Karena pada akhirnya, yang paling membekas dari sebuah hotel atau destinasi bukan hanya kemewahannya, tapi siapa yang menyambut, dan bagaimana perasaan itu tinggal dalam ingatan.
Karena pada akhirnya, yang paling membekas dari sebuah hotel atau destinasi bukan hanya kemewahannya, tapi siapa yang menyambut, dan bagaimana perasaan itu tinggal dalam ingatan.

Keberanian untuk Menjadi Otentik dan Utuh di Tengah Dunia yang Menuntut

Rollo May dan Seni Melayani Sepenuh Jiwa dalam Industri Hospitality

Mentorship Filosofis untuk Profesional Pariwisata dan Perhotelan yang Ingin Bertumbuh dengan Martabat, Makna, dan Manfaat


Di balik senyum hangat frontliner, di balik jam kerja yang melampaui lelah, dan di antara tekanan target serta ekspektasi tamu—ada satu pertanyaan yang tak terucap namun terus menggema: Apakah aku sedang hidup sepenuhnya, atau hanya bertahan demi rutinitas? Rollo May, filsuf eksistensialis modern, tidak memberi kita jawaban cepat. Ia memberi kita kunci: keberanian untuk menjadi diri sendiri yang otentik dan utuh. Dan dalam dunia hospitality yang serba cepat, inilah kekuatan yang paling dibutuhkan hari ini.

Karena pada akhirnya, yang paling membekas dari sebuah hotel atau destinasi bukan hanya kemewahannya, tapi siapa yang menyambut, dan bagaimana perasaan itu tinggal dalam ingatan.

1. Dunia Hospitality: Panggung Pelayanan atau Ladang Pemaknaan?

Pariwisata dan perhotelan sering disebut sebagai dunia pelayanan. Namun lebih dari itu, ia adalah panggung kehidupan yang menantang kita untuk hadir dengan sepenuh rasa. Di sini, kita tidak hanya menjual kamar atau paket wisata, kita menjual ketulusan, pengertian, dan kehadiran. Sayangnya, banyak profesional yang kehilangan jiwanya dalam proses ini.

Rollo May berkata:
“The opposite of courage in our society is not cowardice, it is conformity.”
Bukan ketakutan, tapi keterjebakan dalam kebiasaan tanpa kesadaranlah yang paling membunuh potensi.


2. Filsafat Rollo May: Ketika Kecemasan Menjadi Jalan untuk Bertumbuh

May memandang kecemasan bukan sebagai musuh, tetapi sebagai pintu gerbang pertumbuhan. Dalam industri hospitality, tekanan hadir setiap hari: rating online, tuntutan review, budaya “customer is king.” Semua itu bisa menimbulkan kegelisahan eksistensial.

Namun, pitutur Jawa mengingatkan kita:
“Sabar iku luhur, nanging kudu eling lan waspada.”
Kesabaran bukan berarti pasrah, tapi sadar dan terus bertindak bijak.

Remedinya:

  • Hadapi kecemasan bukan dengan menekan emosi, tapi dengan mengenalnya.
  • Ubahlah tekanan menjadi latihan batin, bukan beban hidup.

3. Keberanian untuk Menjadi: Pilar Spiritual Profesional Sejati

May membagi keberanian menjadi tiga dimensi:

  1. Keberanian untuk eksis otentik (to be oneself)
    Berani berbeda di tengah sistem seragam.
  2. Keberanian untuk mencipta makna (to create)
    Setiap pelayanan bisa menjadi karya seni.
  3. Keberanian untuk menderita (to endure pain)
    Penderitaan bukan akhir, tapi bagian dari perjalanan menuju kematangan jiwa.

Contoh Praktis:
Seorang housekeeper yang tetap menyapa dengan senyum meski tubuh lelah dan tamu bersikap kasar—bukan sedang lemah, melainkan sedang berlatih keberanian eksistensial.


4. Hypnowriting, Hypnoselling, Hypnobranding: Bukan Gaya, tapi Jalan Hidup

a. Hypnowriting:
Tiap kalimat promosi harus menyentuh, bukan hanya menjual.
Contoh: “Di hotel ini, Anda tidak hanya menginap—Anda pulang pada kenyamanan yang belum pernah Anda temukan.”

b. Hypnoselling:
Menjual dengan empati, bukan ego. Menawarkan bukan memaksa.
Contoh: “Bayangkan pagi Anda dimulai dengan secangkir kopi lokal yang diseduh perlahan, disajikan oleh tangan yang memahami arti hangat.”

c. Hypnobranding:
Membangun citra bukan dari slogan, tapi dari pengalaman yang otentik.
Hotel yang konsisten dalam nilai-nilai pelayanan spiritual akan memiliki merek yang tidak hanya kuat, tetapi juga abadi.


5. Solusi Praktis dan Tips Mindful Hospitality ala Rollo May

Tips & Remedi untuk Praktisi Hospitality:

  • Latihan Diam Penuh Kesadaran (5 Menit per Hari):
    Tarik napas, renungi satu hal yang Anda syukuri dari tamu hari ini. Rasakan kembali dengan kesadaran penuh.
  • Jurnal Refleksi Mingguan:
    “Apa momen pelayanan yang membuat saya merasa manusia seutuhnya minggu ini?”
  • Ritual ‘Courage Call’:
    Tiap minggu, beri apresiasi verbal ke satu rekan kerja yang menurutmu sedang berjuang dalam diam.

6. Dari Sekadar Profesi ke Misi Hidup: Pariwisata sebagai Arena Makna

Di tengah industri yang mengukur segalanya dengan angka, kita perlu ruang untuk mengukur dengan rasa. Seperti dalam pitutur:
“Urip iku kudu migunani. Dadi banyu, ojo dadi watu.”
(Hidup harus membawa manfaat. Jadilah air yang menyegarkan, bukan batu yang menghalangi.)

Staf yang menyapa tamu dengan tulus menciptakan healing moment.
Pemandu wisata yang menceritakan sejarah dengan semangat menyambungkan generasi.
GM hotel yang mengangkat moral staf di tengah krisis menciptakan iklim organisasi yang hidup.

Inilah hospitality yang berbasis makna.


7. Materi untuk Workshop dan Pelatihan:

Judul Pelatihan:
“Courage to Be: Menjadi Profesional Hospitality yang Manusiawi, Penuh Makna, dan Tak Tergantikan”

Modul:

  1. Simulasi “Berani Mengatakan Tidak Secara Elegan”
  2. Latihan Menemukan Makna Layanan Harian
  3. Sesi Hypnobranding: Menghidupkan Nilai dalam Budaya Kerja

Output Pelatihan:

  • Etos kerja lebih jernih
  • Komunikasi interpersonal lebih berjiwa
  • Mental resilience meningkat
  • Loyalitas terhadap profesi berbasis nilai, bukan hanya gaji

8. Keberanian Bukan Hanya untuk Pemimpin, tapi untuk Siapa Saja yang Ingin Menjadi Manusia Seutuhnya

Rollo May tidak mengajarkan untuk menjadi kuat, tapi untuk menjadi berani.
Berani hadir. Berani merasa. Berani hidup dengan nilai.

English quote penutup:
“The purpose of life is not to ‘win’—but to become fully alive.”
— Rollo May

Dan dalam bahasa kita sendiri:
“Urip iku ora mung golek urip, tapi dadi urip kanggo wong liya.”
(Hidup bukan hanya tentang bertahan, tapi menjadi kehidupan bagi sesama.)


Apakah Anda siap bukan hanya menjadi bagian dari industri ini, tetapi menjadi jiwa di dalamnya?
Bukan hanya melayani, tapi menghidupkan nilai.
Bukan hanya mengejar karier, tapi menyusuri makna.

Inilah hospitality yang akan dikenang. Inilah Anda, versi terbaik Anda.

Dan itulah hospitality yang sejati: seni menjadi manusia bagi manusia lain.

Jember, 19 Mei 2025

Jeffrey Wibisono V.

Praktisi Industri Hospitality dan Konsultan

Share this:

Leave a Reply

WhatsApp chat