Eat That Frog bukan sekadar metode produktivitas, tapi filosofi kerja. Dan jika kita padukan dengan kearifan lokal seperti becik ketitik ala ketara (kebaikan akan terlihat, kesalahan akan terungkap), maka jadilah kita insan Sales & Marketing yang bukan hanya profesional... tapi juga berjiwa bijaksana.
Eat That Frog bukan sekadar metode produktivitas, tapi filosofi kerja. Dan jika kita padukan dengan kearifan lokal seperti becik ketitik ala ketara (kebaikan akan terlihat, kesalahan akan terungkap), maka jadilah kita insan Sales & Marketing yang bukan hanya profesional... tapi juga berjiwa bijaksana.

Eat That Frog! Filosofi Tindakan Prioritas

“Success is the ability to do the most important thing first, even when you don’t feel like it.”


Katak di Meja Kerja Kita

Bayangkan Anda duduk di meja kerja Anda pagi ini, dengan daftar tugas yang menumpuk. Di antara semua itu, ada satu tugas besar yang membuat Anda tidak nyaman, berat, namun sangat penting. Itulah ‘katak’ Anda.

Brian Tracy, dalam bukunya “Eat That Frog!”, memperkenalkan metafora produktivitas yang sederhana namun dahsyat: jika Anda harus makan katak hidup, lakukanlah di pagi hari. Dengan kata lain, hadapi tugas tersulit dan terpenting terlebih dahulu sebelum tergoda oleh distraksi lain.

Namun bagaimana filosofi ini kita implementasikan dalam konteks industri pariwisata dan perhotelan, khususnya di divisi Sales & Marketing yang kini juga membawahi e-commerce, desain, dan social media engagement?

Mari kita telaah secara filosofis, praktis, dan implementatif.


Bagian I: Pitutur Luhur Jawa dan Tindakan Prioritas

Dalam budaya Jawa, kita mengenal prinsip “Ngunduh wohing pakarti” – bahwa hasil adalah buah dari perilaku dan tindakan. Sejalan dengan “Eat That Frog!”, kita dituntut untuk tidak menunda, tidak membiarkan rasa malas membungkus logika prioritas.

Pepatah Jawa lainnya, “Tirakati, titeni, enteni, pateni” menggambarkan proses ketekunan: lakukan dengan spiritualitas (tirakat), perhatikan secara detail (titen), sabar dalam waktu (enten), dan konsisten hingga tuntas (pateni). Inilah inti dari filosofi eksekusi prioritas.


Bagian II: “Frog” dalam Divisi Sales & Marketing Modern

Dalam realitas saat ini, Sales & Marketing tidak hanya menjual produk atau layanan. Mereka:

  • Menciptakan brand experience.
  • Mengelola e-commerce dan distribusi online.
  • Mengatur visual dan narasi konten melalui desain.
  • Memicu percakapan melalui social media engagement.

“Frog” dalam konteks ini bisa bermakna:

  • Menyusun campaign besar yang sudah lama tertunda.
  • Merevisi strategi pricing atau bundling.
  • Menyusun ulang struktur konten landing page.
  • Menindaklanjuti 10 hot lead yang sempat terabaikan.
  • Atau… membuat keputusan sulit untuk rebranding.

Frog-nya selalu besar. Dan karenanya, seringkali dihindari.


Bagian III: Hypnowriting, Hypnoselling, Hypnobranding – Senjata Makan Katak

Hypnowriting: menulis dengan niat memengaruhi alam bawah sadar pembaca agar fokus, merespons, dan bertindak.

  • Gunakan headline yang menyentuh emosi.
  • Terapkan storytelling personal dalam email marketing.
  • Gunakan analogi dan metafora seperti “Eat That Frog” untuk internal branding.

Hypnoselling: bukan manipulasi, tapi pendekatan penjualan yang menghargai psikologi pelanggan.

  • Fokus pada manfaat emosional.
  • Pahami pain points dan hadirkan solusi.
  • Tawarkan cerita, bukan hanya produk.

Hypnobranding: penciptaan citra yang lekat dalam benak dan hati audiens.

  • Gunakan warna, tone of voice, dan narasi visual yang konsisten.
  • Bangun persona yang relatable di media sosial.

Dengan ketiganya, kita tak sekadar makan katak, tapi menjadikannya sajian yang dicerna baik oleh pasar.


Bagian IV: Tips & Trik Praktis untuk Profesional Sales & Marketing

  1. Kenali Katakmu Setiap Hari
    Tanyakan setiap pagi: “Apa satu hal yang, jika aku selesaikan hari ini, akan berdampak besar?”
  2. Gunakan Teknik Time-Blocking
    Sisihkan jam 08:00-10:00 untuk ‘makan katak’ sebelum tergoda notifikasi.
  3. Desain adalah Konversi yang Diam-diam
    Jangan remehkan desain: Call to Action yang tak terlihat jelas sama seperti menyembunyikan pintu keluar di gedung bioskop.
  4. Prioritaskan E-commerce Funnel
    Bukan cuma punya website, tapi pastikan halaman produk, deskripsi, dan payment gateway lancar, cepat, dan mobile-friendly.
  5. Ciptakan Engagement, Bukan Hanya Impresi
    Pertanyaan singkat di story Instagram lebih baik daripada postingan panjang tanpa interaksi.
  6. Gunakan Prinsip 80/20
    20% tindakan (frog) menghasilkan 80% hasil. Kenali dan fokuslah ke 20% itu.
  7. Delegasi Itu Kunci
    Fokus pada frog Anda, delegasikan katak kecil ke tim yang tepat.
  8. Jadikan Frog Sebagai Budaya Tim
    Mulai rapat mingguan dengan pertanyaan: “Frog apa yang sudah kamu makan minggu ini?”

Bagian V: Remedi dan Inspirasi

Ketika Anda mulai menunda, ingatlah kutipan ini:

“You don’t have to be great to start, but you have to start to be great.” – Zig Ziglar

Remedinya bukan dengan motivasi kosong, tapi dengan:

  • Self-compassion: maafkan jika Anda kemarin menunda.
  • Clarity: tulis dan cetak tugas frog Anda.
  • Accountability: punya buddy atau mentor yang memantau Anda.

Penutup: Mengubah ‘Makan Katak’ Jadi Hidangan Keberhasilan

Dalam dunia hospitality dan tourism, waktu adalah komoditas paling mahal. Menunda satu kampanye bisa berarti kehilangan momentum pasar. Menunda satu panggilan follow-up bisa berarti kehilangan loyal customer.

Eat That Frog bukan sekadar metode produktivitas, tapi filosofi kerja.

Dan jika kita padukan dengan kearifan lokal seperti becik ketitik ala ketara (kebaikan akan terlihat, kesalahan akan terungkap), maka jadilah kita insan Sales & Marketing yang bukan hanya profesional… tapi juga berjiwa bijaksana.

Kini saatnya Anda lihat ke daftar kerja Anda. Katak mana yang akan Anda makan lebih dulu?


Untuk Materi Pelatihan dan Workshop:

  • Latihan harian identifikasi “Frog.”
  • Modul visualisasi aktivitas frog melalui kanvas prioritas.
  • Roleplay tim: hypnoselling dalam 2 menit.
  • Desain ulang landing page dengan prinsip hypnobranding.
  • Evaluasi interaksi medsos dengan metrik engagement, bukan vanity.

Karena pada akhirnya, kerja yang berdampak bukan tentang sibuk… tapi tentang prioritas.

.

.

.

Jember, 20 Juni 2025

Jeffrey Wibisono V.

Praktisi Industri Hospitality dan Konsultan

Share this:

Leave a Reply

WhatsApp chat