n-JAWA-ni: Komunikasi Rekruter Ojo Dumeh

Proses rekrutmen dalam semua industri yang multi dimensi bukan hanya soal mencari kandidat terbaik, tetapi juga soal memahami potensi, kepribadian, dan perjalanan transformasi seseorang. Sebuah kutipan terkenal, “You can’t talk butterfly language with caterpillar people,” memberikan pelajaran mendalam bagi rekruter, manajer, dan pejabat yang melakukan wawancara calon karyawan. Kutipan ini mengingatkan bahwa untuk memahami kandidat secara utuh, kita harus menghargai latar belakang dan tahap perkembangan mereka, tanpa memaksakan ekspektasi yang terlalu tinggi di awal.

Filosofi Jawa, seperti “Aja dumeh” (jangan merasa lebih unggul), menekankan pentingnya kerendahan hati dalam berinteraksi. Dalam konteks rekrutmen, filosofi ini menjadi landasan penting bagi para rekruter untuk menghindari prasangka dan memastikan bahwa proses seleksi berfokus pada potensi, bukan hanya hasil instan. Esai ini mengupas bagaimana pendekatan yang humanis, berbasis kearifan lokal dan perspektif global, dapat meningkatkan kualitas komunikasi selama wawancara dan menghasilkan keputusan yang lebih baik.

Filosofi Jawa dalam Rekrutmen: Memahami Proses Transformasi

Dalam filosofi Jawa, “Sepi ing pamrih, rame ing gawe” (bekerja tanpa pamrih, sibuk dalam karya) mengajarkan bahwa proses lebih penting daripada sekadar hasil. Filosofi ini relevan dalam wawancara kerja, di mana seorang rekruter perlu fokus pada perjalanan hidup dan potensi kandidat, bukan sekadar pada pencapaian mereka di masa lalu.

Proses rekrutmen sering kali seperti mengamati seekor ulat yang kelak bisa berubah menjadi kupu-kupu. Kandidat mungkin belum menunjukkan kemampuan terbaik mereka, tetapi dengan bimbingan dan pelatihan, mereka memiliki peluang untuk berkembang menjadi aset yang luar biasa. Prinsip Jawa, “Witing tresna jalaran saka kulina” (pemahaman dan kepercayaan tumbuh karena kebiasaan), mengingatkan rekruter bahwa keunggulan seorang kandidat sering kali terlihat setelah mereka diberi kesempatan untuk beradaptasi dan berkembang.

Pitutur Jawa “Aja gawé gègètan, wong durung ngerti” (jangan memaksa orang yang belum siap) juga penting untuk dipegang. Tidak semua kandidat memiliki kemampuan komunikasi yang sempurna selama wawancara. Sebagai rekruter, kita perlu menggali lebih dalam untuk memahami apa yang mungkin belum tampak di permukaan.

Berbahasa Kelas Kupu-Kupu dengan Kandidat Level Ulat

Seorang rekruter yang efektif harus mampu menyesuaikan gaya komunikasinya selama wawancara. “Bahasa kupu-kupu” adalah cara bicara yang memberikan inspirasi, motivasi, dan peluang untuk berkembang, sementara “bahasa ulat” adalah pendekatan yang lebih sederhana dan langsung, disesuaikan dengan tahap perkembangan kandidat.

1. Menghindari Prasangka dan Fokus pada Potensi

Dalam wawancara kerja, penting untuk menghindari “aja dumeh” (jangan merasa lebih unggul). Rekruter yang merasa lebih hebat daripada kandidat cenderung membuat keputusan berdasarkan stereotip, bukan data yang objektif. Sebaliknya, seorang rekruter yang rendah hati akan mendengarkan cerita kandidat dengan empati dan mencari tanda-tanda potensi yang belum terlihat.

2. Mengadaptasi Gaya Komunikasi

Tidak semua kandidat datang dengan latar belakang atau kemampuan komunikasi yang sama. Dalam filosofi Jawa, “Tetep eling lan waspada” (tetap ingat dan waspada) mengajarkan pentingnya kesadaran dalam berinteraksi. Jika seorang kandidat tampak kurang percaya diri, rekruter harus menyesuaikan pendekatannya untuk membantu kandidat merasa nyaman dan menunjukkan kemampuan terbaik mereka.

3. Memahami Tahap Perkembangan Kandidat

Seorang rekruter harus memahami bahwa setiap kandidat berada dalam tahap perkembangan yang berbeda. Kandidat yang baru lulus mungkin memiliki semangat belajar yang tinggi, tetapi belum memiliki pengalaman praktis. Di sisi lain, kandidat dengan pengalaman panjang mungkin memerlukan pendekatan berbeda untuk mengeksplorasi fleksibilitas mereka dalam beradaptasi.

Pepatah Jawa “Jer basuki mawa beya” (kesuksesan membutuhkan usaha) relevan di sini, mengingatkan rekruter bahwa investasi dalam mengembangkan kandidat bisa membawa hasil besar di masa depan.

Solusi untuk Proses Rekrutmen yang Efektif

Berikut adalah langkah-langkah konkret yang dapat diambil oleh rekruter, manajer, dan pejabat dalam proses wawancara:

1. Membangun Hubungan yang Berbasis Empati

Empati adalah kunci untuk memahami kandidat secara mendalam. Rekruter perlu melihat lebih dari sekadar resume dan menggali cerita di balik pencapaian kandidat. Pitutur Jawa, “Andhap asor” (rendah hati), mendorong rekruter untuk mendekati kandidat dengan sikap menghormati dan menghargai perjalanan mereka.

2. Menyiapkan Lingkungan Wawancara yang Nyaman

Lingkungan yang nyaman dapat membantu kandidat merasa lebih percaya diri. Rekruter yang menggunakan bahasa tubuh positif, senyuman tulus, dan pertanyaan yang relevan dapat menciptakan suasana wawancara yang produktif. “Aja nggampangake wong” (jangan meremehkan orang) menjadi pedoman penting untuk menghormati setiap kandidat.

3. Mengintegrasikan Kearifan Lokal dengan Perspektif Global

Filosofi lokal seperti “Ojo kesusu” (jangan terburu-buru) mengingatkan rekruter untuk meluangkan waktu dalam memahami kandidat secara mendalam. Dengan menggabungkan pendekatan ini dengan praktik wawancara berbasis kompetensi global, rekruter dapat mengevaluasi kandidat dengan cara yang adil dan holistik.

4. Melihat Potensi Jangka Panjang

Seorang rekruter yang visioner tidak hanya mencari kandidat yang sesuai dengan kebutuhan saat ini, tetapi juga yang memiliki potensi untuk berkembang di masa depan. Pitutur “Urip iku urup” (hidup itu menyala dan memberi manfaat) mengajarkan bahwa setiap individu memiliki potensi untuk menjadi lebih baik jika diberi kesempatan.

Peran Kepemimpinan dalam Rekrutmen

Sebagai rekruter atau manajer, wawancara kerja adalah momen untuk menunjukkan kepemimpinan yang efektif. Rekruter tidak hanya menilai kandidat, tetapi juga bertindak sebagai duta perusahaan yang memperkenalkan budaya kerja kepada calon karyawan. Pemimpin yang sukses akan memanfaatkan wawancara untuk menciptakan pengalaman yang inspiratif dan meninggalkan kesan positif.

Pelajaran dari praktisi senior di bidang Human Resources yang pernah menjadi atasan saya, seorang profesional hospitality yang sukses, memberikan panduan penting: “Your attitude during an interview reflects your leadership capability.” Beliau mengajarkan bahwa wawancara bukan hanya soal mencari kandidat yang tepat, tetapi juga soal membangun hubungan yang berlandaskan kepercayaan, empati, dan visi.

Membawa Filosofi ke dalam Rekrutmen

Proses rekrutmen bukan hanya soal menemukan talenta terbaik, tetapi juga soal memahami perjalanan transformasi individu. Kutipan kata-kata bijak “You can’t talk butterfly language with caterpillar people” dan pitutur Jawa seperti “Aja dumeh” memberikan panduan untuk menciptakan proses wawancara yang lebih humanis, efektif, dan inspiratif.

Sebagai rekruter, kita memiliki tanggung jawab untuk membantu kandidat melihat potensi terbaik mereka, sambil memastikan bahwa proses seleksi mencerminkan nilai-nilai perusahaan. Dengan memadukan kearifan lokal Jawa dan pendekatan perspektif global, kita dapat menciptakan proses rekrutmen yang tidak hanya produktif, tetapi juga transformatif, baik bagi kandidat maupun organisasi. Seperti pepatah Jawa, “Wani ngalah luhur wekasane” (berani mengalah untuk hasil yang mulia), mari kita terus membangun dunia kerja yang lebih baik, satu wawancara dalam satu waktu.

VJW

Share this:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *