n-JAWA-ni: Tajam Tanpa Melukai Filosofi Kepemimpinan untuk Dunia Modern
Di tengah derasnya arus digitalisasi dan kompetisi yang melesat dalam industri pariwisata dan perhotelan, kita butuh lebih dari sekadar kecepatan dan kecerdasan. Kita butuh keluwesan dalam berpikir, ketajaman yang tidak menyakiti, dan keunggulan yang tidak menyombongkan. Filosofi Jawa Landep ora natoni, banter ora nglancangi, duwur ora ngungkuli, pinter ora kuminter bukan sekadar pepatah—melainkan strategi kepemimpinan sejati. Inilah bekal batin yang relevan untuk zaman kini: membentuk profesional yang tajam namun empatik, cepat namun santun, unggul namun rendah hati, pintar namun tidak menggurui.
1. Landep Ora Natoni — Tajam Tanpa Menyakiti
Makna:
Menjadi tajam bukan berarti harus melukai. Dalam kepemimpinan, seseorang harus tegas dan cerdas dalam mengambil keputusan, namun tetap menjaga rasa, empati, dan martabat orang lain.
Refleksi Industri:
Dalam dunia hospitality, landep diwujudkan dalam ketepatan pelayanan, kecepatan membaca situasi tamu, dan ketajaman menangkap tren. Namun, ketika ketajaman itu digunakan untuk menyudutkan staf, mengejar keuntungan dengan mengorbankan etika, atau menekan supplier secara semena-mena, di situlah filosofi ini dilanggar.
Tips & Trik:
- Gunakan kata-kata yang membangun, bukan menjatuhkan—speak sharply with love, not with ego.
- Dalam review kinerja staf, kritiklah sistem, bukan personanya.
- Berlatihlah asertif, bukan agresif. Tajam dalam ide, lembut dalam komunikasi.
Motivasi:
Kepemimpinan yang tajam namun tidak melukai, akan selalu dikenang lebih lama dari mereka yang hanya lantang bersuara namun kosong makna.
2. Banter Ora Nglancangi — Cepat Tanpa Menyalip Secara Tidak Etis
Makna:
Kita boleh lincah dan cepat dalam mengambil peluang, tetapi tidak dengan menginjak orang lain atau menyalip secara serampangan.
Refleksi Industri:
Berapa banyak hotel yang “banter nglancangi” dengan meniru konsep pesaing tanpa inovasi bermakna? Atau staf yang ingin cepat promosi dengan menjilat atasan dan menjatuhkan rekan kerja? Inilah praktik yang harus ditinggalkan.
Tips & Trik:
- Kembangkan inovasi dari hati, bukan hanya dari kompetitor.
- Kecepatan seharusnya memperkuat reputasi, bukan merusaknya.
- Jalani proses dengan sabar namun sigap—Fast is good, but fair is noble.
Remedi:
Jika Anda pernah tergelincir dalam praktik “nglancangi,” akui, benahi, dan mulailah dengan prinsip kolaborasi, bukan kompetisi membabi buta.
Motivasi:
Prestasi yang bertahan lama dibangun bukan oleh mereka yang cepat saja, tapi oleh mereka yang melangkah dengan integritas.
3. Duwur Ora Ngungkuli — Tinggi Tanpa Menyombongkan
Makna:
Tinggi ilmu, jabatan, atau status sosial tidak boleh menjadi alasan untuk merasa lebih dari yang lain. Kesuksesan sejati adalah yang tetap membumi.
Refleksi Industri:
Dalam dunia hotel, banyak General Manager yang secara jabatan berada “duwur,” namun melayani tamu dengan hati setara—ini yang disebut kelas sejati. Sebaliknya, banyak yang baru naik jabatan sedikit, namun mulai meninggalkan etika dasar hospitality: kerendahan hati.
Tips & Trik:
- Jadilah role model yang melayani: True greatness kneels to serve.
- Jangan malu membersihkan meja tamu jika diperlukan—tunjukkan bahwa kerendahan hati bukan kelemahan.
- Ingatkan tim: “Saya tinggi bukan untuk memandang rendah, tapi untuk melihat lebih jauh dan membawa semua naik bersama saya.”
Solusi Praktis:
- Latih semua supervisor dan manajer dengan etika kerendahan hati dalam hospitality.
- Terapkan servant leadership sebagai filosofi manajemen.
Motivasi:
Semakin tinggi posisi, semakin besar kesempatan untuk merendah dan mengangkat orang lain.
4. Pinter Ora Kuminter — Pandai Tapi Tidak Sombong atau Sok Tahu
Makna:
Ilmu dan kepintaran tidak boleh membuat seseorang merasa paling benar, menolak masukan, atau merasa cukup tanpa belajar.
Refleksi Industri:
Era digital menuntut para profesional hospitality untuk terus belajar. Namun ada yang berhenti belajar karena merasa “sudah tahu semua.” Padahal tamu berubah, tren berubah, teknologi berubah—kuminter hanya akan membuat kita ketinggalan zaman.
Tips & Trik:
- Jadwalkan sesi learning hour mingguan, untuk semua level staf.
- Berikan reward kepada tim yang mau belajar, bukan hanya yang pintar teori.
- Tumbuhkan budaya “belajar dari tamu”—karena tamu adalah guru terbaik kita.
Remedi:
Jika merasa “terlalu tahu,” coba duduk sebagai murid. Temukan kembali rasa ingin tahu yang tulus.
Motivasi:
Knowledge is not power until it’s shared humbly. Grow wise, not just smart.
5. Implementasi di Industri Pariwisata dan Perhotelan
Hypnobranding dalam Hospitality:
- Jadikan filosofi ini sebagai DNA merek hotel. Buat training internal dan konten sosial media yang menanamkan nilai-nilai luhur ini ke publik.
- Gunakan slogan-slogan hipnotik seperti:
- “Tajam dalam layanan, lembut dalam rasa.”
- “Cepat melayani, tanpa menyalip nurani.”
- “Tinggi prestasi, rendah hati.”
Hypnowriting untuk Konten:
- Website dan brosur hotel: Tampilkan narasi yang membumi, mengedukasi, dan menyentuh emosi.
- Contoh: “Kami bukan sekadar tempat menginap. Kami rumah sementara, dengan pelayanan yang memuliakan setiap pribadi.”
Hypnoselling untuk Sales Team:
- Ajarkan mereka menjual tanpa memaksa. Bangun relasi, bukan hanya transaksi.
- Gunakan pendekatan consultative selling dengan sikap landep ora natoni—memahami kebutuhan klien, bukan mengejar angka semata.
6. Jalan Terang Profesional Hospitality
Filosofi Landep ora natoni, banter ora nglancangi, duwur ora ngungkuli, pinter ora kuminter bukan sekadar pitutur klasik—melainkan code of honor bagi setiap insan hospitality yang ingin tumbuh secara berkelanjutan.
Sebagai profesional perhotelan, mari kita tidak sekadar menjadi ahli melayani, tetapi juga menjadi manusia yang layak diteladani. Kita boleh maju, cepat, tinggi, dan pintar—asal tidak meninggalkan rasa, etika, dan jiwa. Inilah integritas dalam estetika, kesantunan dalam prestasi, dan kebijaksanaan dalam inovasi.
Ingat:
Kecerdasan tanpa hati akan membuatmu cepat, tapi sendirian.
Kecepatan tanpa etika akan membuatmu menang, tapi tidak mulia.
Ketinggian tanpa kerendahan hati akan membuatmu terlihat, tapi terasing.
Kepintaran tanpa kebijaksanaan akan membuatmu bersinar, tapi membakar diri sendiri.
Jember, 16 Mei 2025
Jeffrey Wibisono V.
Praktisi Industri Hospitality dan Konsultan
