Cahaya, Air, dan Keberanian: Ilmu Laku Profesional dalam Pariwisata dan Perhotelan
Dadiya sumunar sing ora nyulapi. Dadiya banyu ojo dadi watu. Yen wani ojo wedi-wedi, yen wedi ojo wani-wani.
Menjadi profesional yang dihormati bukan tentang seberapa keras suara Anda terdengar, tapi seberapa jauh sinar Anda menerangi. Dalam industri hospitality yang menuntut ketangguhan sekaligus kelembutan, filosofi luhur Jawa memberi tiga bekal utama: cahaya yang tak menyilaukan, keluwesan air yang menyejukkan, serta keberanian yang tak goyah oleh rasa takut. Inilah ilmu laku profesional: membentuk karakter, bukan hanya karier.


Bab 1: Menjadi Terang yang Menginspirasi, Bukan Menyilaukan
Pitutur: “Dadiya sumunar sing ora nyulapi” – Jadilah terang, tapi jangan menyilaukan.
Makna Luhur:
Cahaya yang sejati tidak menyakiti. Dalam peran kita sebagai pemimpin, staf pelayanan, atau pelaku branding, tugas utama adalah menerangi jalan—bukan membuat orang lain merasa kecil di bawah sinar kita. Profesional sejati tidak haus pengakuan, melainkan hadir membawa kejelasan, ketenangan, dan arah.
Solusi Praktis:
- Tampilkan keunggulan Anda dengan bahasa yang rendah hati. Contoh: “Kami siap melayani Anda dengan sepenuh hati,” bukan “Kami yang terbaik.”
- Tunjukkan kompetensi melalui kontribusi nyata, bukan pengakuan semata.
- Hindari dominasi dalam tim. Cukup jadi kompas, bukan komando yang memadamkan suara lain.
Refleksi:
Apakah cara saya bersinar memberi dampak positif bagi lingkungan saya? Ataukah secara tak sadar justru membuat orang lain merasa terintimidasi?
Bab 2: Menjadi Air yang Menyatu, Bukan Batu yang Menghalangi
Pitutur: “Dadiya banyu ojo dadi watu” – Jadilah air, jangan jadi batu.
Makna Luhur:
Air mampu hadir tanpa melawan, tapi justru menembus dan membentuk. Dalam lingkungan kerja yang terus berubah, hanya mereka yang bersikap luwes, terbuka, dan mampu menyerap makna dari tiap kejadian yang dapat bertahan dan tumbuh. Air tidak keras, tapi tak mudah dikalahkan.
Solusi Praktis:
- Latih keluwesan emosional (emotional agility): Jangan bereaksi spontan, tapi resapi dulu makna setiap dinamika.
- Jadilah fasilitator antarbagian: bukan penghalang birokrasi, tapi jembatan yang mengalirkan solusi.
- Bangun sikap adaptif: ketika SOP berubah, bukan protes, tapi cari pemahaman dan terobosan.
Refleksi:
Apakah saya seperti air yang memberi jalan, atau seperti batu yang justru membuat aliran terhambat?
Bab 3: Keberanian Itu Bukan Nekat, Tapi Siap Bertanggung Jawab
Pitutur: “Yen wani ojo wedi-wedi, yen wedi ojo wani-wani” – Kalau berani, jangan setengah hati; kalau takut, jangan pura-pura berani.
Makna Luhur:
Keberanian sejati bukan tentang tampil di depan, tapi tentang siap menerima akibat dari keputusan yang diambil. Profesional sejati bukan hanya pintar bicara, tetapi juga siap menghadapi situasi sulit dengan kepala tegak dan hati jernih.
Solusi Praktis:
- Saat menawarkan ide atau keputusan, siapkan juga rencana aksi dan mitigasi.
- Jangan ambil tanggung jawab yang belum Anda pahami; belajar dulu, lalu melangkah.
- Hindari mental “asal berani tampil”—karena tanggung jawab lebih utama daripada pengakuan.
Refleksi:
Apakah saya sungguh siap menanggung akibat dari pilihan profesional saya, atau hanya ikut-ikutan demi terlihat unggul?
Bab 4: Pilar-Pilar Etika Profesi yang Tak Terbantahkan
Untuk menjadi sumunar tanpa nyulapi, banyu yang bukan watu, dan wani tanpa wedi-wedi, berikut prinsip yang tak bisa ditawar:
- Integritas Melekat, Bukan Sekadar Imbauan
Profesional tidak menjual prinsip demi hasil cepat. Mereka konsisten, bahkan saat tak diawasi. - Etika Pelayanan Adalah Jiwa Industri Ini
Senyum Anda adalah investasi, bukan formalitas. Ketulusan Anda adalah diferensiasi, bukan basa-basi. - Berani Berubah Itu Bagian dari Tumbuh
Jangan tunggu krisis untuk belajar keluwesan. Jadikan setiap hari ruang eksperimen kecil untuk kebijaksanaan. - Kesadaran Sosial Adalah Nilai Tertinggi
Hospitality bukan sekadar urusan kamar dan makanan, tapi tentang merawat martabat manusia: tamu, tim, dan Anda sendiri.
Bab 5: Jalan Bertumbuh Profesional yang Konsisten dan Bermakna
Tips & Remedi:
- Jurnal Harian Profesional: Catat 3 hal: kontribusi hari ini, tantangan yang dihadapi, dan satu kebijaksanaan yang dipetik.
- Empathy Exercise: Sempatkan seminggu sekali berdiri di posisi rekan kerja lain. Pahami tantangan mereka.
- Bina Diri Melalui Refleksi: Tanyakan: “Apa makna pekerjaanku hari ini untuk hidupku? Apa makna hidupku untuk pekerjaanku?”
Format Training:
- Ajarkan bahwa kekuatan personal branding lahir dari sikap, bukan suara keras.
- Tumbuhkan keyakinan bahwa selling bukan tentang menekan, tapi menanam kepercayaan.
- Bangun inner branding dulu sebelum sibuk dengan feed sosial media.
Profesional yang Sumunar, Luwes, dan Ksatria
Filosofi Jawa tidak usang. Ia justru menjadi kompas paling manusiawi di tengah kecanggihan teknologi, tekanan target, dan dunia kerja yang serba cepat.
- Menjadi terang bukan soal panggung, tapi bagaimana Anda membuat orang lain tidak tersesat.
- Menjadi air bukan tentang pasrah, tapi tentang kecerdikan mengalirkan makna.
- Menjadi berani bukan tentang melawan, tapi tentang siap bertanggung jawab.
Simpul Akhir:
Dalam industri hospitality, kualitas tertinggi bukan pada kemewahan fasilitas, tapi pada keanggunan sikap.
Karena profesional sejati tahu: pelayanan yang meninggalkan kesan tak lahir dari kesempurnaan, tapi dari kehadiran yang tulus, bijak, dan bertanggung jawab.
Jember, 14 May 2025
Jeffrey Wibisono V.
Praktisi Industri Hospitality & Konsultan
