Teknis Hotel “Re-Opening” 2021

Komitmen Telu Hospitality Learning and Consulting – sebagai salah satu Hospitality Tourism Consultant di Indonesia yang berbasis di Bali – adalah memfasilitasi Perusahaan Pemilik Hotel dan Restaurant untuk berkomunikasi yang intensif demi suksesnya proyek yang berjalan.

Pada tanggal 28 Desember 2020, sudah bisa diprediksi, bahwa Pemerintah NKRI akan melakukan tindakan penutupan semua perbatasan internasional sehubungan dengan munculnya Varian Covid-19 Inggris yang menjadi berita dunia di penghujung penutupan tahun ini.

Maka dari itu, konsekuensi untuk Hotel dan Restaurant yang Re-Opening, nomer satu yang harus diantisipasi di tahun 2021 dalam masa bisnis dan hidup harus berdampingan dengan pandemi COVID-19 – dengan mengindahkan panduan pemerintah setempat dan WHO – maka mplementasi dengan kontrol yang ketat terhadap PROKES (Protokol Kesehatan) atau CHSE (Cleanliness, Healthy, Safety dan Environment Sustainability).

Tahun pertama operasional re-opening bersama Telu Hospitality Learning and Consulting, tim konsultan dengan tuntutan profesionalitas dan penunjukan mampu melakukan pekerjaan termasuk

  • Operasional lanjutan proyek (berlaku sebagai owner’s representative untuk menindak lanjuti final punch list dan defects)
  • Memonitor pembentukan  management team yang terdiri dari EXECUTIVE COMMITTEE (MANAGEMENT TEAM / HOD) – sudah mulai bekerja mempersiapkan hotel untuk beroperasi minimum satu bulan sebelum hotel re-opening.
  • Set-up operasional hotel (mengacu pada agenda progress proyek dan bekerjasama dengan tim management/operasional)

Tim Konsultan dari “Telu” akan bekerjasama dengan operational  dan mendampingi management team:

  • Membuat dan mengembangkan penulisan Panduan Manual, P&P dan SOP (Standard Operating Procedures) sesuai konsep hotel yang dibangun.
  • Menentukan adjustment Service Culture, Organization Chart, Manning Guide & Recruitment
  • Role Play, Training Implementasi dan monitoring
  • Mempersiapkan Re-Opening Budget (3 versi dalam masa recovery COVID-19) dan meminta approval dari Pemilik Perusahaan
  • Mempersiapkan Financial Budget untuk tahun pertama hotel beroperasi kembali / re-opening, untuk kemudian dieksekusi oleh Pemilik Perusahaan
  • 5 year forecast (apabila figur pasar sudah bisa dibaca dan logis realistik)
  • Rekomendasi Account Services (Financial related)
  • Rekomendasi Maintenance Services
  • Rekomendasi Purchasing/ Procurement Services

Dikarenakan pekerjaan ini termasuk contingency plan, maka masa kerja bisa di-evaluasi per triwulan berdasarkan laporan tertulis yang tercatat secara teratur dan rutin.

Selain itu, Pemilik Perusahaan dan Management dapat mengembankan tugas tambahan terhadap Telu Hospitality Learning and Consulting misalnya

  • Project Assessment (Evaluasi Proyek) & Positioning
  • Vision Statement (didapatkan dari melakukan interview dengan owner mengenai arah business jangka panjang termasuk mimpi, konsep dan strateginya)
  • Mission Statement (dibuat pecahan-pecahan strategi jangka pendek untuk mewujudkan yang termaktub di Vision Statement)

Dalam Sales and Marketing oleh Management Team bisa ditentukan untuk memulai pekerjaan minimum satu bulan sebelum hotel re-opening. Task list termasuk

  • Analytical Digital Marketing dan Social Commerce
  • Marketing & Sales Action Plan
  • Persiapan launching program  Marketing
  • Aktivitas Public Relations dengan memberdayakan tim manajemen dan staff Top to Down (leading by example)
  • Membuka kerjasama dengan beragam komunitas.
  • Merekomendasikan dan Menetapkan Corporate Identity sesuai Service Culture
  • Advertising Services (Digital mode on)
  • Reservations and Representative Services

Catatan tambahan untuk lancarnya operasional termasuk penetrasi pasar domestik di 2021 sebagai aktivitas implementasi Sales & Marketing, maka Pemilik Perusahaan perlu menyiapkan working capital senilai nominal (misalnya 3 Milyar rupiah) untuk support kelancaran expense hotel selama 6 bulan berjalan.

Hal ini perlu dilakukan untuk antisipasi 6 bulan pertama re-opening sebelum ada revenue, working capital untuk mengelola cash flow salary dan pembayaran operational expense dan suppliers. Dana working capital bisa tidak terpakai apabila business wise dalam kondisi sehat.

Sebagai penutup di atas semua suksesnya suatu usaha dan upaya perusahaan adalah empowerment Sumber Daya Manusia yang solid. Paradigma perubahan attitude dan kinerja harus diseimbangkan. Bahkan manajemen perlu mempertimbangkan untuk memenuhi pemintaan pekerja untuk dipercaya untuk memberikan impact bagi lingkungan sekitarnya. Di 2021 dan seterusnya, kita menghadapi generasi punya pemikiran result oriented dengan bekerja dimana saja termasuk jam kerja yang flexible. Tergantung jenis dan fungsi pekerjaannya. Tentunya teknis paling benar bagi manajemen adalah tetap berpedoman pada delegating, get the job done through other people dan controlling.

Untuk mendapat informasi lebih lanjut silakan masuk ke https://namakubrandku.com/telu-hospitality-consulting/

Bali, 29 Desember 2020

Jeffrey Wibisono V.

Hospitality Consultant Indonesia in Bali –  Telu Learning Consulting – Digimakz– – Commercial Writer – Author – Copywriter – Jasa Konsultan Hotel

Share this:

Recovery Plans – Let’s Go To Indonesia

Memasuki minggu  ke-dua bulan Maret 2020 ini, apakah teman-teman pekerja industri pariwisata dan perhotelan sudah dalam masa tenang atau masih panik dalam menghadapi gempuran berita covid-19 ? Saya disini hendak mengajak teman-teman mengembalikan kepercayaan pasar travelers sambil mengulik dasar-dasar ilmu hospitality yang mungkin sudah banyak ter-modify di jaman now.

Setidaknya ada tujuh (7) fundamen di industri hospitality untuk dikedepankan guna menarik kepercayaan pasar terhadap satu destinasi. Apapun motivasi acara perjalanannya, nomer satu dari ketentuan tersebut adalah travelers punya jaminan pergi-pulang hidup, sehat, selamat dan balik ke rutinitas harian tanpa gangguan apapun sekembalinya dari suatu destinasi.

Dalam hal ini, fundamen mana yang hendak kita kedepankan terlebih dahulu dalam menanggulangi krisis global paranoia yang kita bersinpun menjadi salah.

Tujuh Fundamen dalam hospitality itu adalah

  1. Keramah-tamahan penduduk dan pekerja di industrinya
  2. Jaminan untuk dapat tidur nyenyak selagi beristirahat
  3. Untuk keperluan mandi, ada jaminan air yang bersih, memadai volumenya, dengan temperatur air yang tepat, sehingga menyegarkan
  4. Jaminan kebersihan yang sempurna
  5. Jaminan makanan yang bervariasi, bercita-rasa khas dan higienis
  6. Jaminan keamanan dan keselamatan
  7. Ramah lingkungan

Weekend kemarin, Singapura telah mengedarkan ajakan untuk kembali ke mengunjungi negara tersebut dengan mengedepankan fasilitas kesehatan dan harga-harga termurah yang ditawarkan dalam sepuluh tahun terakhir. Menarik?

Selalu saya katakan, untuk negara satu pulau seperti Singapura, gerbang masuk dari laut, darat dan udara hanya masing-masing satu, cara menanggulanginya pasti jauh lebih mudah. Sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan Indonesia.  Tetapi, tetap kita dapat meniru ke-proaktif-an dan kepiawaian Marketing Singapura dengan Singapore Tourism Board-nya dalam hal menanggulangi krisis yang juga beberapa kali terjadi dan juga berimbas terhadap negara ini. Yang melakukan promosi adalah atas nama negara.

Bagaimana dengan Indonesia. Dalam lingkup kecil, Bali telah mengagendakan action plan nya. Keluar dengan tagline I love Bali Movement. Apakah ini cukup menanggulangi market confident di tengah merebaknya berita virus berkembang biak di beberapa negara di luar Cina?

Untuk saya sendiri yang dalam hal ini mengacu pada banyak petunjuk penanggulangan covid-19 adalah kebersihan, maka Bali masih punya pekerjaan rumah dari beberapa isian check-list yang harus dilengkapi.

Apakah Bali memenuhi syarat sebagai “A Clean Place is A Safe Place”?

Apakah Bali memenuhi syarat sebagai “Balinese clean communities, as Healthy Indonesian citizen” for tourism?

Disini kita semakin paham, bahwa ramah tok ndak cukup, mengedepankan ke-arifan-lokal saja ndak cukup, mempromosikan pariwisata budaya saja ndak cukup. Semua harus bersinergi dalam satu kesatuan yang utuh, bunder ser seperti bola dunia yang terus berputar. Untuk Bali adalah implementasi Tri Hita Karana atau dalam bahasa Inggrisnya Three causes of well-being dalam akulturasi budaya Bali dan agama Hindu dengan tolok ukur-nya yang menyesuaikan jaman, sudah pasti pas.

Selanjutnya saya meninjau jadwal kedatangan dan keberangkatan dari Bandara Internasional Ngurah Rai. Dengan mengabaikan load factor, kedatangan penerbangan domestik dan internasional ada pengurangan, tetapi masih ada. Artinya Bali tidak zero (0) wisnus dan wisman.

Bank Indonesia telah menyampaikan makalah “Outlook Ekonomi Bali 2020” yang disampaikan oleh Bapak Trisno Nugroho pada 6 Maret 2020

Data data yang disampaikan antara lain

  • Total kunjungan wisman ke Bali pada periode  bulan Januari 2020 sebanyak 528.883, atau tumbuh 16,09% (yoy).
  • Total kunjungan wisatawan ke Bali sepanjang Jan – Des 2019 sebesar 6,275 Juta orang atau tumbuh 3,37%(yoy), melambat dibanding tahun 2018 yang sebesar 6,55% (yoy).
  • Sementara itu, total kunjungan wisdom sepanjang 2019 sebanyak 10,55 juta orang  atau tumbuh 8,07% (yoy), lebih rendah dibanding tahun 2018 yang tumbuh 11,70% (yoy)
  • Data Angkasa Pura menunjukkan terjadinya pertumbuhan 18,26% (yoy) arrival wisatawan mancanegara pada Januari 2020. Namun demikian, penyebaran COVID-19 menyebabkan potential loss cukup besar, terindikasi pada sejumlah pembatalan  paket  dan pemesanan kamar di Bali
  • Perekonomian Bali 2020 diperkirakan berada pada range  4,6% – 5%, terkoreksi dari perkiraan sebelumnya (5,6% – 6%)
  • Kontribusi Pariwisata terhadap Ekonomi Bali : 48,4% (berdasarkan Tourism  Satellite  Account)

Berdasarkan semua data yang dipaparkan, maka Bank Indonesia memberikan Rekomendasi Kebijakan antara lain:

  1. Mendorong percepatan implementasi kebijakan stimulus pariwisata Bali
  2. Pembentukan Tim Tanggap COVID-19, pembentukan Central For Diseases Control and Prevention / Crisis Centre & menyusun protokol kesehatan.
  3. Meminimalkan kontraksi pertumbuhan 2020 melalui akselerasi konsumsi pemerintah (percepatan realisasi rencana pembangunan proyek-proyek pemerintah Bali).

Pada akhirnya, secara pribadi saya mohon ijin menggunakan bahasa Bali untuk mengajak kembali kepada keseimbangan terhadap yang hidup, yang menghidupi dan yang menghidupkan.

Ngiring sareng-sareng jage Baline

Semoga semua makhluk berbahagia dan terberkati.

Bali, 8 Maret 2020

Jeffrey Wibisono V.

Jeffrey Wibisono V. @namakubrandku
Hospitality Consultant Indonesia in Bali -  Telu Learning Consulting – Commercial Writer - Copywriter - Jasa Konsultan Hotel
Share this: