Diam-Diam Ribuan Pekerja Hotel Hilang di Tahun 2025
Survive atau Tersingkir?
Die Hard Hospitality Warriors dan Jurus Bertahan di Era Pemangkasan Tak Terucap
Ada Krisis yang Tak Diumumkan
Tahun 2025 membawa semangat baru dalam pemulihan industri pariwisata dan perhotelan. Namun, di balik optimismenya, ada kenyataan pahit yang berlangsung diam-diam. Tanpa banyak suara, tanpa konferensi pers, ribuan pekerja hotel satu per satu menghilang dari roster. Yang paling terdampak? Mereka yang berada di jantung pelayanan: Food & Beverage, Banquet, dan Housekeeping.
Banyak yang tak sadar. Banyak yang tak siap.
Tapi ada pula segelintir yang memilih untuk tidak menyerah. Mereka adalah para Die Hard hospitality warriors—pejuang senyap yang tak hanya bertahan, tapi bertransformasi menjadi versi terbaik dari dirinya.
Bab 1: Loyalty Is No Longer a Currency
Dulu, loyalitas dianggap emas. Hari ini, loyalitas bisa jadi hanya nostalgia. Pekerja yang sudah bertahun-tahun mengabdi bisa saja menerima keputusan sepihak tanpa alasan yang menyakitkan—hanya “pengurangan biaya operasional”.
“In hospitality, loyalty is beautiful. But adaptability is survival.“
Solusi Praktis:
- Audit Kompetensi Diri: Apa yang kamu bisa di luar jobdesk-mu? Jika jawabanmu “tidak tahu”, saatnya belajar ulang.
- Tawarkan Nilai Tambah: Bukan sekadar pelaksana tugas, tapi juga pencetus solusi.
Bab 2: Pitutur Jawa — “Sopo Temen Bakal Tinemu”
Dalam dunia yang tidak lagi stabil, pitutur ini menjadi jangkar: “Siapa yang sungguh-sungguh, akan menemukan jalannya.” Tapi jangan keliru menafsir. ‘Sungguh-sungguh’ di sini bukan berarti terus-menerus lembur tanpa tujuan. Tapi sungguh-sungguh meng-upgrade diri, sadar akan arah, dan membaca zaman.
“Sing bisa urip kuwi dudu sing pinter, tapi sing pinter urip.”
(Yang bisa bertahan hidup bukan yang paling pintar, tapi yang tahu cara hidup dengan cerdas.)
Remedi Spiritual:
- Luangkan waktu 15 menit tiap hari untuk merenung: Apa nilai saya hari ini di tempat kerja?
- Ucapkan syukur, bukan hanya karena masih bekerja, tapi karena masih punya semangat bertumbuh.
Bab 3: Adaptif Adalah Amunisi
Hari ini, hotel tak lagi mencari staf yang “bagus di satu hal”, tapi yang “cukup bagus di banyak hal”. Seorang waiter yang bisa bikin konten TikTok promosi F&B? Dicari. Room attendant yang bisa layout brosur laundry? Dicatat. Banquet captain yang bisa koordinasi virtual meeting via Zoom? Dihargai.
“Di era digital, bukan siapa paling kuat yang bertahan. Tapi siapa paling fleksibel.”
Tips & Trik Adaptif:
- Pelajari tool digital sederhana: Canva, CapCut, ChatGPT, Trello, Google Calendar.
- Kuasai kemampuan presentasi online—karena banyak training kini dilakukan jarak jauh.
- Pahami dasar hospitality e-commerce dan social commerce (Shopee Live, TikTok Shop, WhatsApp broadcast promo).
Bab 4: Hypnobranding — Tunjukkan Siapa Dirimu, Tanpa Harus Berteriak
Pekerja hospitality kini tak cukup hanya ‘baik’, mereka harus ‘terlihat layak dipertahankan’. Maka personal branding bukanlah pamer, tapi perlindungan. Ini tentang bagaimana cara Anda dikenali sebelum disapa. Dikenang meski tak sedang hadir. Dihargai bahkan saat tak minta dihargai.
“Your presence must speak before your resume does.”
Langkah Hypnobranding:
- Definisikan Karakter Profesionalmu: Apakah kamu calm under pressure, service innovator, atau digital-friendly?
- Buat Narasi Diri: Posting perjalananmu sebagai pejuang hospitality di LinkedIn, Instagram, TikTok.
- Kumpulkan Testimoni Internal: Mintalah review dari supervisor dan rekan kerja untuk dijadikan portofolio.
Bab 5: Hypnowriting — CV yang Menghipnotis, Bukan Mengemis
Bukan zamannya lagi menulis CV dengan gaya usang. CV dan cover letter hari ini harus menggugah dan membuat ingin tahu lebih. Gunakan teknik hypnowriting—mengajak pembaca merasakan kehadiran Anda, bukan sekadar membaca daftar tugas Anda.
Format Singkat Hypnowriting CV:
- Sebelum: “Bekerja sebagai waiter di restoran hotel berbintang 4.”
- Sesudah: “Menyambut lebih dari 12.000 tamu dengan kecepatan, keramahan, dan upselling F&B yang berkontribusi pada 18% peningkatan penjualan harian.”
Bab 6: Hypnoselling — Menjual Diri Tanpa Menjual Harga Diri
Jika Anda masih merasa ‘tidak enak’ saat melamar kerja atau mempromosikan kemampuan diri, Anda akan tertinggal. Hypnoselling adalah seni menjual keahlian dan solusi Anda secara elegan, menyentuh emosional, dan relevan dengan kebutuhan masa kini.
Cara Menjual Diri Secara Elegan:
- Gunakan Kalimat Emosional: “Saya hadir bukan hanya untuk bekerja, tapi untuk memperbaiki alur pelayanan yang kini mulai tergerus kecepatan.”
- Jual Solusi, Bukan Skill Mentah: “Saya tidak hanya bisa memasak. Saya bisa membuat tamu jatuh cinta pada makanan lewat plating dan storytelling.”
Bab 7: Jalan Sunyi, Tapi Mulia
Tak semua orang akan memahami perjuanganmu. Bahkan rekan kerja pun bisa menjauh saat kamu mulai melangkah lebih dalam pengembangan diri. Tapi ingatlah: jalan pekerja hospitality sejati memang sepi, tapi tidak sia-sia.
“Bukan semua orang harus tahu kamu berkembang. Tapi pastikan dirimu tahu kamu tidak diam.”
Remedi Psikologis:
- Jangan bandingkan prosesmu dengan orang lain.
- Hindari over-sharing di media sosial tentang keluhan pekerjaan. Bangun narasi solutif dan membangun.
Bab 8: Simulasi 30 Hari Survival Mode On
Hari 1–5: Audit kemampuan dan buat daftar kekuatan serta kelemahan.
Hari 6–10: Ikut pelatihan gratis (Coursera, Udemy, Hospitality Net).
Hari 11–15: Perbarui CV, LinkedIn, dan akun media sosial profesional.
Hari 16–20: Buat satu konten tentang hospitality journey-mu.
Hari 21–25: Kirim lamaran ke 5 hotel, agency, atau hospitality startup.
Hari 26–30: Bangun jaringan, ikut forum komunitas, sharing session.
Hospitality Tak Pernah Mati, Hanya Berganti Bentuk
Industri ini akan terus berputar. Apa yang dulu dianggap inti bisa saja besok jadi pinggiran. Tapi nilai-nilai luhur hospitality tidak akan pernah usang: pelayanan tulus dan utuh, ketangguhan diam-diam, dan adaptasi tanpa drama.
“Kalau badai datang, jangan kutuk angin. Pelajari arah tiupannya, lalu atur layar perahumu.”
— Jeffrey Wibisono V. | NamakuBrandku
Kamu bukan sekadar pekerja hotel. Kamu adalah penjaga nilai, pembelajar abadi, dan pewaris warisan layanan bermartabat. Jadilah Die Hard Hospitality Warrior—bukan hanya yang bertahan, tapi yang bangkit dan membuat perbedaan.
Jember, 27 Mei 2025
Praktisi Industri Hospitality dan Konsultan
Note:
Dalam konteks industri hospitality, Die Hard menggambarkan pekerja yang tetap profesional, loyal, fleksibel, dan tidak menyerah walau diterpa PHK, pemangkasan, atau perubahan sistem. Mereka adalah simbol daya tahan dan integritas dalam senyap.
“Pekerja hospitality sejati adalah die hard: mereka mungkin lelah, tapi tidak pernah menyerah.”
