n-JAWA-ni: Kenapa Masih Merangkak?

“You were born with wings, why prefer to crawl through life?”
— Jalaluddin Rumi

Kata-kata Rumi ini tidak sekadar syair, tapi seperti suara batin yang menampar lembut dan bertanya: “Mengapa kamu hidup di bawah potensimu?” Kalimat ini menggugah kita semua—terutama mereka yang dewasa, matang secara usia tapi masih merasa terjebak dalam pekerjaan, hubungan, atau rutinitas yang tak lagi bermakna.

Kita dilahirkan dengan sayap. Sayap keberanian, sayap pemikiran, sayap karya, dan sayap cinta. Namun dalam realita, banyak dari kita memilih merangkak—menjalani hidup sekadar cukup, sekadar normatif, sekadar menggugurkan tugas.

Dalam dunia pariwisata dan perhotelan—yang begitu dinamis, penuh pelayanan, dan sarat emosi manusia—sayap ini seharusnya terbang tinggi. Tapi justru banyak insan industri ini yang merasa kelelahan, kehilangan arah, bahkan kehilangan jiwa.

Tulisan ini hadir sebagai cermin, sebagai mentor dalam bentuk kata, untuk mengingatkan kembali bahwa Anda bisa lebih dari ini. Anda bukan untuk merangkak. Anda untuk terbang.

“You were born with wings, why prefer to crawl through life?”
— Jalaluddin Rumi

1. Sayap Itu Bernama Potensi

Dalam pitutur Jawa, dikenal ungkapan: urip iku kudu nduweni guna—hidup harus membawa manfaat. Itu berarti, hidup bukan sekadar bertahan, tapi berkembang dan berguna. Dan itu hanya bisa terjadi kalau kita menggunakan “sayap” kita.

Dalam konteks profesional, khususnya di hospitality:

  • Sayap itu bisa berarti kemampuan menciptakan momen tak terlupakan bagi tamu,
  • Bisa berupa inisiatif untuk membuat sistem kerja lebih efisien,
  • Atau keberanian mengambil tanggung jawab di luar jobdesc demi hasil yang lebih baik.

Sayap bukan sekadar bakat, tapi juga niat, tekad, dan laku.

“Your talent is God’s gift to you. What you do with it is your gift back to God.” – Leo Buscaglia


2. Mengapa Masih Memilih Merangkak?

Mari jujur. Mengapa banyak dari kita masih merangkak?

  • Karena takut: takut gagal, takut dinilai, takut kehilangan stabilitas.
  • Karena trauma masa lalu: pernah dicemooh saat mencoba hal baru.
  • Karena lingkungan tidak mendukung: budaya kerja yang stagnan atau toksik.
  • Karena terlalu nyaman: zona nyaman memang menyenangkan, tapi tidak membawa ke mana-mana.

Sayangnya, semua itu adalah jebakan. Dalam pitutur Jawa ada pepatah: yen kepengin urip mulya, kudu wani rekasa—jika ingin hidup mulia, harus berani bersusah payah. Sayap tidak akan tumbuh jika tidak dilatih menahan angin.


3. Terbang Itu Pilihan Dewasa

Berbeda dengan burung yang terbang karena naluri, manusia terbang karena pilihan. Terbang dalam hidup berarti:

  • Memilih tanggung jawab daripada alasan,
  • Memilih makna daripada sekadar hasil,
  • Memilih bertumbuh daripada stagnan.

Dalam dunia hospitality, orang-orang yang “terbang” adalah mereka yang:

  • Membawa ide kreatif yang mengubah pengalaman tamu,
  • Menjadi pemimpin yang mengangkat orang lain, bukan menekan,
  • Membawa energi positif bahkan saat situasi operasional sedang buruk.

“Excellence is not a skill, it is an attitude.” – Ralph Marston


4. Tips & Trik Membentangkan Sayap

a. Audit Diri Sendiri

Tuliskan 3 hal:

  • Apa yang paling membuat Anda hidup?
  • Kapan terakhir kali Anda merasa bangga dengan pekerjaan Anda?
  • Apa satu hal yang selalu Anda tunda, padahal tahu itu penting?

Jangan abaikan jawaban Anda. Di sanalah sayap Anda bersembunyi.

b. Buat Peta Terbang (Vision Map)

  • Tentukan arah: “Apa peran besar saya dalam hidup atau industri ini?”
  • Buat milestone bulanan: pelatihan, pengalaman, mentor.
  • Visualisasikan: bayangkan diri Anda sedang terbang tinggi. Seperti apa bentuknya?

c. Ganti Lingkungan, Bila Perlu

Jika Anda berada di “sangkar”—baik itu kantor, tim, atau relasi yang membuat sayap Anda lemah—pertimbangkan berpindah. Lingkungan memengaruhi bentuk terbang kita.

d. Latih Storytelling & Public Speaking

Sayap juga berbentuk suara. Belajarlah menyuarakan ide, pengalaman, dan nilai dengan kuat. Ini bukan untuk narsisme, tapi untuk menyinari yang lain.

e. Tingkatkan Skill Digital

Di era digital hospitality:

  • Belajar manajemen media sosial untuk hotel,
  • Pelajari tren sustainability & green tourism,
  • Kuasai manajemen reputasi digital.

Skill ini adalah bensin sayap masa kini.


5. Remedi untuk Sayap yang Patah

Kepada Anda yang sedang lelah, berikut beberapa remedi batin:

  • Waktu untuk diri sendiri. Rehat sejenak dari pelayanan. Anda bukan robot.
  • Jurnal refleksi. Tulis perjalanan Anda selama ini. Kadang Anda tidak sadar sudah sejauh ini terbang.
  • Bertemu orang bijak. Satu jam dengan mentor bisa mempercepat perjalanan Anda setahun ke depan.
  • Wisata jiwa. Pergilah ke alam, bukan untuk posting, tapi untuk berdiam. Gunung, hutan, dan laut akan menyembuhkan luka sayap Anda.

“The soul always knows what to do to heal itself. The challenge is to silence the mind.” – Caroline Myss


6. Solusi Praktis: Dari Merangkak ke Terbang

1. Tuliskan “Sayap Saya Adalah…”

Lengkapi kalimat ini. Misalnya:

  • Sayap saya adalah keberanian bicara di depan umum.
  • Sayap saya adalah empati yang membumi.
  • Sayap saya adalah ide-ide kreatif untuk program tamu.

2. Rancang Proyek Mikro

Buat proyek kecil 30 hari untuk menggunakan sayap itu. Misalnya:

  • Buat podcast hospitality internal,
  • Latih 1 rekan kerja tiap minggu,
  • Tulis 5 insight di LinkedIn soal pelayanan.

3. Ciptakan “Lingkar Terbang”

Bentuk kelompok 3-5 orang yang sama-sama ingin naik kelas. Diskusi mingguan, saling review, saling dorong. Kecil tapi berdampak.


7. Lintasi Langitmu Sendiri

Pitutur terakhir dari tanah Jawa: wong urip kudu nduweni semangat kaya elang—orang hidup harus punya semangat seperti elang.

Elang tidak menunggu angin untuk terbang. Ia menciptakan arusnya sendiri.

Begitu pula Anda. Anda tidak perlu menunggu izin orang lain untuk menjadi besar. Anda cukup mengizinkan diri sendiri.

Ingat: Anda dilahirkan dengan sayap. Jangan biarkan ketakutan, kenyamanan, atau trauma membuat Anda terus merangkak. Bangkitlah. Terbanglah. Dunia ini terlalu indah untuk dijalani tanpa membentangkan potensi Anda sepenuhnya.

“Don’t be impressed by the noise around you. Listen to the whisper inside you.”


Salam untuk jiwa-jiwa yang siap membentangkan sayapnya.
Dari saya yang juga sedang belajar terbang lebih tinggi, lebih bijak, dan lebih bermakna.


Jember, 9 April 2025

Jeffrey Wibisono V.

Praktisi Hospitality Industry dan Konsultan

Share this:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *