Memasuki minggu ke-dua bulan Maret 2020 ini, apakah teman-teman pekerja industri pariwisata dan perhotelan sudah dalam masa tenang atau masih panik dalam menghadapi gempuran berita covid-19 ? Saya disini hendak mengajak teman-teman mengembalikan kepercayaan pasar travelers sambil mengulik dasar-dasar ilmu hospitality yang mungkin sudah banyak ter-modify di jaman now.
Setidaknya ada tujuh (7) fundamen di industri hospitality untuk dikedepankan guna menarik kepercayaan pasar terhadap satu destinasi. Apapun motivasi acara perjalanannya, nomer satu dari ketentuan tersebut adalah travelers punya jaminan pergi-pulang hidup, sehat, selamat dan balik ke rutinitas harian tanpa gangguan apapun sekembalinya dari suatu destinasi.
Dalam hal ini, fundamen mana yang hendak kita kedepankan terlebih dahulu dalam menanggulangi krisis global paranoia yang kita bersinpun menjadi salah.
Tujuh Fundamen dalam hospitality itu adalah
- Keramah-tamahan penduduk dan pekerja di industrinya
- Jaminan untuk dapat tidur nyenyak selagi beristirahat
- Untuk keperluan mandi, ada jaminan air yang bersih, memadai volumenya, dengan temperatur air yang tepat, sehingga menyegarkan
- Jaminan kebersihan yang sempurna
- Jaminan makanan yang bervariasi, bercita-rasa khas dan higienis
- Jaminan keamanan dan keselamatan
- Ramah lingkungan
Weekend kemarin, Singapura telah mengedarkan ajakan untuk kembali ke mengunjungi negara tersebut dengan mengedepankan fasilitas kesehatan dan harga-harga termurah yang ditawarkan dalam sepuluh tahun terakhir. Menarik?
Selalu saya katakan, untuk negara satu pulau seperti Singapura, gerbang masuk dari laut, darat dan udara hanya masing-masing satu, cara menanggulanginya pasti jauh lebih mudah. Sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan Indonesia. Tetapi, tetap kita dapat meniru ke-proaktif-an dan kepiawaian Marketing Singapura dengan Singapore Tourism Board-nya dalam hal menanggulangi krisis yang juga beberapa kali terjadi dan juga berimbas terhadap negara ini. Yang melakukan promosi adalah atas nama negara.
Bagaimana dengan Indonesia. Dalam lingkup kecil, Bali telah mengagendakan action plan nya. Keluar dengan tagline I love Bali Movement. Apakah ini cukup menanggulangi market confident di tengah merebaknya berita virus berkembang biak di beberapa negara di luar Cina?
Untuk saya sendiri yang dalam hal ini mengacu pada banyak petunjuk penanggulangan covid-19 adalah kebersihan, maka Bali masih punya pekerjaan rumah dari beberapa isian check-list yang harus dilengkapi.
Apakah Bali memenuhi syarat sebagai “A Clean Place is A Safe Place”?
Apakah Bali memenuhi syarat sebagai “Balinese clean communities, as Healthy Indonesian citizen” for tourism?
Disini kita semakin paham, bahwa ramah tok ndak cukup, mengedepankan ke-arifan-lokal saja ndak cukup, mempromosikan pariwisata budaya saja ndak cukup. Semua harus bersinergi dalam satu kesatuan yang utuh, bunder ser seperti bola dunia yang terus berputar. Untuk Bali adalah implementasi Tri Hita Karana atau dalam bahasa Inggrisnya Three causes of well-being dalam akulturasi budaya Bali dan agama Hindu dengan tolok ukur-nya yang menyesuaikan jaman, sudah pasti pas.
Selanjutnya saya meninjau jadwal kedatangan dan keberangkatan dari Bandara Internasional Ngurah Rai. Dengan mengabaikan load factor, kedatangan penerbangan domestik dan internasional ada pengurangan, tetapi masih ada. Artinya Bali tidak zero (0) wisnus dan wisman.
Bank Indonesia telah menyampaikan makalah “Outlook Ekonomi Bali 2020” yang disampaikan oleh Bapak Trisno Nugroho pada 6 Maret 2020
Data data yang disampaikan antara lain
- Total kunjungan wisman ke Bali pada periode bulan Januari 2020 sebanyak 528.883, atau tumbuh 16,09% (yoy).
- Total kunjungan wisatawan ke Bali sepanjang Jan – Des 2019 sebesar 6,275 Juta orang atau tumbuh 3,37%(yoy), melambat dibanding tahun 2018 yang sebesar 6,55% (yoy).
- Sementara itu, total kunjungan wisdom sepanjang 2019 sebanyak 10,55 juta orang atau tumbuh 8,07% (yoy), lebih rendah dibanding tahun 2018 yang tumbuh 11,70% (yoy)
- Data Angkasa Pura menunjukkan terjadinya pertumbuhan 18,26% (yoy) arrival wisatawan mancanegara pada Januari 2020. Namun demikian, penyebaran COVID-19 menyebabkan potential loss cukup besar, terindikasi pada sejumlah pembatalan paket dan pemesanan kamar di Bali
- Perekonomian Bali 2020 diperkirakan berada pada range 4,6% – 5%, terkoreksi dari perkiraan sebelumnya (5,6% – 6%)
- Kontribusi Pariwisata terhadap Ekonomi Bali : 48,4% (berdasarkan Tourism Satellite Account)
Berdasarkan semua data yang dipaparkan, maka Bank Indonesia memberikan Rekomendasi Kebijakan antara lain:
- Mendorong percepatan implementasi kebijakan stimulus pariwisata Bali
- Pembentukan Tim Tanggap COVID-19, pembentukan Central For Diseases Control and Prevention / Crisis Centre & menyusun protokol kesehatan.
- Meminimalkan kontraksi pertumbuhan 2020 melalui akselerasi konsumsi pemerintah (percepatan realisasi rencana pembangunan proyek-proyek pemerintah Bali).
Pada akhirnya, secara pribadi saya mohon ijin menggunakan bahasa Bali untuk mengajak kembali kepada keseimbangan terhadap yang hidup, yang menghidupi dan yang menghidupkan.
Ngiring sareng-sareng jage Baline
Semoga semua makhluk berbahagia dan terberkati.
Bali, 8 Maret 2020
Jeffrey Wibisono V.