My Travel My Adventure:

Bagaimana Menarik Perhatian Wisatawan?

PASCA pandemi, pembatasan perjalanan di hapus, euphoria wisata balas dendam dan semarak case overtourism di beberapa kawasan dalam dan luar negeri. Lantas, saya mesti refresh, berlibur dimana?

Buat saya, mencari satu destinasi untuk liburan ke luar negeri mirip dengan berkegiatan mencari buku bacaan di toko buku. Sama menariknya. Dari mulai tertarik dengan judul dan gambar di sampul depan, kemudian menelaah rangkuman premis dan diksi dari buku yang sedang saya pegang. Teman-teman percaya toh, kalau ilmu marketing mengatakan people do not buy products, they buy emotions dan ada pengaruh social validation disitu.

Lalu apa yang menarik perhatian saya untuk memutuskan my next holiday destinationYou do not attract what you want, you attract what you are! Yang pasti pertanyaan pertama adalah “ada apa disana?”

Jeffrey Wibisono V. – Hakuna Matata

Traveler lain —menurut saya— melakukan hal yang mirip yaitu mulai dari menyusun top-most-priority untuk dibaca dan dibahas ulang bersama teman perjalanan —bagian dari mematangkan perencanaan dan mem-finalkannya—. Sangat subyektif. Dan kita belum berbicara hal climate change terkait rencana berlibur kita.

Kemudian, kalau kita berhandai-handai sebagai “turis” yang tertarik untuk liburan di Indonesia,—mengusung genre traveler generasi baru yaitu Milenial, iGeneration dan Alpha kelahiran tahun 1990an dan 2000an—, kira-kira apa yang menarik perhatian kita?

Dari total 17.504 pulaunya saja, tidak mungkin kita bisa mengunjungi, menangguk experience kehidupan kepulauan Indonesia, sekalipun menikmatinya menggunakan masa cuti panjang selama 30 hari.

Tetapi –catat– kita bisa mengunjungi wilayah Indonesia ber-ulang-ulang dan mendarat di pulau yang berbeda-beda – island hopping,  tergantung tujuan pengalaman yang hendak kita timba.

Dalam pemikiran saya, salah satu pembangkit minat untuk Indonesia  menjadi pilihan future travelers melalui people – beragam suku dan budayanya menjadikan Indonesia memiliki potensi destinasi-destinasi tematik.  Mampukah Indonesia membangun special interest sesuai karakteristik historis geografis masyarakat dan pulaunya? Bukan melulu eksploitasi alamnya. Sehingga kemudian pangsa pasar niche nya terbentuk, lalu target promosinya jelas dan kuota kunjungan wisatawannya-pun dapat ditentukan.—Tidak perlu terjadi kasus overtourism—Disinilah, kita bisa bicara lebih banyak tentang destinasi dengan quality of tourism nya —didalamnya ada length of stay dan spending power wisatawan yang sedang berkunjung—.

Mari kita coba buka sejarah Nusantara. Harus kita akui, penguasaan bahasa Inggris dan bahasa asing lainnya, bangsa Indonesia kalah jauh dibandingkan beberapa negara anggota ASEAN. Tetapi Indonesia masih bisa unggul apabila dapat mengembangkan experience. Paket bisa dibuat dan itu misalnya Paket Perjalanan Sejarah, Paket Legenda, Paket Arkeologi Antropologi, Paket Keraton, Paket Laboratorium Hidup dan masih banyak lagi. Khusus Paket Laboratorium Hidup saya dapat membandingkan Galapagos di Ekuador dengan Flobamora di NTT (Kepulauan Nusa Tenggara Timur).

Jangan lupa! Saya sedang memikirkan bagaimana menarik minat, perhatian potensi future travelers tersebut. Kuncinya pada penguasaan teknologi, dan jadikan Indonesia sebagai destinasi digital yang handal. Semua paket yang ditawarkan dan dijual harus terintergrasi dapat dipertanggungjawabkan secara etika moral, sosial, hukum dengan aman. Mulai dari beragam tipe akomodasi, destinasi makanan sesuai daerahnya dengan mempromosikan exotic food yang dapat dikonsumsi wisatawan internasional sesuai karakter daerahnya. Jangan lupa ada misi edukasi didalam memberikan experience kepada wisatawan. Salah satunya adalah mengajari wisatawan untuk mendapatkan pengalaman berinteraksi dengan penduduk lokal dengan sarana naik public transportation (angkot) dari satu poin ke poin lainnya, bahkan bisa untuk mengajari memilih angkutan umum antar kota seperti menggunakan bis dan kereta api/listrik.

Bagaimana dengan paket budaya?

Saya sendiri secara pribadi sangat tertarik dengan budaya. Indonesia ini kaya banget!. Setiap daerah memiliki kekuatan masing masing. Dari seni tari, rupa, patung dan lainnya, yang dapat diintegrasikan dalam Paket Sejarah Nusantara —untuk daerah tertentu— atau bahkan Paket Legenda yang di ceritakan dari dongeng rakyat seperti Balingkang Dewi Danu di Kintamani Bali. Untuk mensukseskan semua program wisata ini Indonesia perlu Story Tellers sebagai duta wisata. Dalam hal sales, marketing diperlukan seller, marketer yang menguasai strategi storytelling, didukung tim content creator yang setara. Dan tetap berpedoman pada Kode Etik Pariwisata Global serta kode etik jurnalistik Indonesia —meskipun Anda bukan jurnalis—.

Kita, future travelers perlu akses masuk yang nyaman dan infrastrukturnya.

Suksesnya program satu paket, satu destinasi perlu dukungan masyarakat setempat. Sosialisasi tidak cukup dilakukan oleh pemerintah selaku fasilitator, juga oleh kalangan pelaku bisnis perjalanan wisata. Sosialisi dan pelatihan secara berkesinambungan selayaknya dilakukan stake holder terkait. Ini sebagian pekerjaan pemerintah dengan dukungan swasta untuk implementasi dan mengembangkannya.

Bagaimanapun wujud destinasinya? Walau lokasinya terpencil, kebutuhan kekiniannya atau keperluan modernisasi tetap harus disediakan. Misalnya MCK (Mandi Cuci Kakus) standar internasional, transportasi, convenience store, alat pembayaran non-tunai (tourist card dan virtual), APPS of the Destination. Semua travelers memerlukan kemudahan mobilitas dengan segala informasinya yang terintegrasi dan akurat. Mungkin ada yang sudah pernah ke Singapore dan London? Di kedua kota ini saya sangat nyaman untuk mobilitas dengan mudah dan murah selama berkunjung.

Satu lagi, apakah saya memiliki ketertarikan pada destinasi di Indonesia yang menerapan aksi ramah lingkungan? Ya, ini tren global.—green and sustainable tourism—. Tentu menarik  jika  ada pulau-pulau di Indonesia yang siap mempertunjukkan teknologi “free chemical” untuk kehidupan sehari-hari nya. Mulai dari pertanian, kemasan sampai ke pengelolaan limbahnya. Saya akan experienceuntuk menginap beberapa malam disini. Pasti ada pelajaran yang bisa dibawa pulang.

Jadi sekali lagi kualitas suatu produk termasuk produk wisata itu sangat subyektif. Semua tergantung terhadap pengalaman apa yang dirasakan oleh penikmatnya pada saat itu. Contoh konkritnya, mari kita masuk ke situs-situs guest reviewseperti tripadvisorgoogle review. Apakah dari satu review ke review lainnya isinya sama untuk produk yang sama dengan penikmat  berbeda? Maka itulah bukti subyektifitas tersebut.

Pemikiran tertulis saya tentang cara atau bagaimana menarik niat,  perhatian wisatawan secara umum ini masih sangat “sempit”,  dibandingkan potensi Indonesia yang sangat luar biasa.

Dari slogan saya  My Travel My Adventure terdapat letupan-letupan  emosi yang membuat saya menjadi tertarik berkunjung ke satu destinasi. Misalnya karena cerita sejarahnya yang memikat, ingin mendapatkan pengalaman  yang diceritakan oleh orang lain, kelangkaan/scarcity atau ekskulisifitas, tipe wisatawannya, eksotisme suku setempat, jaminan keamanan, cocok untuk pengambilan foto-foto yang bisa untuk diceritakan kembali, heritage, history, pengalaman spiritual, affordable – sesuai kocek, banyaknya waktu untuk digunakan termasuk masa tempuh untuk mencapai destinasi yang menarik.

Pada akhirnya, Indonesia harus mampu menjual dengan cara mentransfer perasaan. —kemampuan storytelling disemua dimensi–. Memahami “maunya” dan kebutuhan traveler seperti cerita fiksi yang menjadi non-fiksi, menjadi kenyataan. Bukan hard-sales saja dengan menonjolkan “Ini produk unggul kami”.

Tentunya teman-teman pembaca mempunyai ketertarikan yang lain dari saya dan ingin urun-rembug. Silakan. Terima kasih

Jember, 08 February 2024

Jeffrey Wibisono V.

 @namakubrandku Telu Learning and Consulting for Hospitality Industry

General Manager Java Lotus Hotel Jember

Juga tayang di

https://www.beritabali.com/opini/read/bagaimana-menarik-perhatian-wisatawan

https://www.matrasnews.com/my-travel-my-adventure-bagaimana-menarik-perhatian-wisatawan/info-wisata/

https://www.majalahglobalreview.com/my-travel-my-adventurebagaimana-menarik-perhatian-wisatawan/

https://bisniswisata.co.id/my-travel-my-adventure-bagaimana-menarik-perhatian-wisatawan/

Share this:

e-Book Hotelier Stories Catatan Edan Penuh Teladan

Bab 1, Hotelier Stories Catatan Edan Penuh Teladan (please klik link untuk membaca e-book)

walaupun judulnya guyon:”Prestasi hasil ingkar janji” tetapi sebetulnya membuat orang “tahu” mengapa si Jeffrey ini walau tidak sekolah perhotelan di Swiss kok bisa jadi GM.
Hotel adalah perusahaan yang jual layanan. Jeffrey dihadapkan pada berbagai keadaan, tapi melayani dulu, bukan menuntut dulu. Untuk profesi ini perlu sikap mental melayani dulu ini! Kalau dasarnya si Jeffrey ini lebih mengedepankan “hak” pasti sudah kandas waktu disuruh balik ke toko buku lagi.
Sikap mental ini mungkin sudah “built in” pada Jeffrey, tapi kalau orang mau berkarir di Hotel, ya sikap mental itu yang didahulukan. Kalau belum punya (karena masih tebel sikap menuntut “hak” atau sikap “minta keadilan”) maka ybs = yang bersangkutan harus mawas diri, mau mengubah menjadi menomor satukan layanan atau nggak?

Kalau ngggak ya udah jangan berkarir disitu cari karir lain, misalnya di (edit xxx)!
Kalau Jeffrey misalnya mengambil karir di (edit xxx – anak buah xxx XXX), maka pasti Jeffrey gagal total!!
Jadi rank and file terus!

Nah di training-nya :

Sikap mental inilah yang dijabarkan sehingga orang tahu bagaimana supaya bisa me-nomor-satu-kan layanan (how to nya)
Contoh, kalau tidak punya sifat melayani, pasti mamie bilang: ojo adoh-adoh, si Jeffrey tetap akan berangkat ke Austin Amrik!

Bab1, kalau dijabarkan ditraining adalah “training pembentukan karakter insan perhotelan”

Purnawan EA

Share this:

n-JAWA-ni: Kolaborasi “Holobis Kuntul Baris”

Kalimat holobis kuntul baris dengan terjemahan harafiah burung bangau yang sedang berbaris.  Satu kiasan dalam pitutur luhur Jawa untuk pegangan pekerja, SDM – sumber daya manusia maupun suatu perusahaan. Peribahasa ini menggambarkan kinerja sekelompok orang yang mau bekerjasama dengan penuh semangat untuk maju bersama.

“Alone we can do so little; together we can do so much.” demikian kata Helen Keller

Kolaborasi kelompok sampai menjadi teamwork tentunya didasari oleh prinsip yang sama yaitu mengenai kesamaan pemikiran dan pemahaman, kebersamaan, kerja sama, berbagi tugas, kesetaraan, tanggung jawab dan tanggung gugat. Modal terpenting untuk maju bukanlah hanya uang, tetapi modal semangat, kerja keras dan kita sendiri yang ingin memperbaiki nasib.

Penjabarannya adalah kemampuan bekerja dalam kerja tim untuk menggapai visi secara bersama-sama. Holobis kuntul baris punya kekuatan untuk mengarahkan setiap individu yang mempunyai tujuan masing-masing kemudian menggabungkannya menjadi misi organisasi. Kerja tim semacam ini adalah pemicu yang memungkinkan orang yang biasa-biasa saja kemudian menjadi luar biasa.

Kita semua sudah tahu kan kata Komunitas, Asosiasi, Club, Stakeholders atau bahkan Geng?! Mungkin salah satu dari kita menjadi pengurus dan anggota?

Baik, mari kita bangun contoh konkritnya. Keilmuan jaman digital juga menjamurkan bisnis independen yang menggunakan terminologi Industri Kecil Menengah (IKM), Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan, Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Juga StartUp – Usaha Rintisan yang merupakan cara baru dalam berusaha di era modern revolusi industri gen 4.0 dan marketing 5.0 saat ini. Sering juga disebut dengan StartUp Digital karena tidak bisa terlepas dari teknologi informasi – teknologi digital.

Pemikiran selanjutnya adalah bagaimana mengkolaborasikan kita yang pebisnis UMKM dengan StartUp? Di era milenium ini, terutama di industri perdagangan B2C (Business to Consumer), salah satu jalan menuju sukses hanya dengan berkolaborasi. Proses efektif, efisien, biaya marketing murah adalah jalan keluar.

Jadi harus ber-kolaborasi ya kita-kita ini?

Pasti!

Contoh nyata ada di success story nya Go-Jek. Penyedia aplikasi digital yang sekarang beken dengan go-go-go nya.

Harus dipahami terlebih dahulu, perbedaan kedua small-business ini.

StartUp adalah jenis usaha yang masuk ceruk bidang jasa dan pelayanan.

Sedangkan UMKM adalah jenis usaha yang produknya dapat dirasakan langsung oleh konsumen real time seperti kuliner, kerajinan, dan busana.  

Banyak dari kita memulai membuka jenis usaha ini biasanya dimulai dari hobi.

Bisanya membuat kue bolu pedas, ya jualan bolu spesifik itu. Semacam egosentrik juga, karena tidak memikirkan pangsa pasar dan membuka bisnis tanpa analisa. Hasil jangka panjangnya?

Silakan dijawab sendiri oleh teman-teman pelaku usaha mikro atau rumahan atau home industri. Semoga semua berhasil dan sukses.

Atau ada keputusan lain membuka usaha mikro, karena kepepet seperti pada tahun 2020. Efek COVID-19, dimana secara masif pekerja kehilangan pekerjaan karena perusahaan harus menghentikan kegiatannya. Yang begini ini pastinya modal nekad, modal dengkul yang harus dijalani.

Kolaborasi UMKM dengan StartUp adalah fenomena yang semakin banyak peminatnya khususnya para pengusaha muda. 

Keduanya juga memiliki perbedaan yang di dalamnya terdapat keunggulan dan keistimewaannya masing-masing. Namun perlu diingat, StartUp dan UMKM adalah pekerjaan yang harus diupayakan dengan serius. Untuk menjadi sukses dalam bisnis ini, kita harus memiliki komitmen dengan mengerahkan segala daya upaya. Sehingga usaha yang dijalankan dengan cara berkolaborasi bisa berkembang dan bermanfaat bagi semua orang yaitu pebisnis juga konsumennya.

Pemakaian teknologi sangat berbeda jauh antara keduanya. UMKM menggunakan teknologi fokus untuk pemasaran produknya, untuk menjangkau konsumen langsung sampai kepada payment gateway-nya, sistem pembayaran dengan cara digital. Sedangkan bagi StartUp, menggunakan teknologi adalah keharusan. Teknologi adalah nyawa penting dalam sebuah StartUp untuk memfasilitasi kebutuhan bisnis konvensional supaya bisa melakukan transaksi dan closed sale secara real time. Sidang pembaca sudah pernah belanja cara online kan? Di platform digitalnya yang kekinian sudah termasuk delivery service, biaya pengiriman dari segala penjuru Indonesia.

Kemudian prinsip hitung dagang selanjutnya adalah UMKM memasang target untuk mendapatkan laba sejak mereka mulai menjual produknya. Sedangkan StartUp perhitungan dasar perusahaannya adalah menitik beratkan pada valuasi dengan strategi multiplikasi. Bukanlah keuntungan di awal yang dikejar oleh para StartUp, melainkan perkembangan bisnis itu sendiri. Terlihat abstrak memang. Apabila kita  mengamati perkembangan Go-Jek, Tokopedia, Shopee tentu kita semakin paham dengan banyaknya promosi yang mereka luncurkan. Sangat beragam dan sering membuat kita menjadi pe-belanja yang produktif.

Benar?

Ya, para StartUp rela merugi agar konsumen tertarik menggunakan layanannya, menggunakan aplikasi digital yang di-up-grade setiap saat. Rumus merugi ini tidaklah wajib, kita tetap bisa mendapatkan laba keuntungan agar bisa tetap beroperasi jangka panjang. Untuk bisnis StartUp yang wajib adalah meningkatnya nilai valuasi StartUp demi untuk menentukan harga jual StartUp atau perusahaan apabila terjadi merger atau ada perusahaan lain yang tertarik untuk mengakuisisinya.

Maka …. apakah semangat holobis kuntul baris masih valid  dalam kekinian kolaborasi StartUp Digital + IKM/UMKM/UKM bagi kita?

Jember, 26 Juni 2022

Jeffrey Wibisono V.

Praktisi Perhotelan dan Konsultan di Industri Hospitality

Juga tayang di

https://www.timesindonesia.co.id/read/news/415888/njawani-kolaborasi-holobis-kuntul-baris

https://sorogan.id/kolaborasi-holobis-kuntul-baris-39993/

https://bisniswisata.co.id/kolaborasi-holobis-kuntul-baris/

Share this:

Rekrutmen SDM Berkualitas yang Paling Mudah

UMUMNYA, para pebisnis di bidang pariwisata seperti perhotelan dan sarana pendukung pariwisata lainnya, merekrut tenaga kerja yang “siap pakai” dengan minimum tambahan pelatihan —sesuai keperluan perusahaan—. Rekrutmen SDM (Sumber Daya Manusia) berkualitas merupakan percepatan mengakomodasi kebutuhan para wisatawan baik domestik mau pun mancanegara. Mulai dari karyawan operasional seperti security, housekeeping, driver, pool attendant, front office, waiter sampai ke tour guide yang bekerja di travel agent. Pekerjaan multi dimensi dalam ekosistem pariwisata, tidak hanya memerlukan tenaga kerja terampil secara  fisik, juga memiliki kemampuan mengelola mood dan emosi kastemer.

Tahun ini dan 2023 nanti, berapa besar target  kunjungan wisatawan mancanegara yang ditetapkan pemerintah?

Berapa pun target optimis yang hendak dicanangkan pemerintah, tetap menjadi stimulan menggembirakan dan harus didukung semua pihak, terutama para pekerja pariwisata —Sumber Daya Manusia (SDM) pariwisata itu sendiri—.

Lalu, bagaimana ketersediaan SDM dengan kualitas dan kuantitas untuk mencapai keberhasilan pariwisatanya? Dan bagaimana minat SDM untuk bekerja di kepariwisataan?

Secara random, saya perkecil area misalnya khusus untuk wilayah Jawa Timur dan Jember. Berapa serapan tenaga kerja untuk sektor perhotelan, jika “endemi” COVID-19 diberlakukan? Dengan perhitungan rekrutmen konservatif 1: 1—artinya per kamar satu orang tenaga kerja yang ditempatkan sesuai bidangnya—, ini baru untuk hotel saja.

Bagaimana dengan  bisnis sektor pendukung pariwisata seperti kuliner dan rekreasinya? Masih diperlukan ribuan untuk bekerja di restoran independen, lapangan golf, taman rekreasi, transportasi dan seterusnya.

Tetapi,  apakah mereka — SDM pariwisata—sudah siap kerja dengan performa maksimal untuk melayani wisatawan?

Multi dimensi dalam melayani di industri pariwisata adalah kecukupan  pembekalan pengetahuan seperti:

  • Statistik pariwisata: Kita belajar menghitung jumlah kunjungan wisatawan yang masuk melalui jalur darat, laut dan udara. Kemudian demografi dan geografinya. Lalu objek wisata sampai ke psikografi. Semua adalah acuan akurasi  menggunakan analisa data untuk  melengkapi salah satu strategi sales & marketing.
  • Tourism behaviour: Kita belajar kultur dan kebiasaan bangsa-bangsa lain. Tahap awal, fokus pada kebangsaan mayoritas yang sudah siap masuk ke destinasi kita. Misal, saat ini pemerintah sedang menggalakkan kerjasama dengan Timur Tengah, Eropa dan ASEAN.
  • Ekonomi pariwisata: Kita belajar ilmu ekonomi. Seberapa besar dampak pariwisata di suatu destinasi atau objek wisata, secara makro dan mikro.?
  • Tourism law: Kita belajar tentang aturan-aturan dasar saat memulai membangun objek wisata, hotel, restoran, dan usaha pariwisata lain. Mata pelajaran ini wajib, agar pelaku industri tidak buta hukum yang digunakan untuk menjalankan dasar-dasar normatif pelaksanaan peraturan pemerintah dan kebijakan perusahaan tempat bekerja.
  • Studi Wilayah atau perencanaan destinasi: Kita perlu memahami roadmap pembangunan wilayah sehingga usaha yang hendak dikembangkankan sesuai “kelayakan” peruntukan wilayahnya.
  • Manajemen perhotelan dan objek wisata: Kita belajar mengelola bisnis sesuai konsep produk dan mengoperasikan berdasarkan panduan Policy & Procedure yang didetilkan ke Standard Operation Procedure.
  • Ekowisata: Kita belajar tentang mengembangkan pariwisata berbasis alam. Belajar ilmu kehutanan atau lingkungan!
  • Tourism philosophy: Pengetahuan ekstra yang selayaknya kita miliki adalah mempelajari perihal filosofi dan motivasi manusia melakukan perjalanan wisata.
  • Bahasa asing: Wajib bagi SDM kepariwisataan, minimum menguasai bahasa Inggris. Tambahannya seperti bahasa Arab, Perancis, Jepang, Mandarin, Belanda, Rusia, dan ada beberapa lagi lainnya. Menguasai bahasa asing, menaikkan harga jual profesi secara proporsional—profesionalisme—.
  • Geografi pariwisata: Kitabelajar  memahami peta potensi potensi wisata di daerah, provinsi, sampai nasional.
  • Pariwisata budaya: Indonesia “masih” menetapkan pembangunan kepariwisataan berdasarkan pariwisata budaya Nusantara didasarkan pada kearifan budaya lokal.

Pengetahuan tambahan tersebut memperkaya kompetensi utama SDM di front office, food & beverage dan house keeping. Tidak kalah penting adalah penguasaan code of conduct untuk  diimplementasikan disetiap dimensi fungsi tugas SDM pariwisata —integritas profesi—.

Pekerja pariwisata diajarkan dan dituntut untuk disiplin, menghargai orang lain, mandiri, kerja keras dan tahan banting; agar siap, sigap memberikan layanan sesuai ekspektasi wisatawan. Salah satu critical point misalnya kesopanan,  penampilan, kebiasaan greeting —memberi salam, sapa dan senyum – kepada siapapun. Kerapian penampilan cara berpakaian, penataan rambut dan pemilihan sepatu.

Belum Layak Rekrut 

Lalu siapa pekerja yang siap pakai, mudah direkrut dan berkualitas untuk mendukung program pemerintah yang sudah membuka “gerbang masuk”, memberikan kemudahan aturan warga negara asing berlibur ke Indonesia, sekaligus sebagai upaya mencapai target kunjungan tahun 2022 dan 2023 — meski angka belum terpublikasi–?

Jawaban saya adalah bermula dari SMK Pariwisata.  SMK adalah salah satu jalur praktis  menuju dunia kerja,  diajarkan untuk jadi pribadi yang mandiri, siap kerja. SMK pariwisata umumnya memiliki dua jurusan keilmuan yaitu iIlmu perhotelan dan usaha perjalanan wisata. Dengan kurikulum mata pelajaran dari Departemen Pendidikan, mendapat tambahan tentang perhotelan umum dari front office, house keeping dan food & beverage product dan service.

Jurusan usaha Perjalanan Wisata, mata pelajarannya antara lain tour planning, ticketing, guiding, MICE (Meeting Incentive Convention Exhibition), etika komunikasi dan pengantar ilmu pariwisata.

Apakah lulusan SMK sudah memenuhi kualifikasi ketersediaan tenaga kerja?

Saya yang berada di dalam lingkup praktisi industri perhotelan bisa menyatakan bahwa, lulusan SMK “belum” mencapai poin layak rekrut. Terutama untuk kebutuhan SDM di hotel-hotel bintang 4 dan 5 dengan tamu internasional. Penguasaan bahasa Inggris verbal dan tulisan masih di bawah angka rata-rata, demikian juga ketrampilan khusus seperti  food & beverage dan house keeping.

Nilai Suksesi

Belum layak direkrut sebagai SDM pariwisata, tidak berarti salah langkah. Upaya yang dapat dilakukan stake holder kepariwisataan antara lain:

– Memberi kesempatan guru dan murid mendapatkan pengalaman lapangan melalui pelatihan dan magang di industri perhotelan dan biro perjalanan wisata.

Khusus untuk perhotelan, hal ini sangat penting karena harus menjalankan standar internasional. Menjadi sangat “tidak kompetitif”, bila guru, tenaga pendidik tidak berpengalaman hal tata cara pergaulan internasional. Baik dari urusan hunian, layanan perjalanan sampai di meja makan.

– Departemen, Dinas Ketenaga Kerjaan selayaknya  membuka kursus-kursus bahasa asing, menyediakan laboratorium aplikasi bisnis dan pariwisata di setiap Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) kepariwisataan di masing-masing kabupaten dan kota di Jawa Timur. Peran sistem triple helix —industri, kebijakan pemerintah, dan institusi Pendidikan– salah satu solusi untuk memaksimalkan SDM.

– Alternatif lain, pihak industri melakukan fostering/adopsi salah satu SMK untuk memberikan training, praktek sesuai kualifikasi perekrutan di hotel dan biro perjalanan wisata. Sehingga magang di hotel tak sekadar mengisi nilai kurikulum, tetapi praktik dengan “benar, bertanggungjawab” dan menjadikan peserta training/magang tenaga terampil siap pakai sesuai kualifikasi wadah penempatan pekerja.

Afdal?

Jember, 1 Mei 2022

Jeffrey Wibisono V.

Praktisi Perhotelan dan Konsultan

Naskah juga tayang di

https://www.timesindonesia.co.id/read/news/408281/rekrutmen-sdm-berkualitas-yang-paling-mudah

https://www.opini.beritabali.com/read/2022/05/09/202205090056/rekrutmen-sdm-berkualitas-yang-paling-mudah?page=all#

Share this:

n-JAWA-ni: Mandhor Klungsu – Roadmap Personal Branding

Apa sebenarnya tujuan kita membangun Personal Branding?

Untuk konsumsi siapa atau publik yang mana?

Tentunya perihal personal branding adalah sebagai bagian dari komitmen bisnis kita dan peningkatan karir, bukan hobby!

Strategi pencitraan diri – personal branding adalah segala upaya untuk mengubah reputasi dan karir kita dari yang biasa-biasa saja untuk menjadi high visibility. Kita bisa membuat tolok ukur sendiri dari saat kita mengawali titik balik hingga ke tingkat yang hendak kita capai. Strategi kekinian untuk aktivitas personal branding erat kaitannya dengan konten marketing termasuk di dalamnya kita “ngeksis” di media sosial.

Lalu, kalau menurut saya, di poin konten marketing untuk personal branding, sebaiknya kita bisa mengambil referensi positif laku Mandhor Klungsu. Bagi saya,  budaya Jawa pitutur luhur rangkaian kata-kata mutiara bahasa Jawa bernilai universal dan berlaku sepanjang masa. Dan mandhor klungsu ini mengajarkan kita perihal humility – kerendahan hati, dimana pelaku marketing millenial dimulai dari wong lokal cilik seumpama klungsu.

Klungsu adalah biji buah asam dan Mandhor diartikan sebagai pemimpin.

Kita semua sudah tahu biji asam, bukan?

Si klungsu ketika kita menemukannya di dalam beragam olahan, langsung kita singkirkan.  Mulai dari ketika kita meracik bumbu sampai mengolah jamu. Betapa seolah sebutir benda yang tak berharga. Bahkan klungsu kita buang begitu saja, entah kemudian tergeletak terdampar dimana dan hanyut kemana. Klungsu kemudian tetap bertahan dalam segala cuaca, di hari panas dan di basahnya hujan. Nasib klungsu itu sumbyar semebyar berserakan dimana-mana. Si klungsu kecil tiga dimensi beragam bentuk, berwarna coklat kehitaman mengkilap dan berkulit tebal keras.  Tentu dengan karakter bentukan luarnya ini, si klungsu diciptakan oleh alam semesta menjadi tahan banting, jatuhpun masih mampu  melenting.Tetap berkilau dalam segala cuaca, kena teriknya panas matahari juga basahnya hujan, klungsu tetap demikian tidak mudah membusuk.Dari bungkus berparas rupawan, tampak kokoh itu. Di balik kekerasan yang sedap dipandang itu, di dalamnya ada kelembutan yang memiliki kekuatan untuk memecahkan si keras untuk dapat tumbuh. Klungsu mempunyai kehidupan sejati, walau ngrembayah  mengembarasekalipun cuma dapat lahan kecil dipinggir jalan.

Lalu apalah kita?

Begitu banyak bakat yang dimiliki tiap-tiap orang, termasuk kita-kita ini. Tetapi seperti klungsu yang terserak terlempar kesana sini seperti tidak berguna; oleh orangtua cita-cita kita dikaburkan, sampai ada yang ditenggelamkan ke dalam samudra demi menuruti melanjutkan impian bapak-ibu, mamie-papie, ayah-bunda. Oleh guru, minat dan bakat kita dialihkan ke pengembaraan tak berujung di padang pasir. Kemudian kembali kepada pengejawantahan kemauan dari dalam diri kita masing-masing. Kalau serius mau, niat dan mampu berproses untuk unggul, kita harus menjadi klungsu. Tetap fokus dalam pencarian jatidiri untuk mendapat lahan melanjutkan hidup yang tepat, sesuai cita-cita.

Begitu klungsu tumbuh menjadi pohon asam yang rindang menghasilkan ribuan klungsu yang lain. Sama persis dengan bisnis startup yang berupaya valuasi, bertumbuh menjadi bernilai lebih terus menerus. Ini multiplikasi dalam ilmu digital marketing.

Pohon asam identik dengan jenis pohon yang semua bagiannya bermanfaat bagi manusia. Pohon asam bisa diambil kayunya. Daunnya yang disebut sinom, bisa dimanfaatkan untuk pengobatan. Buahnya untuk bumbu dan beragam kreasi makanan, juga untuk perawatan tubuh. Akarnyapun bisa untuk bahan obat.  Perumpamaan bijak perihal pohon asam  ini mengajak kita untuk menjadi mandhor. Pemimpin terhadap klungsu kecil refleksi diri kita sendiri. Maknanya adalah walau berasal dari si klungsu bibit yang kecil, ketika kita bisa memimpin diri sendiri, maka kita akan berguna dan menyebarkan manfaat yang besar dan luas bagi kehidupan seperti pohon asam. Kita para klungsu diajarkan untuk menjadi kokoh dan memberi manfaat sebesar-besarnya bagi sebanyak-banyaknya makhluk hidup. Bahasa kerennya menjadi seorang leader yang menciptakan future leaders yang sama tangguhnya.

Kemudian, sebelum kita mendalami dan terjun menjalankan strategi personal branding untuk diri kita sendiri, saya ingin Anda mengetahui,  bahwa ada satu karakteristik penting yang kita perlukan untuk pencitraan positif yang akan membawa karier kita ke tingkat berikutnya yaitu komitmen dan konsistensi untuk mewujudkannya. Kita harus fokus pada proses untuk mencapainya, selangkah demi selangkah. Ini adalah perjalanan yang layak dilakukan!  Persis seperti jalan hidup klungsu, ada kekuatan untuk tumbuh dan terus bertumbuh. Pada saatnya, kita akan takjub pada diri sendiri dan tingkatan yang kita raih sebagai pohon asam. Banyak dari kita tidak lahir sebagai penulis, tidak lahir sebagai superstar, akan tetapi kita bisa menjadi – dengan banyak pelatihan, menemukan kesempatan dan memaksimalkan upaya menggunakan kesempatan tersebut.

Selanjutnya Roadmap Personal Branding yang saya punya, yaitu  menyatukan semua rencana dan tindakan yang saling bertautan secara koheren. Menjadikan roadmap sebagai panduan formal. Ini berarti saya secara rutin menuliskannya, merenungkan tanya-jawab terhadap diri sendiri, kalau perlu kemudian merevisi dan  memperbarui strategi. Ide-ide baru selalu muncul secara dinamis kapanpun dan selalu segera saya catat untuk bisa direview dikemudian hari. Kira-kita demikian tahapannya

Tahap I adalah Strategi

  1. Menentukan tingkatan kita saat ini.
  2. Mengidentifikasi keahlian/spesialisasi kita
  3. Menentukan target audiens
  4. Menentukan perspektif unik kita
  5. Menentukan tools yang hendak kita pergunakan terus menerus
  6. Memberi penilaian sendiri terhadap keterampilan kita
  7. Tahu kepada siapa dan kemana kita pergi apabila memerlukan bantuan

Tahap II adalah menyiapkan infrastruktur

  1. Menyiapkan media kit yang berisi profil biodata kita. Di marketing 5.0 era technology for humanity kali ini, adalah sudah jamak kalau kita bisa share video pendek, reel dan klip public speaking.
  2. Selalu update biodata kita untuk meningkatkan kredibilitas. Kalaupun sudah siap, mempunyai Website yang adalah kategori owned digital asset adalah baik.
  3. Mempunyai blog untuk bisa menulis sesuai kemampuan dan kemauan kita.
  4. Membuat tools conversi untuk Analisa
  5. Mengaktifkan profil di media sosial
  6. Memiliki platform email.

Tahap III adalah meningkatkan keahlian

  1. Meluangkan waktu melatih keterampilan baru to upgrade ourselves.

Tahap IV adalah Reveal – Munculkan – Expose dan mainkan!

Akhirnya, jika kita adalah seseorang yang memiliki ambisi untuk menjadi  market leader di industri kita masing-masing dengan ilmu mandhor klungsu, maka roadmap ini dapat memandu kita di jalur pendakian yang cepat dan terpandang. Wajar jika pada awalnya, kita akan merasa terbebani, terutama jika kita sudah sibuk. Kuncinya hanya memecah tahapan strategi kita menjadi bagian-bagian yang dapat dikelola. Selangkah demi selangkah, bertahap.  

Apabila kita konsisten, relevan dan interaktif, maka personal branding kita dari hari ke hari akan mulai kelihatan hasilnya. Kita akan menikmati aliran respon, mendapat peluang berbicara di sana-sini, dan meningkat pula jumlah follower dan fans baru. Pada titik tertentu, orang akan mulai meminta kita dan ingin mempekerjakan kita atas dasar reputasi yang kita kelola sendiri.  Tentunya kalau sudah pada pencapaian ini, baru kita merasakan kerja keras kita sepadan. Sensasional!

Panutan – Good luck! Stay humble dan happy climbing!

Never forget the power of the golden rule. If you want to build a personal brand, I suggest you make kindness and service the cornerstone. People will never forget on how you made them feel.

Jember, 28 April 2022

Jeffrey Wibisono V.

Praktisi Perhotelan dan Konsultan

Juga tayang di

https://www.timesindonesia.co.id/read/news/407940/njawani-mandhor-klungsu–roadmap-personal-branding

Share this:

Wajah SDM Industri Hospitality Indonesia 2022

SDM seperti  apa yang diperlukan bisnis pariwisata jika Pandemi COVID-19 berakhir?

Pada tahun 2022 dan 2023 apakah pemerintah Indonesia hendak mentargetkan kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 20 juta orang untuk me-refresh target tahun 2019? Tentunya menurut opini saya angka tersebut adalah target yang over-optimist dengan menganalisa kondisi dunia. Apakah juga akan didukung sepenuhnya oleh terutama para pekerja pariwisata atau Sumber Daya Manusia (SDM) pariwisata itu sendiri?

Sektor pariwisata akan berkembang seiring dengan kemajuan industri perhotelan, restoran ditambah sarana rekreasi pendukung lainnya. Menciptakan suatu destinasi yang terintegrasi dengan fasilitas umum di suatu area. Akan tetapi kendala praktisi profesional sampai saat ini di beberapa daerah terkait dengan SDM adalah rendahnya tingkat penyerapan tenaga kerja. Dapat menjadi demikian  karena ketidak-sesuaian kompetensi yang dimiliki pencari kerja dengan kebutuhan industri. Saya merasakan proses rekrutmen menjadi sangat lambat di wilayah tempat kerja saya saat ini; di Kabupaten Jember, Jawa Timur. Kira-kira peran sistem triple helix yaitu gabungan industri, pemerintah dan akademisi dalam menyusun model peningkatan kompetensi SDM dapat terjadi dalam jangka waktu satu semester ke depan?

Wajah SDM Industri Hospitality Indonesia 2022 SDM seperti apa yang diperlukan bisnis pariwisata Pasca Pandemi COVID-19?
Career Compass from pixabay

Seperti kita ketahui pada tahun 2018 Kementrian Pariwisata telah menyusun cetak biru sektor pariwisata yang di dalamnya ada 88 kawasan strategis pariwisata nasional yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. Fokusnya secara tradisional masih di Bali, Yogyakarta dan Batam Kepulauan Riau, karena tiga daerah itu menyumbang 90 persen devisa dari sektor pariwisata sampai dengan akhir tahun 2019, sebelum pandemi COVID-19 menghantam dunia dan meruntuhkan hampir semua lini bisnis dengan yang terparah adalah industry pariwisata. Apakah masih berlaku di 2022 pernyataan “Untuk pariwisata Indonesia adalah lapangan kerja yang paling mudah dan murah”

Yang menarik dan sedikit membingungkan adalah data pada tahun 2019 dari berbagai sumber mengungkapkan 58 persen dari 133 juta jumlah angkatan kerja Indonesia berasal dari lulusan SMP. Sedangkan pariwisata dalam hal ini bisnis perhotelan hanya akan menerima staff minimal lulusan SMK khususnya pariwisata.  Jadi akan dibawa kemanakah para lulusan SMP itu? Jika dipaksakan, bagaimanakah cara men-training mereka? Seperti kita ketahui SMK adalah pendidikan jalur cepat kejuruan siap pakai. Mata pelajarannya fokus pada keterampilan dan praktek kerja magang sebagai trainee. Mereka mendapat teori yang sedikit. Jadi biasanya hotel yang menerima trainee SMK harus ekstra keras dalam memberikan supervisi supaya mereka bisa menyetarakan diri dengan standar operasional hotel berbintang 4 ke atas.

Sebagai praktisi hotel yang sudah malang melintang selama lebih dari 20 tahun, sempat bekerja dibagian sales marketing hotel-hotel bintang 5  hingga General Manager hotel bintang 4,  pengalaman saya selama sekitar 3 dekade itu saya tulis dalam sebuah   buku berjudul Hotelier Stories Catatan Edan Penuh Teladan. Kekinian jika pandemik COVID-19 berakhir menggelitik hati saya dan membuat saya bertanya pada diri saya bagaimana sesungguhnya wajah SDM pariwisata kita terutama perhotelan masuk ke triwulan ke-2 tahun 2022. Apakah mereka dapat kembali dirasuki roh hospitality yang multi dimensi? Apakah gaji semampunya perusahaan dan senerimonya karyawan akan mampu menghasilkan SDM unggul? Tentunya mengingat hotel adalah sebuah  bisnis yang menuntut sebuah performa yang tinggi untuk menjaga mood tamu yang masuk happy dan keluar juga harus tetap happy. Standar remunerisasi pekerja hotel adalah UMK/UMP atay yang disetarakan. Memang ada sedikit pendapatan tambahan bagi staff hotel melalui  persentase service charge;  walaupun tidak banyak mengingat staff rank & file adalah pekerja dengan sistem Kesepakatan Kerja dengan Waktu Tertentu-nya masa berlaku minimum 1 tahun. Dibisnis perhotelan, staff   rank & file seperti waitress dan housekeeping attendant  saja sudah dituntut untuk bisa berbahasa inggris yang baik dan benar dan mengerti grooming

Lalu bisakah kita mencapai efisiensi dan hasil seperti yang diharapkan wisatawan dengan standar internasional luxury dengan memperkerjakan SDM yang mudah dan murah?  Seperti kita ketahui bahwa bila dikatakan pekerja yang murah dan meriah maka harapan kita tentunya bertumpu pada para lulusan SMK Pariwisata yang sudah tersebar di beberapa provinsi.

Lalu akan muncul pertanyaan seberapa unggulkah sudah lulusan SMK Pariwisata kita? Bisakah mereka menjadi SDM yang handal yang menjadi duta pariwisata Indonesia?

Berdasarkan pengalaman penulis yang lebih dari 20 tahun bekerja dan berkarya di Bali bisa berpendapat “Bali yang menjadi tolak ukur SDM tingkat internasional – disini kita bicara perihal wisatawan mancanegara – punya permasalahan beberapa hal yang masih kedodoran dan menjadi pekerjaan rumah yang besar”. Kesenjangan itu nyata terlihat jika kita membandingkan skill dan attitude para pekerja hotel bintang 4 dan 5 dibandingkan dengan hotel bintang tiga ke bawah. Hotel-hotel chain internasional berbintang 5 biasanya tidak memiliki masalah, tetapi ada juga hotel bintang 5 non-chain internasional yang bahasa Inggris staffnya masih pas-pas-an dan belum mempunyai kemampuan diplomasi.

Hal yang paling utama adalah masalah berbahasa Inggris dengan baik dan benar. Kebanyakan  lulusan SMK Pariwisata belum bisa berbahasa Inggris dengan baik dan benar sesuai dengan ekspektasi hotel berbintang. Nah kalau di Bali saja yang merupakan tolok ukur SDM pariwisata masih bermasalah, lalu bagaimana dengan di pulau-pulau sana yang sedang dikembangkan menjadi destinasi pariwisata skala prioritas?

Pihak hotel di Bali biasanya tidak ingin mengeluarkan uang ekstra untuk memberi kursus bahasa Inggris kepada karyawannya yang notabene bekerja dengan ikatan KKWT (Kesepakatan Kerja Waktu Tertentu). Karena banyak kejadian setelah pintar berbahasa Inggris mereka akan pindah ke hotel yang lain. Lalu bagaimana jalan keluarnya? Ini menjadi pekerjaan rumah Kementrian Pariwisata dan Kementrian Tenaga Kerja tentunya dalam menghasilkan SDM pariwisata yang unggul. Terutama penguasaan bahasa Inggris verbal untuk front liner staff. Lebih baik lagi jika para staff back office seperti reservation dan ecommerce dan digital marketing juga bisa menguasai grammar bahasa Inggris yang baik

Hal yang lain yang penulis harapkan  adalah alangkah bijak jika Kementrian Pariwisata dan Kementrian Tenaga Kerja membuka pelatihan grooming untuk para pekerja hotel demi memperkuat SDM. Termasuk di dalam modul pelajaran sertifikasi kompetensi tenaga kerja? Kebiasaan yang terjadi adalah banyak pihak hotel tidak ingin mengeluarkan uang ekstra untuk pelatihan. Bisa dimengerti karena biasanya para pekerja akan pindah ke lain hotel ketika merasa mereka sudah semakin pintar dan mempunyai nilai jual lebih.

Hal-hal yang paling gampang dilihat dalam kehidupan hotel sehari-hari adalah masalah grooming, tata cara membawa diri. Hal yang sederhana saja seperti – Sudahkah memberi salam kepada tamu ketika berpapasan?

Kenapa para waiter dan waitress mengobrol di restoran dan tidak memperhatikan kebutuhan tamu yang sedang duduk di restoran dan memerlukan perhatian?

Kenapa staff hotel memaksakan diri masuk lift bersama para tamu hotel – padahal sudah jelas peraturannya, bahwa mereka tidak boleh menggunakan fasilitas untuk tamu dengan fleksibilitas sesuai peraturan perusahaan. Apabila ada tamu di dalam lift yang terbuka, staff tidak boleh ikut masuk ke dalamnya.

Jika Bali saja yang menjadi tolak ukur pariwisata Indonesia masih kedodoran dalam hal rekrutmen SDM yang skillfull  dan wellgroomed sesuai jenjang karir dan kualifikasi jabatan yang disandang, yaitu dari Rank & File, Supervisor sampai Manager, bagaimana dengan destinasi lainnya yang sedang dikembangkan termasuk daerah-daerah di luar Bali?

Seperti kita ketahui di  industri hospitality paket kompeten dan kompetensi pekerjanya sangat kompleks, sebab berhubungan dengan bisnis emosi manusia lainnya sebagai sumber interaksi; terutama tamu-tamu hotel, dan solusi yang dibuat harus selalu tepat waktu.

SDM hotel harus mengerti psikologi pelayanan, latar belakang kultur kastemer,  komunikasi sampai bahasa untuk bisa memberikan pelayanan yang terbaik.

Secara psikologis pemetaan parameter kepuasan tamu adalah abstrak bisa jadi menyesuaikan personal demand. Sebagai contoh untuk wisatawan backpacker mungkin hanya perlu standar akomodasi yang aman dan bersih. Tetapi untuk kelas wisatawan luxury memerlukan banyak hal detil yang  harus disediakan untuk mendapat nilai excellent.

Tentu pertanyaannya adalah, SDM sekelas apa yang ingin kita miliki untuk mencapai target kunjungan wisman yang tiap tahun targetnya dibuat selalu meningkat?

Apakah pemerintah bersedia memfasilitasi pelatihan bahasa dan membuka grooming school untuk SDM pariwisata terutama untuk para pekerja hotel bintang 4 ke bawah?

Strategi Peningkatan Kompetensi SDM apabila di suatu daerah tidak terdapat sekolah tingkat menengah maupun perguruan tinggi, maka perlu dibuka beberapa Lembaga Pendidikan dan Pelatihan untuk meningkatkan kompetensi pencari kerja melalui program sertifikasi. Peran sistem triple helix yaitu industri, kebijakan pemerintah, dan institusi pendidikan. sangat direkomendasikan dengan tujuan menghasilkan Model Peningkatan Kompetensi SDM yang sinkron pada Sektor Pariwisata, Perhotelan dan Restoran.

Jember, 2 April 2022

Jeffrey Wibisono V.

Praktisi Perhotelan dan Konsultan

Juga tayang di

Share this:

11 Resolusi 2022 Rancangan Perspektif Diri

“Tetaplah bergeraklah, hadapi, dapatkan solusi dan selesaikan segala persoalan agar hati dan pikiran kita tak punya waktu untuk mengeluh.”. – jeffreywibisono.com

Siapa sangka, keputusan saya keluar dari Bali – memindahkan basis kerja ke kota Malang, Jawa Timur pada 21 Agustus 2021 – membawa saya mendapatkan kesempatan bekerja di Kabupaten Jember. Kesempatan menjadi General Manager Hotel berbintang 4 saya ambil sekali lagi sejak 1 November 2021.

Memasuki tahun 2022, seperti tahun-tahun sebelumnya, kita selalu menaruh harapan-harapan terhadap yang lebih baik. Meskipun banyak rencana yang sudah kita godog di 2020 harus di re-schedule di tahun 2021, karena pandemi COVID-19 menjadi berkepanjangan dengan tambahan varian-varian mutant. Mau tidak mau, wabah dunia menuntut kita untuk berpartisipasi melakukan kontrol ketat dan menomorsatukan hidup SEHAT jiwa dan raga.  Sehingga sebagian dari kita mulai enggan menyusun resolusi untuk masuk 2022. Buat saya, pasrah tanpa melakukan usaha untuk diri sendiri dan orang lain tentunya adalah ke-sia-sia-an menjalani hidup yang menghidupi dan menghidupkan. Walau diri kita masing-masing kalua dilihat hanyalah satu noktah di alam semesta. Marilah kita menyadari tetap kecil tetapi bisa memberi arti.

Saya sendiri percaya jika sepanjang tahun 2022 semua akan jauh menjadi lebih baik apalagi dengan optimism ditambah upaya kerja keras. Jika sebelumnya kita berfokus pada kesehatan dan kondisi keuangan, maka tidak ada salahnya untuk membuat daftar resolusi dengan tujuan yang sama.

Fokus saya pada beberapa opsi yang nyaman untuk diri sendiri, logis, realistik dan terukur. 11 Resolusi yang memungkinkan untuk saya lakukan dan berharap benar-benar akan berdampak pada keseharian sepanjang tahun.

Dan 11 Resolusi saya di tahun 2022 adalah

  1. Open to work menjalani pekerjaan tetap di Jember, selain mendapatkan ijin untuk tetap menjalani freelance sebagai mentor yang berkontribusi terhadap pendidikan di Indonesia. Fokus mentoring ke keilmuan perhotelan Technology for Humanity dengan major Customer Service dan  Digitalisasi Salesmanship.
  2. Merancang ulang anggaran finansial. Memasuki 2022 dengan kondisi income dan ekonomi yang mulai stabil. Harus semakin bijaksana dalam pengelolaan keuangan.
  3. Melakukan olahraga ringan, hanya yang saya sukai. Yaitu jalan-jalan keliling kota ditambah porsi kembali nyebur ke kolam renang untuk low impact exercise.
  4. Mencoba memasak satu ide baru setiap minggunya
  5. Lebih rutin menulis untuk jeffreywibisono.com dan namakubrandku.com. Sharing manfaat untuk tambahan pemasukan diri sendiri dan orang lain.
  6. Bergabung dengan komunitas yang sesuai dengan passion. Antara lain Digital Marketing dan organisasi humanisme.
  7. Membuat jadwal membersihkan dan merapikan rumah membuat lebih fresh look dan nyaman dipandang, apalagi dihuni.
  8. Membuat jadwal merapikan dapur.
  9. Mengatur tanaman hijau dan tanaman hias. Gardening.
  10. Melakukan perjalanan mengunjungi keluarga, sanak-saudara, handai taulan dan sahabat-sahabat.
  11. Jelajahi Hobi baru

Bagaimana dengan resolusi teman-teman great people, bro en sist?

Salam sehat sejahtera seger waras untuk semua dan semoga sukses menjalani tahun 2022 dan tahun-tahun selanjutnya.

Jember, 30 Desember 2021

Jeffrey Wibisono V. 

Praktisi Perhotelan, Consultant Hospitality Industry di Indonesia 

Share this:

Mentorship in Workshop Series Skill-up Digital Marketer

Aku tak biasa ..

.

Kali ini Suzana Widiastuti and I dengan modal latar belakang keilmuan yang berbeda, kami ber-kolaborasi membuat bendera persatuan dengan branding DIGIMAKZ.

.

Program bisnis kami adalah bimbingan pelatihan fokus ke praktek dengan kelas konvensional tatap muka MENTORSHIP in WORKSHOP SERIES dengan visi Skill-up Digital Marketer.

.

Kami mulai Seri #1 pada Sabtu, 14 November 2020.

Workshop akan dimulai pukul 9:00 pagi sampai diperkirakan selesai pukul 14:00 siang WITA.

Bertempat di Fame Hotel Sunset Road Kuta, Bali

Karena ini kelas bimbingan dengan praktek, maka kami membatasi peserta maksimum sebanyak 20 orang.

Pendaftaran via Whatsapp link https://wa.me/6281388808076 (Jeffrey)

Investasi sebesar Rp. 250ribu per orang dan termasuk makan siang.

Mentoring seri #1 dengan materi Cara Cerdas Monetisasi Media Sosial adalah

Suzana Widiastuti seorang Digital Maker — Maker istilah yang sedang trend di kalangan Startup — intinya orang yang bisa membangun dan meluncurkan produk (tentang apa saja). Dan saya sendiri, Jeffrey Wibisono V. seorang Praktisi Branding yang cukup dikenal di industri perhotelan dan pariwisata.

Kami telah menyusun Jadwal Seri Menjadi Digital Marketer dengan penyampaian materi berjenjang menjadi serial mentorship workshop. Pertemuan dengan jarak dua (2) minggu dari setiap seri-nya dengan total enam kali (6 X).

Berikut adalah jadwal lengkapnya yaitu 14 dan 28 Nov 2020, 12 dan 26 Des 2020, 16 dan 30 Jan 2021.

Pendaftaran seri #2 dan seterusnya akan kami buka setelah selesai setiap seri workshop secara berurutan.

Teman-teman, terima kasih sebelumnya atas minat dan perhatiannya. Kami tunggu pendaftaran teman-teman secepatnya mengingat kuota peserta yang telah kami tentukan.

Salam sehat senantiasa untuk kita semua.

Bali, 26 Oktober 2020

Jeffrey Wibisono V. namakubrandku

Hospitality Consultant Indonesia in Bali –  Telu  Learning  Consulting – Commercial Writer – Copywriter – Jasa Konsultan Hotel

Share this:

Let’s Go! Tetaplah Bergerak Agar Tak Tenggelam

KITA semua sudah paham, semua kesusahan dalam masa pandemi COVID-19 ini disebabkan oleh terbatasi ruang gerak secara global. Masyarakat, baik pengusaha mau pun pekerja hanya dalam posisi bertahan hidup selama dua triwulan berturut-turut. Untuk pemulihan ekonomi kuncinya hanya ada di pandemi.

Aksi pemerintah melakukan percepatan dengan membuka akses lintas-batas domestik masih terhambat dengan peningkatan area-area yang secara paparan  angka menunjukkan peningkatan resiko tertular dari sang virus tipe super-spreader ini. Pemerintah telah menawarkan dan melakukan aksi solusi berjenjang.

Kalau kita amati, masa pandemi di Indonesia bisa menjadi lebih lama lagi, karena faktor ketaatan masyarakatnya.

Mengapa bisa tidak taat?

Pasalnya penduduk kehilangan penghasilan dan harus tetap bergerak —terutama yang bergantung pada penghasilan harian—. “Tetaplah bergerak supaya kau tidak tenggelam.” Begitu kata salah satu kata bijak. Maka tidak ada pilihan, interaksi jual-beli harus tetap berlangsung, bahkan naik tajam di area mikro — UMKM–.

Selanjutnya, kita yang mengikuti berita dan menelisik data-data yang disampaikan oleh para juru bicara pemerintah dan otoritas terkait, sekarang sudah bisa mengambil kesimpulan.– Ini bisa menjadi suatu kelegaan karena parameternya tersedia–.

Secara umum bisa dikatakan pemerintahan NKRI dalam menanggulangi pandemi COVID-19 saat ini fokus pada ketersediaan vaksin. Penanggulangan berdasarkan adanya vaksin, “bukan” terhadap pandeminya, walau pun pemerintah daerah berkoordinasi dengan pemerintah pusat melakukan PSBB – lockdown locally – termasuk pembuatan peraturan dan payung hukumnya.

Yang menarik dari sini adalah informasi “jadwal” ketersediaan vaksin. Sehingga kemudian bisa kita perhitungkan dan tentukan periode pandemi COVID-19 di Indonesia akan masuk dalam fase under-control tertanggulangi. Kemudian diikuti pergerakan pemulihan ekonomi dan kontraksi sektor industri pariwisata yang bisa bergerak lebih awal.

Terkonfirmasi Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah menandatangani Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2020 tentang vaksin COVID-19. Aturan tersebut mengatur pengadaan dan pelaksanaan vaksin virus corona — rencananya dimulai pada akhir tahun 2020–. Impor vaksin COVID-19 tiba di Indonesia bulan depan (November 2020). Vaksin virus corona yang didatangkan dari luar negeri tersebut tahap pertama akan diberikan untuk tenaga medis atau garda depan.

 Selain vaksin impor, Indonesia tengah mengembangkan vaksin di dalam negeri. Vaksin tersebut saat ini masih dalam tahap III uji klinis yang kemudian akan diproduksi secara massal oleh Biofarma. Keputusan relevan dari hasil uji klinis masih harus kita tunggu sampai bulan Desember mendatang. Kita semua tentu berharap  vaksin produksi dalam negeri dinyatakan berhasil. Dengan begitu, vaksin bisa diproduksi secara massal pada Januari 2021. Masyarakat dengan risiko tinggi kemungkinan mendapatkan vaksin pada awal tahun depan, triwulan pertama memasuki tahun baru.

Baru-baru ini dari hasil berbincang bersama Direktur Riset CORE Indonesia, Piter A. Redjalam pada  webinar iDEATE, saya mendapatkan insight tentang dampak pandemi bagi perekonomian bangsa. Pak Piter pada penutupan presentasinya menyuntikkan semangat akan adanya kontraksi di sektor industri pariwisata Bali, bahkan mampu menyampaikan periodenya.

CORE adalah kependekan dari Center of Reform on Economics atau terjemahannya Pusat Pemulihan Ekonomi Nasional. Sedangkan acara webinar berbayar diprakarsai oleh KHAS Studio dengan moderator Elprisdat Zen yang juga adalah Managing Director studio tersebut.

Berita baiknya, tinggal satu langkah lebar lagi untuk masuk ke momentum “pemulihan ekonomi nasional”. Tentunya termasuk industri pariwisata dimana Bali sebagai fokus utama untuk percepatan.

Status under control adalah triwulan pertama 2021 karena sudah ada vaksin untuk garda depan.

Lalu masuk triwulan kedua mulai April 2021, kita  sudah masuk masa pemulihan/recovery dengan  vaksin  buatan Indonesia sendiri mulai dipakai.

Selanjutnya pada triwulan ketiga pada Juli  2021, bisa dipastikan  lalu lintas pariwisata sudah meningkat dengan perhitungan pemulihan ekonomi telah berjalan dan mayarakat mulai berpenghasilan baik.

Sehingga pada triwulan keempat mulai bulan Oktober 2021 akan ada lonjakan minat berwisata yang utuh. Permintaan sudah bisa dikatakan menuju normal karena euforia para pelaku wisata untuk melakukan perjalanan.

Apa rekomendasi kita terhadap pemerintah dalam konsep pentahelix pariwisata untuk memasuki triwulan per triwulan?

Ini adalah momentum. Jangan sampai dilewatkan.

Saat pandemi berakhir pemerintah hendaknya siap dengan program-program pemulihan ekonomi. Salah satu untuk mendukung pariwisata adalah memberikan berbagai diskon tiket pesawat dan saran transformasi lainnya yang diluncurkan lebih awal,— early-bird.

Jadi, apakah pekerjaan rumah  kita dalam dua triwulan ini supaya bisa tepat waktu masuk ke masa recovery yang secara logis realistis kita perhitungkan di atas kertas?

  1. Fokus pada penanggulangan wabah dengan keterlibatan seluruh lapisan masyarakat.
  2. Pemerintah turut andil untuk memberikan jaring pengaman sosial dan meningkatkan ketahanan masyarakat terdampak
  3. Pemerintah memberikan bantuan untuk meningkatkan ketahanan dunia usaha.

Bagaimana pemikiran Anda?

Bali 16 Oktober 2020

Jeffrey Wibisono V. @namakubrandku

Hospitality Consultant Indonesia in Bali –  Telu Hospitality Learning Consulting

Artikel juga tayang di https://jeffreywibisono.com/lets-go-tetaplah-bergerak-agar-tak-tenggelam/

Hospitality Consultant Indonesia in Bali -  Telu Learning Consulting – Commercial Writer - Copywriter - Jasa Konsultan Hotel
Share this:

Kepariwisataan Berkelanjutan Setelah Era Pandemi

NEGARA Kesatuan Republik Indonesia, dengan 17.504 pulau, secara de facto terdiri dari 34 provinsi. Di dalamnya ada 416 kabupaten dan 98 kota atau 7.024 daerah setingkat kecamatan dengan 81.626 daerah setingkat desa. Populasi hampir 270.054.853 jiwa pada tahun 2018. Mari kita tunggu pengumuman hasil sensus penduduk 2020 yang dilakukan secara online — hasilnya akan diumumkan sebelum tahun 2020 berakhir—.

Berita hari ini yang saya baca, dari 34 provinsi, terekam 15 provinsi di Indonesia tidak terjadi penambahan kasus positif COVID-19 (data per 5 Juni 2020). Berarti, hampir 50% provinsi di Indonesia sudah tidak ada penambahan kasus positif baru. Kabar baik.

Bagaimana dengan kepariwisataan setelah era pandemi?  Kalau di kumpulkan sudah ada ratusan prediksi perilaku dan bisnis yang akan berkembang berkenormalan baru dengan pemikiran life after COVID-19

Di dalam bukunya berjudul “Kepariwisataan Berkelanjutan Rintis Jalan Lewat Komunitas”, tertuang pemikiran pak I Gede Ardika, Menteri Pariwisata 2000 – 2004.

Pak Ardika mengulas bagaimana pembangunan pariwisata di Indonesia yang bertumpu pada konsep, prinsip-prinsip, serta cita-cita dan tujuan sebagai bagian integral dalam pembangunan nasional.

Mulai ulasan makna dan hakikat kepariwisataan, falsafah kepariwisataan yang berakar pada kearifan lokal. Serta contoh konkrit dari beberapa wilayah di Indonesia, diantaranya Yogyakarta dan Bali. Sebagai ilustrasi, Pak Ardika mencontohkan sejumlah desa wisata yang berhasil menerapkan nilai-nilai dasar dalam upaya mensejahterakan kehidupan mereka di antaranya; Desa Wisata Pentingsari di kaki Gunung Merapi Daerah lstimewa Yogyakarta dan Desa Pemuteran, Kabupaten Buleleng, Bali.

Pak Ardika melalui buku ini juga menyampaikan bahwa nilai-nilai dasar yang dijadikan sebagai acuan (di antaranya dalam UU Kepariwisataan No.10 Tahun 2009 yang telah memasukan Kode Etik Kepariwisataan Dunia) dalam kepariwisataan nasional itu bukan ilusi kosong semata. Prinsip-prinsip ini telah diterapkan dalam mengembangkan kepariwisataan pedesaan berbasis masyarakat di Indonesia.

Alternatif jawaban dalam mewujudkan cita-cita itu adalah kepariwisataan berbasis komunitas, yaitu masyarakat sebagai pelaku.

Insight kepariwisataan adalah alat pembangunan yang strategis dan inklusif. Kepariwisataan menyentuh beragam aspek sekaligus menciptakan ekosistem  yang membutuhkan keterlibatan seluruh kelompok masyarakat. Cita-cita dan tantangan kepariwisataan di Indonesia adalah mewujudkan kepariwisataan yang bertanggungjawab dan berkelanjutan dari sisi ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan.

Lalu apa panduan dan peran UNWTO dalam pengembangan kepariwisataan Indonesia yang erat kaitannya dengan Prosedur Tetap (Protap) COVID-19 standar WHO untuk pelayanan kesehatan?

Sampai disini, pembahasan akan menjadi sangat serius dan saya serahkan ke tenaga ahlinya saja. Saya hendak alih fokus, membawa sidang pembaca ke prediksi masa depan yang membawa kita ke tatanan baru dalam bersosialisasi.

Berdasarkan dari begitu banyaknya informasi tertulis yang saya baca, melihat gambar juga menonton video, banyak tata cara ditawarkan, kemudian membawa saya kilasbalik ke masa lalu. Saya generasi yang mengalami jamannya Indonesia susah tahun 70 – 80an. Tahun 2020 ini kok saya rasakan ada kemiripan. Mungkin ada diantara sidang pembaca yang satu generasi dengan saya dan bisa menambahkan informasi.

Di Sekolah Dasar waktu itu, saya mendapatkan pembagian sumbangan jatah susu bubuk dalam kantong plastik bening yang tidak ada mereknya. Katanya –waktu itu– yang dibagikan adalah susu kedelai. Juga pengganti nasi di rumah namanya bulgur. Saya sudah lupa seperti apa rasa bulgur itu.

Maka dengan banyaknya wacana aturan baru dalam bersosialisi yang sedang dibuatkan payung hukum, maka saya mikirnya, ini circle of life. Pengulangan masa lalu sesuai jamannya.

The time is always right to do what is right. Masanya senantiasa tepat untuk melakukan hal-hal yang benar. Di masa tahun 70 – 80 an itu, mobil dan kendaraan umum tidak ber-AC. Kita menikmati sirkulasi udara natural. Apa bedanya dengan rekomendasi saat ini yang mengajari kita untuk mendapatkan sirkulasi udara sehat dengan membuka pintu dan jendela di waktu-waktu yang memungkinkan. Juga mengepel lantai dengan desinfektan.

Tentang Kuliner

Di jaman saya, restoran juga jarak antar meja nya cukup jauh. Di celah tempat duduknya bisa papasan dua orang dengan berjalan tegak, tidak pakai memiringkan atau mencondongkan tubuh. Bahkan ada restoran yang mememasang sekat antar meja, menjaga privasi.

Dan apa rekomendasi dari protap COVID-19 sekarang?

Ya, mengatur meja restoran berjarak 1.5 – 2 meter.  Sehingga kapasitas tempat duduk berkurang sekitar 50% dibandingkan pengaturan sebelum pandemi COVID-19 mewabah.

Kemudian dari edaran Tas Siaga COVID-nya BNBP, saya jadi ingat, kalau beli makanan dari gerobak pinggir jalan di sepanjang jalan Senopati Jakarta. Makannya di dalam mobil masing-masing dan bisa dipastikan setiap pembeli menyiapkan alat makan sendiri.

Di masa kini, kita yang sudah kena globalisasi, gerobak makanan kita sebut Food Truck. Karena yang pedagang di trotoar kaki lima sekarang menggunakan bagasi mobilnya untuk menata makanan jualannya.

Satu lagi, bahan makanan yang dianjurkan adalah organik dan sebisanya menghindari makanan cepat saji.

Ya, di masa lalu, — belum jamannya berbagai macam obat-obat kimia dalam bidang pertanian dan perkebunan. Pertumbuhan dan kesuburan alami dengan menggunakan pupuk kandang.

Bioskop

Yang menarik adalah bioskop. Yang punya mobil akan ke Drive-In Cinema dan yang lainnya akan ke gedung bioskop luar-ruang misbar singkatan dari gerimis bubar di masa kecil saya. Sekarang disebut nobar kependekan dari nonton bareng. Ini dunia hiburan yang akan trendi di banyak kota besar.

Pelesir

Yang saya bayangkan, pangsa pasar pertama yang akan melakukan perjalanan pasca COVID adalah keluarga-keluarga kecil. Dengan mobil-mobil yang cukup untuk ber-enam. Mobil pariwisata adalah mobil terbuka dan jenis-jenis mobil ber-AC yang muat untuk enam penumpang dengan sekat antara sopir dan penumpang. Seperti limousine service dan taxi di beberapa negara Eropa.

Di jaman saya tahun 70 – 80an, bahagianya naik colt diesel itu tanpa AC pulang-pergi Malang – Surabaya atau piknik bersama keluarga ke tempat-tempat lain berjarak tempuh sekitar empat jam.

Kemudian traveling menjadi hal yang mewah dan mahal. Ngurus surat ini itu dan ngisi form ini itu termasuk harus suntik vaksin sesuai aturan destinasi yang dituju. Apa bedanya dengan wacana dan peraturan yang sedang disusun saat ini?

Lebih jauh lagi, bagaimana dengan cara kerja dan pemikiran marketing industri perhotelan dan pariwisata saat ini dan beberapa bulan ke depan menghadapi COVID-19 under control dan program recovery-nya?

Faktanya pangsa pasar tidak mendukung secara global. Penawaran yang sedang beredar adalah Cost Price Long Staying, dan gencar dengan Pay Now Stay Later.

Semua strategi ini tentunya telah diperhitungkan dengan matang oleh menejemen perusahaan masing-masing. Mode bertahan hidup. Ini semacam aksi yang sama dimana-mana, sea of similarity.

Akhirnya, bagaimana rencana masa depan kepariwisataan termasuk aksi jangka pendek dan panjangnya?

Bukan lagi inovasi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dalam persiapan meluncurkan kembali perjalanan dan pariwisata berkelanjutan dunia. Melainkan membuka akses lintas batas seperti sebelumnya dan melonggarkan segala peraturan rumit yang disiapkan oleh masing-masing pemerintahan di seluruh dunia. Dengan prioritas jaminan kesehatan untuk semua tingkat kemampuan ekonomi wisatawan di semua destinasi tetap di urutan nomer satu dan biayanya terjangkau.

Bali, 06 Juni 2020

Jeffrey Wibisono V.

Hospitality Consultant Indonesia in Bali Jeffrey Wibisono V. namakubrandku Telu Learning Consulting Writer Copywriter

Juga dipublikasikan di

Share this: