Jangan Silau Oleh Kemasan: Jalan Sunyi Menuju Keteladanan

“Don’t be impressed by money, followers, degrees, titles. Be impressed by humility, integrity, generosity, kindness.”

Suatu pagi yang tenang, di sebuah hotel berbintang di pinggiran kota, seorang pria paruh baya datang mengenakan pakaian biasa, wajahnya bersahaja. Tak ada mobil mewah, tak ada asisten yang membukakan pintu. Ia menunggu di lobi, tak disapa. Para staf sibuk menyambut tamu-tamu glamor. Beberapa jam kemudian, barulah semua sadar: pria itu adalah pemilik jaringan hotel tersebut. Ia datang diam-diam, menguji apakah nilai yang tertulis dalam misi perusahaan benar-benar dijalankan di lapangan. Yang diberi penghargaan justru bellboy muda yang menyapanya ramah dan tanpa prasangka.

Apa yang kita kagumi hari ini?

Di zaman serbadigital ini, kita mudah terpukau oleh angka: followers, saldo rekening, gelar akademik, jabatan. Industri pariwisata dan perhotelan tak lepas dari pengaruh ini. Banyak profesional muda berlomba menunjukkan pencapaian, tapi lupa bahwa nilai sejati bukan diukur dari “apa yang terlihat”, melainkan dari “siapa kita saat tak ada yang melihat.”

Pitutur Jawa berkata, “Ajining dhiri saka lathi, ajining raga saka busana.” Harga diri seseorang terlihat dari ucapannya, bukan dari baju mahal yang dikenakan. Maka, mari kita ubah paradigma kekaguman—dari luar ke dalam, dari topeng ke substansi.


HUMILITY: Merunduk untuk Tinggi

“Be like the bamboo: the higher you grow, the lower you bend.”

Kerendahan hati bukan berarti mengalah dalam segalanya, melainkan sadar bahwa kita tidak lebih tinggi dari orang lain hanya karena jabatan atau gelar. Dalam dunia hospitality, kerendahan hati adalah fondasi pelayanan: menyapa tanpa syarat, melayani tanpa merasa lebih tinggi.

Pitutur Jawa: Andhap asor, nanging linuwih — rendah hati, tapi unggul.

Tips praktis:

  • Ucapkan terima kasih kepada staf terendah sekalipun.
  • Jadikan kritik sebagai bahan belajar, bukan ancaman ego.
  • Gunakan “kami” daripada “saya” dalam keberhasilan tim.

INTEGRITY: Pijakan Kebenaran

“Integrity is doing the right thing, even when no one is watching.” – C.S. Lewis

Integritas adalah nilai yang membuat seseorang dipercaya. Dalam bisnis perhotelan, kepercayaan adalah aset. Tapi godaan untuk berbuat curang kadang datang dalam bentuk yang halus: mark-up harga, pemotongan komisi, manipulasi review tamu. Tanpa integritas, brand ternama pun bisa runtuh.

Pitutur Jawa: Lugu, jujur, lan ora kemlinthi — polos, jujur, dan tidak sombong.

Tips praktis:

  • Buat SOP transparansi dalam semua transaksi.
  • Jangan takut bilang “tidak” pada praktik yang tak sehat.
  • Bangun budaya saling mengingatkan di antara tim.

GENEROSITY: Memberi Adalah Tanda Kekuatan

“You can give without loving, but you cannot love without giving.” – Amy Carmichael

Dalam hospitality, generosity atau kemurahan hati tercermin dari kepekaan dan kepedulian: memberikan layanan lebih tanpa diminta, membantu rekan kerja saat sibuk, memberi pujian yang tulus. Generosity bukan milik orang kaya, tapi milik orang yang hatinya lapang.

Pitutur Jawa: Sopo gelem andum, bakal pinaringan berkah. — Siapa yang mau berbagi, akan diberi berkah.

Tips praktis:

  • Sediakan waktu untuk mentoring staf baru.
  • Buat “hari berbagi” untuk Kegiatan Sosial hotel.
  • Berikan perhatian ekstra kepada tamu istimewa secara sederhana tapi tulus.

KINDNESS: Bahasa yang Menembus Segala Sekat

“Kindness is a language which the deaf can hear and the blind can see.” – Mark Twain

Kebaikan adalah inti dari industri layanan. Kebaikan tak membutuhkan SOP atau pelatihan rumit. Ia datang dari hati yang peduli. Dalam dunia yang dingin oleh profesionalisme semu, kindness adalah pemantik kehangatan.

Pitutur Jawa: Aja dumeh! — Jangan mentang-mentang.

Tips praktis:

  • Tanyakan kabar rekan kerja dengan tulus.
  • Maafkan kesalahan kecil staf baru.
  • Layani semua tamu dengan semangat yang sama, tanpa membeda-bedakan.

MEMBALIK CERMIN KESUKSESAN

“Success is not what you have, but who you are.” – Bo Bennett

Kesuksesan sejati bukan soal seberapa tinggi kita mendaki, tetapi seberapa banyak orang yang kita bantu untuk naik bersama. Dunia hospitality adalah dunia kolaborasi, bukan kompetisi belaka.

Kita diajak kembali pada pitutur: Urip mung mampir ngombe — hidup hanyalah mampir minum. Maka, jadikan setiap momen singkat ini sebagai kesempatan menyemai nilai-nilai baik yang akan terus hidup dalam ingatan orang lain.


SIMULASI WORKSHOP: Latihan Kehidupan

1. Studi Kasus “Tamu Tanpa Nama” Beri peserta peran menyambut tamu misterius dengan penampilan biasa saja. Refleksikan bagaimana nilai-nilai inner virtue diuji.

2. Diskusi Etika Tantangan dilematis: Seorang supplier menawarkan “bonus pribadi” jika hotel memakai produknya. Apa yang Anda lakukan?

3. Latihan “Jurnal Kebaikan” Selama seminggu, minta peserta menulis tiga tindakan baik yang mereka lakukan atau saksikan. Refleksi dilakukan dalam sesi sharing.


KEMBALI MENJADI MANUSIA

Dalam dunia yang memuja pencitraan, memilih menjadi manusia yang tulus dan baik adalah tindakan radikal. Tapi justru di sanalah letak nilai tertinggi kita. Hospitality bukan hanya tentang pelayanan, tapi tentang memanusiakan manusia.

Jangan silau oleh kemasan. Jadilah isi yang bernilai. Jangan hanya menjadi yang paling terlihat, tapi jadilah yang paling diingat—karena sikap, bukan citra.

Sing dadi watu bakal keno banyu, sing dadi banyu bakal golek dalan dewe. (Yang jadi batu akan terkena air. Yang jadi air, akan menemukan jalannya sendiri.)

Jadilah air—yang menghidupi, menyegarkan, dan menemukan jalan meski tak mendapat tepuk tangan.

Dan di sanalah keteladanan tumbuh: diam-diam, tapi tak tergantikan.

Jember, 6 April 2025

Jeffrey Wibisono V.

Praktisi Hospitality Industry dan Konsultan

Share this:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *