Jember seperti “Miniature of Indonesia”

Destinasi Oldies di Jawa Timur.

Destinasi Eksportir Tembakau cerutu terbaik.

Destinasi Desa Herbal wilayah Meru Betiri dimulai dengan Desa Arjowinangun yamg empunya sebutan Bing Betiri.

Destinasi Pendidikan dengan eksistensi Universitas Jember.

Destinasi Pertanian dengan produk unggulan Edamame, Buah Naga dan Singkong untuk bahan Tape.

Jumlah penduduk Kabupaten Jember adalah 2,5 juta jiwa yang menempati wilayah 31 Kecamatan seluas  3.293,34 Km2 dengan ketinggian antara 0 – 3.330 mdpl. Iklim Kabupaten Jember adalah tropis dengan kisaran suhu antara 23 – 32 derajat Celcius.

Jeffrey Wibisono V. @namakubrandku
Hospitality Industry Consultant Indonesia in Malang, Jember, Jawa Timur, Telu Learning Consulting,  Copywriter, Jasa Konsultan Hotel

Sekar Kijang

Pada hari Senin, 15 November 2021 bertempat di Gedung Serbaguna Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Jember, telah terselenggara Temu Responden dengan tema Breaking The Wall. Dalam acara yang juga diselenggarakan secara Hybrid menghadirkan Coach kondang Helmy Yahya yang mengupas tuntas isi bukunya yang dipakai sebagai tema acara.

Tamu undangan adalah para responden dari wilayah Sekar Kijang yang disingkat dari eks Karesidenan Besuki (Banyuwangi, Situbondo, Jember, Bondowoso) dan Lumajang.

Pada sambutannya Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jember, Bapak Hestu Wibowo antara lain menyatakan “Berdasarkan data terkini yang kami peroleh, pada  triwulan III-2021, kegiatan usaha Eks Karesidenan Besuki dan Lumajang membaik namun masih terkontraksi. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan bahwa kegiatan usaha pada triwulan III-2021 menurun. Hal ini tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) pada triwulan III-2021 sebesar -2,05% turun dibandingkan 4,98% pada triwulan II-2021. Hal tersebut terutama disebabkan oleh terbatasnya aktivitas ekonomi sejalan dengan kebijakan PPKM.

Lebih rendahnya kinerja kegiatan usaha triwulan III-2021 dibandingkan kegiatan usaha triwulan II-2021 juga tercermin dari: (i) hasil liaison menunjukan bahwa Likert Scale penjualan domestik terpantau masih rendah, sementara itu penjualan ekspor tercatat membaik pada triwulan III-2021; dan (ii) Kinerja Sektor Industri Pengolahan masih berada pada level kontraksi, terindikasi dari perkiraan Prompt Manufacturing Index (PMI) dibawah 50%. ”

Pariwisata Jember

Apabila kita hendak living in the past, maka Jember terkenal sebagai salah satu penghasil tembakau utama di Indonesia. Destinasi banyak memproduksi cerutu juga dimanfaatkan sebagai agro wisata untuk keperluan pariwisata.  Sebagian besar penduduk Jember berprofesi sebagai petani Banyak lahan dan industri perkebunan pribadi ataupun perkebunan yang dikelola oleh PTP Nusantara Tarutama Nusantara. Jember terkenal sebagai salah satu penghasil tembakau utama di Indonesia. Lebih dari itu, 45 tempat wisata di Jember yang wajib dikunjungi pada waktu liburan berkunjung ke Jember. Pernah dengan nama Pantai Watu Ulo dan Air Terjun Lereng Raung? Sebagai tambahan informasi, satu-satunya pantai yang berpasir putih yaitu Papuma (Pasir Putih Malikan) berjarak sekitar satu jam berkendara dari pusat Jember. Perlu dicatat, destinasi-destinasi wisata di Jember masih jauh dari ekosistem Sapta Pesona. Sebagian besar tempat wisata di Jember memang masih berupa wisata alam yang masih sangat natural. Cocok untuk wisatawan domestik petualang.

Jeffrey Wibisono V. @namakubrandku
Hospitality Industry Consultant Indonesia in Malang, Jember, Jawa Timur, Telu Learning Consulting,  Copywriter, Jasa Konsultan Hotel

Ada rencana untuk berkunjung dan explore Kabupaten Jember di wilayah tapal kuda Jawa Timur? Akses masuk tentunya selain jalan darat, ada juga angkutan public termasuk kereta api dan pesawat terbang.

Jember, 21 November 2021

Jeffrey Wibisono V.

Konsultan Industri Perhotelan dan Praktisi

Share this:

n-JAWA-ni Dari Jendela Becik Ketithik Ala Ketara

Apa pemandangan yang terlihat dari jendelaku sekarang?

Nah… kita hendak mulai memandang dari jendela yang mana nih?

Jendela beneran atau Jendela hati?

Baik saya mulai melihat pemandangan dari jendela beneran, jendela rumah dimana saya bertempat tinggal. Ini sangat menarik! Di luar sana ada kehidupan. Sangat dinamis.

Ada sekelompok anak remaja pelajar SMP, tetangga seberang rumah, pada siang hari bolongpun dengan bahagianya menendang bola plastik kesana kemari. Lapangan sepak bolanya adalah jalan raya beraspal di gang. Ada ke-ria-an, ada kegaduhan, ada suara bola membentur pintu pagar besi, ada teriakan bolanya nyangkut di atas garasi tetangga. Riuh yang bahagia walau sering juga keluar kata-kata makian antar mereka. Pulang sekolah bukannya lelah, tetapi tetap bergerak. Aktif sesuai usia mereka dan saya cenderung melihat pemandangan ini, manusia yang berinteraksi, berbicara dan berbagi emosi dengan spontan. Berkata-kata melalui mulut-mulut ceria usia remaja.

Kehidupan lain yang saya lihat adalah tumbuh-tumbuhan di sekitar pekarangan rumah. Mereka adalah tanaman hias yang sengaja saya tata dan rawat. Tanaman hias inipun hasil hibah teman yang memutuskan pindah menetap di Jakarta, tetapi tidak mau meninggalkan tanaman yang selama ini dipeliharanya terbengkalai. Tanaman hias berdaun hijau segar dan sesekali keluar sedikit bunganya dan bermekaran, menyegarkan mata.

Ada berkah lain dari kebaikan alam, yaitu tanaman liar, yang bisa tumbuh subur dengan begitu saja. Tanaman yang sengaja saya biarkan tumbuh subur karena memberi manfaat, kebaikan dari alam untuk saya. Anda pernah makan tumis daun mengkudu, lalu sayur bening daun katuk? Ini sayuran yang dapat dipetik gratis dari halaman rumah saya.

Dari waktu ke waktu, kehidupan di luar jendela rumah saya sangat dinamis. Juga ada yang pola nya sama. Ada tugu persembahyangan Hindu yang disebut tugu karang, ada canang atau dikenal juga dengan nama sajen dengan nyala dupa yang aromanya semerbak wangi masuk kedalam rumah. Canang yang sengaja diletakkan sebagai bagian dari ritual sembahyang pribadi harian tetangga.

Lalu apa pemandangan dari jendela Anda, teman-teman, bapak ibu sekalian?

Bagaimana pula dengan jendela hati?

Dari literatur yang saya pernah baca, banyak sekali makna dari jendela hati ini. Seperti – Kata-kata adalah jendela hati. Juga Mata Adalah Jendela Hati.

Kenyataannya, apa yang terlihat oleh saya, sering kali mengelola dan memicu emosi. Ilmunya adalah hati yang tenang berasal dari terjaganya pandangan.

Tapi…. “yakin lu bisa menjaga atau memagari pandangan, Jeff?”

Begitu salah satu pertanyaan sahabat saya.

Pastinya…. di luar sana, ketika saya bergerak beraktifitas, segala sesuatu akan tampak dengan sendirinya. Pemandangan liar bahkan masuk ke alam bawah sadar. Terkadang kita bisa fokus melihat sesuatu, entah itu bangunan, entah itu papan reklame. Tetapi… segala sesuatu yang ada dia area fokus kita, adalah background yang ikut terekam dalam alam bawah sadar. Memori alam bawah sadar ini hilang timbul dengan sendiri. Bisa saja liar. Maka, disinilah pentingnya memfungsikan jendela hati.

Secara manusia, saya di usia yang cukup matang sekarang, mempunyai sensitifitas yang lebih dibanding teman-teman saya. Bagi saya, mata benar-benar jendela hati. Dari memandang mata lawan bicara, saya bisa mengetahui sebagian isi hatinya. Apalagi kalau memang sosok tersebut punya hubungan erat dalam keseharian. Melalui mata, saya bisa mengetahui apakah seseorang sedang sedih atau gembira, bersimpati atau bahkan membenci saya, bermaksud baik atau jahat pada saya. Mata memang benar – benar tidak bisa berbohong.

Dari mata jugalah hati seseorang bisa merasa tenang, sebab hati yang tenang berasal dari terjaganya pandangan mata yang kita semua kelola dalam hati dan pikiran masing-masing. Hasil pandangan mata yang dikelola aksi dan reaksi di dalam dapur jendela hati.

Dalam wejangan Jawa mengenai jendela hati, dari saat saya piyek belum melethek, usia SD – Sekolah Dasar, ibu saya yang bertampang bule Indo-Belanda, sering melontarkan kalimat Becik Kethitik Ala Ketara. (Baca: becik ketitik olo ketoro – “o” seperti kata oplosan)

Apa coba maknanya?

Wejangan atau nasihat dalam bahasa Jawa ini terjemahannya adalah: “yang baik akan kelihatan dan yang buruk akan tampak”

Pada saat itu saya diajarkan untuk selalu jujur dan berbuat baik juga kebaikan bahkan meningkat menjadi kebajikan. Walau sederhana nasehat bahasa Jawa tentang kehidupan ini, sarat dengan peringatan terhadap saya dan pastinya Anda semua. Pesannya agar kita terus berbuat baik, kebajikan, put values to others dalam bermasyarakat.

Kita selalu melihat menelaah dengan mata dan hati terhadap semua orang. Mata kita bisa dikibuli, oleh bungkusan sopan-santun, bungkus mewah kebyar-kebyar. Akan tetapi hati selalu melihat melalui values yang tertanam dipupuk dari pendidikan masa kanak-kanak. Identifikasinya bukan bungkus dan topping, tetapi nilai-nilai kehidupan yang tertanam dalam hati diri kita masing-masing. Maka kita bisa merasa too good to be true. Bahkan ketika menunjukkan benar-salahnya tidak bisa-pun hati kita merasakannya apakah becik atau ala tergantung dari pengajaran value yang merasuk ke pemikiran juga hati sanubari kita. Pernah dengar kata brain-washed khan? Ya semacam itulah peristilahan bahasa sono-nya kalau menggunakan kata-kata mutiara Jawa.

Values yang tertanam dalam diri masing-masing yang akan tampak secara kasat mata dipandangan orang lain.  Bisa terjadi perbedaan sudut pandang, dan itulah pemandangan dari jendela mata kita.

Jadi sekarang apa pemandangan dari jendela Anda?

Jeffrey Wibisono V.

Bali 24 Agustus 2021

Juga tayang di Media Online

https://bisniswisata.co.id/dari-jendela-becik-ketithik-ala-ketara/

Share this:

The Untold Service Culture

Hotelier Stories 2021

Apa indikasi adanya service culture di suatu perusahaan pada saat proses perekrutan karyawan?

Saya bisa memastikan, di lembar surat edaran lowongan kerja, perusahaan mencantumkan daftar kualifikasi dan persyaratan. Kemudian di kalimat barisan paling bawah tertulis we will contact only shortlisted candidates for further process.

Pernah membaca kualifikasi misalnya: Male, maximum 25 years old, Consider good looking, Height 175 cm, Without visible tatoo when wearing uniform?

Menurut Anda, ini kualifikasi yang diskriminatif atau selektif?

Silakan dijawab sendiri setelah tuntas membaca naskah tulisan ini.

Service culture di dalam hospitality

Pertama-tama mari kita mendalami  makna kata Hospitality Industry. Akar kata dari hospitality adalah host atau dalam terjemahan bebas ke dalam bahasa Indonesia adalah tuan rumah.

Maka hospitality dapat diartikan; kita sebagai tuan rumah menciptakan persepsi ramah terhadap tamu, ringan tangan bersedia membantu memenuhi keperluan tamu kapan saja, dan melakukan pendekatan terhadap tamu untuk mengantisipasi permintaan lainnya.

Kemudian, bagaimana tamu dapat merasakan hospitality tuan rumah dengan service culture-nya?

Mari, selanjutnya kita memahami kata Service Culture yang adalah perihal implementasi visi, misi dan core value di suatu hotel, atau perusahaan pada umumnya. Bisa dikatakan, perusahaan menciptakan konsep hospitality tentang customer service yang harus terjadi di dalam perusahaan kita. Terms & Conditions (peraturan perusahaan) dibuat dan dikontrol untuk dijalankan oleh semua yang terlibat di perusahaan. Dengan performa service culture yang positif, kita akan dengan suka hati memberdayakan diri dengan cara mengutamakan tamu. Saya sendiri punya tambahan kata kunci omotenashi; ilmu customer service dari Jepang yang memberikan pengertian “saya akan happy kalau Anda happy

Service culture ini adalah mentalitas yang berkontribusi pada identitas citra perusahaan. Konsep yang memberikan dasar untuk pengambilan keputusan dalam pekerjaan operasional sehari-hari. Dalam menguraikan sikap yang diinginkan, service culture menetapkan paduan yang tepat misalnya intonasi suara pada saat berbicara, memilih kata-kata yang tepat sesuai kelas kategori bisnis perusahaan dan proses bertingkah laku. Ya, panduan ini akan tercantum dalam materi perusahaan yang disebut code of conduct.

USP

Ketika konsep service culture sudah kuat dan terbentuk dijadikan identitas perusahaan. Maka tugas tim marketing adalah menulis daftar Unique Selling Propositions disingkat USP.  Guna USP tentunya akan sering dipresentasikan sebagai solusi memenangkan bisnis pada saat masuk berkompetisi di dalam target-target pangsa pasar. Dikarenakan konsep service culture adalah salah satu dari sales promises. Ini, pada gilirannya akan menjadi ekosistem yaitu membentuk reputasi perusahaan, menentukan posisinya di pasar dan membuka jalan bagi rujukan (referrals), rekomendasi, ulasan yang bagus, dan bisnis yang berulang.

Personalia dan Pelatihan

Di masa-masa awal saya memasuki hospitality industry, tepatnya berkarir di hotel,  kualifikasi perekrutan untuk  front-liners/ garda depan sangat ketat. Terutama berlaku di hotel-hotel jaringan internasional bintang 5 dan 4. Jabatan tertinggi di Divisi Human Resources adalah Personnel Manager dan Tambahan Training Manager. Belum zamannya Director-Director-an. Manajer Personalia dituntut menjalankan manning guide secara disiplin dan ketat untuk mendukung keperluan operasional.

Misalnya untuk Receptionist di Front Office

Tinggi badan diukur 175 – 180 cm.

Mengapa? Karena harus seimbang dengan tinggi counter Front Office, dan melayani sambil berdiri.

Berat badan ideal 75 – 80 kg.

Mengapa? Karena ukuran seragam adalah X, M atau L. Para Designer baju seragam tidak perlu melakukan pengukuran terhadap karyawan satu per satu. Istilah saat itu adalah ukuran badan yang menyesuaikan seragam, bukan seragam menyesuaikan ukuran badan. Di hotel ada tailor di departemen House Keeping, untuk fitting dan pemeliharaan seragam karyawan.

Inflight Service Qatar Airways selama pandemi COVID-19

Mengapa semua itu harus dipatuhi?

Setelah saya onboard, barulah saya mengerti. Para front-liners di Front Office dan Food & Beverage Service, tinggi badannya seimbang ditambah wajah yang semua hampir mirip. Jadi rupanya yang disebut uniform itu bukan hanya busana, tetapi termasuk wajah dan tinggi badan.

Kemudian proses satu bulan pertama induction training adalah termasuk service culture, grooming, etiket dan skill-training.

Pada saat itu saya makin mengerti mengapa kita semua harus menjalani semua pelatihan dengan supervisi dan pendampingan serta penilaian yang obyektif. Masa percobaan tiga bulan berlaku!

Sebagai contoh untuk Etika Makan. Wajib hadir staff Food & Beverage Service, Sales & Marketing, juga Guest Relations.

Ilustrasi realitasnya adalah kita semua datang dari latar belakang keluarga dan pendidikan yang berbeda-beda. Pembahasan terutama dari yang latar belakang keluarga terlebih dahulu. Satu waiter datang dari keluarga petani.

Pertanyaannya adalah

  1. Apakah waiter tersebut mempunyai kebiasaan makan bersama di keluarganya?
  2. Apakah waiter tersebut menata meja makan untuk keperluan makan bersama di keluarganya
  3. Bagaimana dengan kualitas kebersihan standar keluarga tersebut?

Maka esensi pelatihan disini adalah sinkronisasi semua perbedaan dan kemudian menyeragamkan konsep pelayanan yang harus diimplementasikan terhadap tamu.

Kemudian urusan grooming terhadap front-liner perempuan. Rambut harus dicepol dan dipasangi haarnet supaya tetap rapi sepanjang hari, panduan make-up/ tata rias, dan cara berjalan. Karyawan terseleksi harus dengan disiplin mematuhi semua peraturan perusahaan dan code of conduct. Pendidikan code of conduct ini sangat penting untuk Indonesia yang mempunyai beragam suku, kebudayaan, kebiasaan dan bahasa. Code of conduct yang diajarkan dan diimplementasikan adalah kelas internasional, netral dan bisa dipraktekkan, dipakai di seluruh dunia.

Anda sudah tahu jawabannya terhadap mengapa diperlukan semua implementasi konsep service culture ini?

Sekali lagi service culture untuk membentuk Brand Image

Karyawan dibuat menjadi Ambassador of Brand Image/ Duta Citra Perusahaan

Tujuan utamanya adalah kembali kepada pakem hospitality industry. Ini seperti ilmu hipnotis terapan. Semua penyeragaman terhadap guest contacts adalah dengan tujuan membuat tamu tidak sadar dilayani oleh orang yang berbeda-beda. Tamu hotel check-out hanya membawa pulang kenangan yang menyenangkan dan dibuat kangen untuk kembali check-in dikemudian hari.

Service oriented

Apa ciri-ciri Service Culture?

Tentunya, kita mempunyai “hati” untuk menjadikan perusahaan tempat kita bekerja, menjadi wadah yang tepat untuk mencari nafkah dan berinteraksi dengan rekan kerja di tempat kerja yang memakan sebagian besar waktu kita.  Kebiasaan yang diciptakan di tempat kerja bisa membentuk karakter kita juga dengan mengikuti banyak pelatihan dan kebisaan-kebiasaan yang didisiplinkan. Daftar berikut ini bisa jadi sebagian besarnya. Antara lain

Saling menghormati / respek.

Pemberdayaan SDM .

Ritual pekerjaan.

Pemakaian bahasa yang umum dan sopan.

Keramahan-Tamahan.

Celebrations – Perayaan.

Memberikan dan mengelola feedback terus menerus.

Mempunyai kebersamaan dalam tanggung jawab (Teamwork shared responsibility)

Pendekatan service culture selalu berbeda dari bisnis ke bisnis, negara ke negara. Karena konsep bidang jasa ini adalah filosofi, bukanlah seperangkat aturan dan kebijakan.  Visi service culture di perusahaan kita sangat bisa berbeda dari milik perusahaan lain di industri yang sama.

Akhir kata, apakah filosofi service culture di perusahaan Anda pada masa pandemi ini maupun pasca pandemi COVID-19 nanti?

Bali, 29 Juli 2021

Jeffrey Wibisono V. @namakubrandku

Hospitality Industry Consultant Indonesia in Bali, Telu Learning Consulting, Copywriter

Juga tayang di

Share this:

The Untold Salesmanship Faktor X

Hotelier Stories 2021

SAYA menulis hal “Sales Personil Hotel Bisa Dibuat, Marketing Harus Dipelajari” pada bulan Maret tahun 2014. Inti maknanya adalah untuk membangun kepercayaan klien, kita harus penuh percaya diri/confident.

Ketika berhadapan dengan orang lain, kita mampu tampil berkepribadian sempurna. Baik itu pada saat berbicara verbal via telepon, pertemuan tatap muka secara pribadi maupun melalui komunikasi tertulis.

Ingatlah bahwa kita —-pada kenyataannya menjual produk–, salesman sebagai bagian dari departemen penjualan suatu perusahaan adalah “wajah” dari produk tersebut. Kita perlu belajar dengan mengamati bahwa setiap perusahaan memanfaatkan departemen penjualan dalam cara berbeda meski tujuan keseluruhan ada kemiripan dalam pola kinerja.

Mari kita perhatikan bagaimana cara orang lain dalam membuat kesepakatan dengan klien sampai mampu mengubah situasi menjadi akrab. Setelah kita melihat proses tersebut dalam tindakan nyata, kita akan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana sebaiknya harus bersikap terhadap klien.

Sampai  saat ini di era milenium, salesman adalah salah satu profesi paling dicari. Kualifikasi seseorang untuk bisa direkrut menjadi salesman adalah bisa diandalkan untuk menjadi “mesin uang” perusahaan. Menghasilkan revenue menaikkan omzet penjualan dan mengejar target yang dibuat.

Kualifikasi keilmuan praktis dan teoritis untuk salesman hotel (terutama di Bali) yang mencakup daring dan luring antara lain

  1. Menguasai bahasa asing, minimal Inggris
  2. Networking, selalu up-date dengan tren bisnis dan pengetahuan umum
  3. Mempunyai pengetahuan kultur bangsa-bangsa
  4. Paham geografi, demografi dan GDP / Income per capita penduduk di negara-negara pangsa pasar untuk mengetahui daya beli dan segmentasi.
  5. Sales attitude dan personality  yang win the heart termasuk menguasai etika makan, grooming dan hygiene
  6. Komunikasi lisan dan tulis
  7. Analytical mind – mampu menganalisa data
  8. Presentation / public speaking
  9. Prospecting
  10. Understanding customer
  11. Negotiation technique
  12. Handling objection
  13. Offering solution
  14. Contracting and closing
  15. Up-selling
  16. E-Commerce & Social-Commerce
  17. Dan banyak lagi

COVID-19 2020 vs Perang Teluk 1990

Saya adalah generasi sales & marketing di Bali pada masa Gulf War 1990/91.  Saya hadir sebagai undangan pada bulan Maret 1991, saat peresmian 75 hotel bintang 4 dan 5 ditambah industri pendukungnya — termasuk perusahaan water sport. Pada tahun itu kawasan BTDC Nusa Dua baru mulai dioperasikan.

Piagam hadir pada upacara peresmian fasilitas pariwisata Indonesia pada 3 Maret 1991 oleh Presiden Soeharto

Bisa dibayangkan, destinasi baru dibuka dan tiba-tiba bisnis terpuruk terutama dari Eropa dan Amerika yang transportasinya harus melintasi kawasan Timur Tengah. Strategi penjualan kemudian hanya tergantung dengan tetangga terdekat, yaitu Australia. Untuk bisa win the market, hotel-hotel besar pada jor-jor-an dengan paket Pay Stay misalnya Pay 5 Stay 7 bahkan banyak yang memberlakukan 2 for 1 yaitu paket mulai bayar 5 malam dan menginap 10 malam.

Lalu dalam perjalanan karir saya selama tiga (3) dasawarsa, pada tahun 2020 dunia terimbas dengan pandemi 2019 novel coronavirus (SARS-CoV-2) yang kemudian disebut COVID-19.

Tren jualan di Bali masih dengan pola yang mirip. Menggunakan kata-kata Pay Stay. Tetapi —karena pandemi yang berkepanjangan dan tidak bisa diprediksi tanggal berakhirnya–  kali ini negara-negara di seluruh dunia menutup lintas batas mereka tanpa batas waktu.

 Di triwulan ke-2 tahun 2020,  kita bisa melihat peredaran paket-paket dengan masa tinggal minimum 1 malam, separo harga dengan label Pay Now Stay Later. Will you take this advantage as  future travelers?

Untold Stories

Di era milenium, semua orang paham arti kata boost dan organik dalam pengetahuan digital marketing. Sejarah berulang, pada masa COVID-19 ini.

Tahun 2020 terjadi repatriasi besar-besaran. Anak-anak Indonesia yang sedang bersekolah, internship/magang dan bekerja di luar negeri harus pulang ke negaranya. Banyak yang kemudian mendapat kerja di perusahaan-perusahaan besar dan ternama. Kompetisi pencari kerja berkualitas meningkat tajam berbanding dengan ketersediaan lapangan kerja yang kecil.

Sudah tahu siapa yang akan lolos dalam proses rekrutmen terutama di sales & marketing?

Tentu yang paling siap dengan kualifikasi penguasaan bahasa asing, penampilan personality prima dan meyakinkan, mau digaji seadanya, dan potensi produktif dengan dukungan latar belakang keluarga berada.  Sudah bisa dipahami apa booster dalam rekrutmen ini?

Bagaimana generasi sales & marketing pada masa awal 90-an?

Pada tahun 1990, hotel-hotel bintang 5 di Nusa Dua dan Bali pada umumnya, merekrut sebagian besar salesman lulusan sekolah luar negeri. Mengapa?

Ya! Tepat, jawabannya karena modal bahasa asing mereka mantap. Lancar baca, tulis dan bercakap dalam beragam bahasa. Mulai bahasa Inggris, Jepang, Jerman, Perancis dan Belanda. Di masa itu Bahasa Spanyol dan Italia juga unggulan. Tergantung pangsa pasar hotel-hotel jaringan internasional yang beroperasi di zamannya. Paling tidak seorang salesman dan public relations menguasai verbal 2 bahasa asing.

Kemudian satu lagi! Yaitu sales & marketing adalah company image.

Harus sudah punya modal diri, penampilan high-class bukan orang sembarangan. Konsep ini untuk memenangkan penjualan dari the first-impression.

 Jadi kalau ada komen rekan-rekan kerja dari departemen lain, —- melihat praktisi sales & marketing— mengatakan hedonis, sebenarnya yang tepat adalah kata mutiara “live in luxury with an empty pocket” adalah fakta.

Persyaratan untuk bisa menemui klien adalah standar kata “good quality”, mengenakan busana, sepatu dan membawa tas berkualitas bagus, “bukan” ber-merek internasional dan terkenal. Pada kenyataannya untuk “dress to impress”, harus eksklusif untuk bisa setara dengan potential buyers dan berkompetisi dengan teman-teman sales & marketing dari hotel-hotel lain. Inilah faktor X itu. Dan gaji yang diterima standar.

Kemudian para rekruter di awal tahun 90-an itu —dengan jabatan personnel manager rata-rata juga jebolan luar negeri.

Pada saat proses rekrutmen salah satu pertanyaan kunci yang harus keluar adalah “tolong sebutkan 10 supporters yang bisnisnya bisa kamu bawa ke tempat kerjamu ini”. Kemudian personnel manager mengecek latar belakang keluarga kandidat. Poin latar belakang keluarga ini menjadi sangat penting untuk kandidat sales dengan modal “booster”.

Mengapa?

Jawabannya adalah perusahaan mempunyai strategi harus mengejar target omzet. Sehingga sebagai back-up untuk sukses yang mutualisme seorang salesman untuk bisa mencapai target, paling tidak keluarganya mampu membeli produk jualan sang salesman.

 Jadi … customer perusahaan ada didalam lingkaran yang saling menguntuntungkan. Apakah sudah bisa dipahami sistem “booster’’ ini?

Kompetisi di zaman saya, katebelece sangat berlaku dan diperhitungkan. Lantas, bagaimana dengan salesman yang organik lulusan dalam negeri?

Tentu saja bisa maju dengan sales promise yang sama.

Tetapi jangan konyol dengan mengajukan pertanyaan “Kalau saya diterima bekerja di sini, kemudian akan dikirim jalan-jalan kemana saja?”.

Kalau tipe ini sudah bisa gagal dalam proses rekrutmen. Karena tidak mempunyai orientasi mencapai target penjualan. Tetapi, mencari profesi sebagai salesman untuk naik kelas lifestyle-nya, dan jalan-jalan ke luar negeri dengan dibayari oleh perusahaan.

Which one are you?

Kemudian satu lagi pertimbangan perusahaan untuk mengirim salesman bertugas ke luar negeri. Selain bisa membawa pulang bisnis sesuai misi tugas, ada pertimbangan kemampuan secara finansiil pada individu salesman. Pertanyaannya “mampukah dia membiayai his/her own leisure and recreation activities disana?”. Cadangan dana untuk membayar gaya hidup dan blanja-blanji selama traveling.

Bali, 16 Juli 2021

Jeffrey Wibisono V. @namakubrandku

Hospitality Industry Consultant Indonesia in Bali, Telu Learning Consulting,  Copywriter, Jasa Konsultan Hotel

Hotelier Stories, pembatas buku

Juga tayang di

https://jeffreywibisono.com/hotelier-stories-untold-stories-salesmanship-dengan-faktor-x/

Share this:

Virtual Career Fair 2021

Jeffrey Wibisono V. yang adalah General Manager House of OM perusahaan Holistik berbasiskan komunitas dan Sekolah Guru Yoga, memenuhi undangan untuk hadir dalam Talk Show Virtual Career Fair hari ke-2. Event yang diselenggarakan oleh REDY Indonesia selama dua hari berturut-turut pada tanggal 29 – 30 Juni 2021, bertempat di studio Artotel Sanur, Bali.

Jeffrey adalah salah satu pembicara dari 11 tamu yang dihadirkan sebagai pendukung acara bertajuk BALI kemBALI BEKERJA; mendapat giliran masuk pada jadwal sesi ke-2 di hari ke-2; setelah sesi ke-1 diisi oleh bintang tamu, Christian Sugiono selebriti di Indonesia dengan perusahaannya bernama Cumi MarketPlace. Live Broadcast Talk Show bersama Jeffrey dengan bahasan topik utama Cara Kerja di Companies yang Digital Nomad dipandu langsung oleh Rio Pasaribu, CEO dan Founder REDY Indonesia.

Talk Show dengan gaya informal menekankan pada Salesmanship yang memerlukan relationship jangka panjang untuk membangun dan membina kepercayaan. Profesi Salesman dan Customer Service tugasnya membantu orang lain terus menerus, sebagai solution provider. Dan pekerjaan ini tentu saja bisa menjadi salah satu pilihan untuk menjadi pekerja Digital Nomad dengan dukungan teknologi sebagai tools kerja.

Syarat Digital Nomad

Pertanyaan penting dari Rio Pasaribu yang disampaikan sebagai core adalah “Apakah syarat untuk seseorang supaya bisa menjadi Digital Nomad?”

Jeffrey menyatakan, Digital Nomad ini sangat spesifik. Orangnya harus mempunyai skill-set, self starter, matang dalam keilmuannya, produktif dengan less supervision. Selain itu, harus mampu sebagai individu yang mampu berkolaborasi dengan orang lain yang empunya skill-set lain. Kepentingan  untuk bekerjasama saling melengkapi supaya terjadi ekosistem dalam lingkup sektor-sektor industri yang telah terpola.

Pembicaraan berkembang dengan penambahan tuntutan pekerja untuk menguasai bahasa asing, minimum bahasa Inggri, Supaya kalau menjadi nasionalis harus mampu menjadi diplomat. Dan untuk menjadi seorang diplomat harus mampu berdiplomasi. Kemudian untuk mampu berdiplomasi, tentunya harus menguasai bahasa orang-orang yang akan berkaitan erat dengan misi nasional yang diemban. Tips cara belajar termudah adalah dengan melakukan yang kita senangi. Misalnya menonton film yang bahasa Inggris tanpa text. Atau mendengarkan lagu. Latihan mendengar dan mengucapkan kata perkata dengan suara keras dan berulang-ulang untuk mendapat aksennya. Hafalkan saja. Kalau sudah lancar, baru belajar grammar-nya.

Personality Introvert menjadi Extrovert

Bagaimana dengan Jeffrey yang dari seorang introvert kemudian menjadi extrovert?

Jawabannya adalah dari berlatih untuk membantu orang lain. Kata kunci nya adalah dari telephone courtesy “How can I help you?”

Dengan berbekal kata kunci “help” ini, kemampuan berinteraksi dengan orang lain meningkat terutama yang berhubungan dengan pekerjaan. Kemudian mampu membuka diri dengan belajar dari orang lain.  Di sejarah karir Jeffrey dengan bekal bahasa Inggris dan kemampuan berkomunikasi, dia dikenal sebagai seorang Salesman dan praktisi Public Relations yang diperhitungkan.

30 menit berlangsung cepat dan Talkshow ditutup oleh Rio Pasaribu dengan pesan “Jangan pernah putus asa. Tetaplah berusaha. Pada saat butuh pertolongan, nyatakanlah”

REDY Indonesia

REDY Indonesia ada untuk misi “tolong” tersebut. REDY merupakan platform online penyedia tenaga kerja maupun penyedia lowongan pekerjaan dengan aspirasi untuk menghubungkan para kandidat yang terfiltrasi, dapat dipercaya, dan paling sesuai dengan kebutuhan perusahaan akan tenaga kerja.

Menjadi platform yang berkontribusi dalam meningkatkan serapan tenaga kerja yang terpercaya, berdedikasi, dan siap berkarya di Indonesia. REDY hadir dengan berbagai fitur yang mempermudah kandidat dan perusahaan dalam berinteraksi. Dengan tambahan fitur modul e-learning.

Bali, 03 Juli 2021

Jeffrey Wibisono V. @namakubrandku

Hospitality Industry Consultant Indonesia in Bali, Telu Learning Consulting,  Copywriter, Jasa Konsultan Hotel, House of Om,

Share this:

Mentorship Aktivasi Brand

Jimbaran Bali 25 Juni 2021; Jeffrey Wibisono V. menjadi Mentor dalam workshop digital marketing dengan topik Branding Activation. Acara workshop bertempat di Fox Hotel Jimbaran diselenggarakan oleh Komunitas Pariwisata Retro Santuy. Target total peserta adalah 50 orang dan mematuhi aturan prokes yang diberlakukan.

Workshop Branding Activation berlangsung selama dua (2) jam. Proses mengajar yang tidak biasa dilakukan oleh Jeffrey. Yaitu langsung diawali dengan praktek materi sebagai fondasi digital marketing. Materi praktek yang diberikan adalah mengelola foto-foto dengan tujuan SEO dan tentunya penguatan merk dagang.

Diantara sesi praktek, secara santai juga peserta workshop diberi kesempatan bertanya perihal hal-hal teknis yang dihadapi. 30 menit terakhir diisi dengan presentasi materi mindset teoritis strategi branding. Tentunya harus dipercepat proses belajar mengajarnya, karena harus memburu waktu yang diberi batasan. Kemudian melanjutkan ke acara KopDar di Roof Top Fox Hotel Jimbaran.,

Jeffrey adalah seorang Hospitality Industry Consultant Indonesia yang berkarya dari Bali terkenal dengan perusahaan independennya dengan label Telu Learning Consulting. Sejak 1 Juni 2021, dia bergabung dengan House of Om yang mempunyai program utama multiplikasi SDM dengan skill-set sebagai Yoga Teacher melalui kelas-kelas Training di Bali Indonesia juga kelas-kelas online dengan jangkauan seluruh dunia. Sertifikat kelulusan mendapatkan akreditasi dari Yoga Alliance International.

Jeffrey Wibisono V. @namakubrandku Mentorship Branding Activation bersama Retro Santuy Tourism Commander Community.
Hospitality Industry Consultant Indonesia in Bali, Telu Learning Consulting,  Copywriter, Jasa Konsultan Hotel,
Jeffrey Wibisono V.
Jeffrey Wibisono V. @namakubrandku Mentorship Branding Activation bersama Retro Santuy Tourism Commander Community.
Hospitality Industry Consultant Indonesia in Bali, Telu Learning Consulting,  Copywriter, Jasa Konsultan Hotel,
Jeffrey Wibisono V.
Jeffrey Wibisono V. @namakubrandku Mentorship Branding Activation bersama Retro Santuy Tourism Commander Community.
Hospitality Industry Consultant Indonesia in Bali, Telu Learning Consulting,  Copywriter, Jasa Konsultan Hotel,
Jeffrey Wibisono V.
Jeffrey Wibisono V. @namakubrandku Mentorship Branding Activation bersama Retro Santuy Tourism Commander Community.
Hospitality Industry Consultant Indonesia in Bali, Telu Learning Consulting,  Copywriter, Jasa Konsultan Hotel,
Kelas Workshop Mentorship Branding Activation
Jeffrey Wibisono V. @namakubrandku Mentorship Branding Activation bersama Retro Santuy Tourism Commander Community.
Hospitality Industry Consultant Indonesia in Bali, Telu Learning Consulting,  Copywriter, Jasa Konsultan Hotel,
Kelas Mentorship Branding Activation

Jeffrey Wibisono V. namakubrandku

Hospitality Industry Consultant Indonesia in Bali, Telu Learning Consulting,  Copywriter, Jasa Konsultan Hotel, House of Om, Yoga Teacher Training in Bali Indonesia, Yoga Alliance accredited school in Bali and Goa India

Share this:

We need CVOs, not CEOs

Every other C-level executive has a title that reflects their job description, yet what exactly does a Chief “Executive” Officer do? We need to start filling the role with leaders who are equipped to carry out a vision, and we can start by changing the title. By Simon Sinek.

Credit:

Bali, Sunday16 May 2021

Jeffrey Wibisono V. @namakubrandku

Hospitality Industry Consultant Indonesia in Bali –  Telu Learning Consulting – Digimakz – Copywriter – Jasa Konsultan Hotel

Share this:

Nyolong Pêthèk

Surprisingly Capable

Sering saya menerima pertanyaan dari beberapa teman pekerja perhotelan yang mengecek kepribadian dan kapabilitas incoming pimpinannya.  Seorang Director of Sales yang mempertanyakan seorang General Manager, ataupun Sales Manager yang mempertanyakan Director of Sales and Marketing.

Repetitif pertanyaannya “Jeff, lu kenal Weice-kah. Gimana sih orangnya?” – demikian salah satu contoh kalimatnya.

Buat saya ini menunjukkan insecurity dari teman-teman saya yang belum apa-apa bersiap melakukan tindakan antisipasi yang menjurus antipati.  Salah satu dari kitakah yang lebih menyukai menerima berita buruk?

Di zaman revolusi industri gen 4.0, piranti digital memfasilitasi hampir semua orang untuk dapat me-marketing-kan setiap individu dalam hitungan detik. Viralogi?!

Apakah eksposur personal branding dengan tujuan khusus menjual suatu skill tertentu termasuk dalam tindakan menyombongkan diri?

Tunggu dulu, mari kita lihat dari sudut pandang konvensional yang berbeda. Saya mengambil dari ungkapan peribahasa bahasa Jawa Nyolong Pethek yang saya pelajari. Pitutur ini seperti merujuk kalimat “tak kenal maka tak sayang”. Nyolong pethek artinya tidak mengira/menyangka. Nyolong pethek artinya; meleset dari perkiraan. Arti “pethek” (dibaca pêthèk) adalah “terka”. Kata majemuk nyolong pethek berarti sesuatu yang tidak cocok dengan terkaan kita; sesuatu yang lain sama-sekali dari apa yang kita duga, sehingga kita salah memberi penilaian di awal, salah menduga. Contoh faktanya adalah sering kita tonton di acara televisi “Got Talent” yang disiarkan di banyak negara; mulai dari Amerika, Inggris dan banyak lagi. Seorang sosok yang sebelumnya tidak kita kenal ternyata surprisingly very capable. Kapabilitas individu yang rendah hati dengan keahlian khusus yang mempesona semua orang.

Selanjutnya, disini saya mempergunakan humility – kerendahan-hati dari filosofi nyolong pethek dalam keilmuan leadership-kepemimpinan. Ada ekspresi dalam bahasa Jawa yang sering terucap yaitu “Gak ndayani!”, ini kesamaaan makna dari nyolong pethek.

Apakah sebenarnya harapan kita untuk dapat mengakui seseorang itu adalah pemimpin yang hebat?

Ketika kita memikirkan kualitas pemimpin yang hebat, hal pertama yang muncul di benak saya adalah sifat-sifat seperti karisma, keberanian, dan visi. Sebagian besar dari kita, tidak berharap untuk melihat kerendahan hati dalam daftar itu.  Akan tetapi seorang born-leader pasti memiliki humility tersebut sebagai partikel di dalam karisma individunya.

Buat saya, dasar dari kepemimpinan yang hebat adalah seseorang yang rendah hati. Leader  tahu bahwa tugasnya adalah membangun kepercayaan yang diperolehnya. Kita kemudian  memberikan kepercayaan yang setara kepada publik, dan membangun kepercayaan tersebut berkesinambungan, terus menerus dan selalu meningkat setiap saat. Namanya juga membangun kan?!

Leader yang rendah hati akan konsisten dan disiplin dalam memperlakukan orang lain dengan hormat penuh respek terlepas dari posisi, peran, atau jabatan kita baik itu dalam organisai informal kemasyarakatan maupun formal lingkungan kerja.

Dalam pekerjaan saya sebagai pekerja di dalam industri hospitality pariwisata dan perhotelan, saya menekankan pentingnya skill dan ketrampilan tetapi juga fakta bahwa know our worth adalah kerendahan hati, semangat melayani.

Saya memperhatikan banyak humble leaders menjadi lebih berpengaruh menunjukkan keefektifan. Mereka memiliki energi positif dan menarik orang yang memiliki energi baik yang sama. Tentunya dari tatacara dan etika tersebut, kepercayaan diri mereka meningkat.  Apakah kita mau dan mampu menjadi figur panutan seperti mereka?

Berikut adalah beberapa keterampilan kunci – soft skills yang dapat kita pelajari untuk menjadi pemimpin yang rendah hati. Pastinya, ada sebagian dari kita yang sudah memiliki beberapa kemampuan yang diperlukan yang akan saya angkat dan tinggal dengan a little twist untuk mengembangkannya supaya lebih mantap. Semuanya perlu konsistensi dan relevansi pelatihan.

  1. Memimpin dari dalam: Kita sadar bahwa kita selalu memiliki ruang untuk menjadi lebih baik setiap saat sebagai seorang pemimpin yang unggul maupun jati diri pribadi. Apabila kita mau memupuk kerendahan hati sebagai salah satu keterampilan, maka kita bisa menjadi kuat disaat lemah dan menjadi berani saat diliputi rasa takut.
  2. Menjadi teladan/contoh/panutan:  Humble leader pasti mampu menjadi teladan. Kita dituntut untuk mau dan mampu memberi contoh perilaku yang baik dan benar. Kepemimpinan kita bukan berdasarkan ekspresi otoritas yang mengatakan “karena saya adalah bos”.  Tetapi keteladanan kita ada dalam setiap tindakan nyata.
  3. Pemimpin yang melayani: Humble leader mengarahkan perhatian dan fokus pada berkontribusi terhadap kebutuhan orang-orang di sekitarnya.
  4. Bisa dipercaya: Kita sebagai pemimpin yang rendah hati harus tahu dan sadar cara memperoleh, memberikan, dan membangunnya  kepercayaan sebagai dasar dari kepemimpinan yang hebat.
  5. Memiliki kuota kekuatan batin: Menjadi humble leader bukanlah tanda kelembutan atau ketidakberdayaan, tetapi humility adalah modal tenaga dalam unggul. Pemimpin yang terpandang adalah memiliki kerendahan hati di dalamnya dan kepercayaan diri pada penampilan luarnya.
  6. Mengenali kemampuan diri: Pemimpin yang rendah hati akan mengetahui siapa dirinya dan berperilaku sesuai kemampuannya. Kita juga menyadari sisi-sisi kelemahan diri sendiri untuk perbaikan ataupun ditutup dengan cara membangun tim sesuai kapasitas yang diperlukan.
  7. Berkepribadian asli: Humble leader tahu betapa pentingnya bersikap otentik, murni dan asli. Kita adalah orang berkepribadian sama – baik ketika sedang sendirian, di depan umum, juga di dalam kehidupan pribadi dalam segala situasi bersama dengan setiap orang yang berbeda-beda.
  8. Respek terhadap orang lain: Humble leader selalu konsisten dan disiplin dalam memperlakukan setiap orang lain dengan hormat terlepas dari memandang posisi, peran maupun jabatan mereka di publik.  
  9. Memahami keterbatasan: Pemimpin yang rendah hati memiliki percaya diri dalam mengenali kelemahan diri sendiri. Untuk mengatasi keterbatasan,  kita perlu memiliki tim pendamping dengan kemampuan berbeda saling melengkapi.
  10. Berani mengakui kesalahan: Semua pemimpin pernah melakukan kesalahan dari waktu ke waktu. Ketika kita bersedia untuk berbagi dan mengakui salah-langkah dan kesalahan yang kita buat sendiri, tindakan ini sangat memungkinkan orang lain untuk menaruh simpati-empati dan terhubung lebih erat dengan kita. Kerendahan hati adalah kualitas yang membuat orang lain menelaah sisi manusiawi kita.
  11. Mencari masukan: Keputusan awal untuk bisa meminta masukan dari orang lain bisa jadi cukup rentan untuk mengakui bahwa kita membutuhkan bantuan dan wawasan orang lain. Padahal tindakan meminta masukan ini merupakan simbol karakter hebat itu sendiri.

Akhirnya, apakah ada ajang lomba untuk menjadi seorang Leader?

Maka silakan teman-teman good people, great leaders, menjadi humble. Mengusung humility dan nyolong pethek adalah pilihan dari diri kita pribadi masing-masing. Prinsip ini sama halnya dengan trust-kepercayaan. Percaya terhadap seseorang itu adalah juga pilihan.

Salam seger-waras untuk semuanya.

Bali, 09 Maret 2021

Jeffrey Wibisono V.  namakubrandku

Hospitality Industry Consultant Indonesia in Bali,  Telu Learning Consulting, Digimakz Skill-up Digital Marketer, Copywriter, Jasa Konsultan Hotel

Share this: