Let’s Go! Tetaplah Bergerak Agar Tak Tenggelam

KITA semua sudah paham, semua kesusahan dalam masa pandemi COVID-19 ini disebabkan oleh terbatasi ruang gerak secara global. Masyarakat, baik pengusaha mau pun pekerja hanya dalam posisi bertahan hidup selama dua triwulan berturut-turut. Untuk pemulihan ekonomi kuncinya hanya ada di pandemi.

Aksi pemerintah melakukan percepatan dengan membuka akses lintas-batas domestik masih terhambat dengan peningkatan area-area yang secara paparan  angka menunjukkan peningkatan resiko tertular dari sang virus tipe super-spreader ini. Pemerintah telah menawarkan dan melakukan aksi solusi berjenjang.

Kalau kita amati, masa pandemi di Indonesia bisa menjadi lebih lama lagi, karena faktor ketaatan masyarakatnya.

Mengapa bisa tidak taat?

Pasalnya penduduk kehilangan penghasilan dan harus tetap bergerak —terutama yang bergantung pada penghasilan harian—. “Tetaplah bergerak supaya kau tidak tenggelam.” Begitu kata salah satu kata bijak. Maka tidak ada pilihan, interaksi jual-beli harus tetap berlangsung, bahkan naik tajam di area mikro — UMKM–.

Selanjutnya, kita yang mengikuti berita dan menelisik data-data yang disampaikan oleh para juru bicara pemerintah dan otoritas terkait, sekarang sudah bisa mengambil kesimpulan.– Ini bisa menjadi suatu kelegaan karena parameternya tersedia–.

Secara umum bisa dikatakan pemerintahan NKRI dalam menanggulangi pandemi COVID-19 saat ini fokus pada ketersediaan vaksin. Penanggulangan berdasarkan adanya vaksin, “bukan” terhadap pandeminya, walau pun pemerintah daerah berkoordinasi dengan pemerintah pusat melakukan PSBB – lockdown locally – termasuk pembuatan peraturan dan payung hukumnya.

Yang menarik dari sini adalah informasi “jadwal” ketersediaan vaksin. Sehingga kemudian bisa kita perhitungkan dan tentukan periode pandemi COVID-19 di Indonesia akan masuk dalam fase under-control tertanggulangi. Kemudian diikuti pergerakan pemulihan ekonomi dan kontraksi sektor industri pariwisata yang bisa bergerak lebih awal.

Terkonfirmasi Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah menandatangani Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2020 tentang vaksin COVID-19. Aturan tersebut mengatur pengadaan dan pelaksanaan vaksin virus corona — rencananya dimulai pada akhir tahun 2020–. Impor vaksin COVID-19 tiba di Indonesia bulan depan (November 2020). Vaksin virus corona yang didatangkan dari luar negeri tersebut tahap pertama akan diberikan untuk tenaga medis atau garda depan.

 Selain vaksin impor, Indonesia tengah mengembangkan vaksin di dalam negeri. Vaksin tersebut saat ini masih dalam tahap III uji klinis yang kemudian akan diproduksi secara massal oleh Biofarma. Keputusan relevan dari hasil uji klinis masih harus kita tunggu sampai bulan Desember mendatang. Kita semua tentu berharap  vaksin produksi dalam negeri dinyatakan berhasil. Dengan begitu, vaksin bisa diproduksi secara massal pada Januari 2021. Masyarakat dengan risiko tinggi kemungkinan mendapatkan vaksin pada awal tahun depan, triwulan pertama memasuki tahun baru.

Baru-baru ini dari hasil berbincang bersama Direktur Riset CORE Indonesia, Piter A. Redjalam pada  webinar iDEATE, saya mendapatkan insight tentang dampak pandemi bagi perekonomian bangsa. Pak Piter pada penutupan presentasinya menyuntikkan semangat akan adanya kontraksi di sektor industri pariwisata Bali, bahkan mampu menyampaikan periodenya.

CORE adalah kependekan dari Center of Reform on Economics atau terjemahannya Pusat Pemulihan Ekonomi Nasional. Sedangkan acara webinar berbayar diprakarsai oleh KHAS Studio dengan moderator Elprisdat Zen yang juga adalah Managing Director studio tersebut.

Berita baiknya, tinggal satu langkah lebar lagi untuk masuk ke momentum “pemulihan ekonomi nasional”. Tentunya termasuk industri pariwisata dimana Bali sebagai fokus utama untuk percepatan.

Status under control adalah triwulan pertama 2021 karena sudah ada vaksin untuk garda depan.

Lalu masuk triwulan kedua mulai April 2021, kita  sudah masuk masa pemulihan/recovery dengan  vaksin  buatan Indonesia sendiri mulai dipakai.

Selanjutnya pada triwulan ketiga pada Juli  2021, bisa dipastikan  lalu lintas pariwisata sudah meningkat dengan perhitungan pemulihan ekonomi telah berjalan dan mayarakat mulai berpenghasilan baik.

Sehingga pada triwulan keempat mulai bulan Oktober 2021 akan ada lonjakan minat berwisata yang utuh. Permintaan sudah bisa dikatakan menuju normal karena euforia para pelaku wisata untuk melakukan perjalanan.

Apa rekomendasi kita terhadap pemerintah dalam konsep pentahelix pariwisata untuk memasuki triwulan per triwulan?

Ini adalah momentum. Jangan sampai dilewatkan.

Saat pandemi berakhir pemerintah hendaknya siap dengan program-program pemulihan ekonomi. Salah satu untuk mendukung pariwisata adalah memberikan berbagai diskon tiket pesawat dan saran transformasi lainnya yang diluncurkan lebih awal,— early-bird.

Jadi, apakah pekerjaan rumah  kita dalam dua triwulan ini supaya bisa tepat waktu masuk ke masa recovery yang secara logis realistis kita perhitungkan di atas kertas?

  1. Fokus pada penanggulangan wabah dengan keterlibatan seluruh lapisan masyarakat.
  2. Pemerintah turut andil untuk memberikan jaring pengaman sosial dan meningkatkan ketahanan masyarakat terdampak
  3. Pemerintah memberikan bantuan untuk meningkatkan ketahanan dunia usaha.

Bagaimana pemikiran Anda?

Bali 16 Oktober 2020

Jeffrey Wibisono V. @namakubrandku

Hospitality Consultant Indonesia in Bali –  Telu Hospitality Learning Consulting

Artikel juga tayang di https://jeffreywibisono.com/lets-go-tetaplah-bergerak-agar-tak-tenggelam/

Hospitality Consultant Indonesia in Bali -  Telu Learning Consulting – Commercial Writer - Copywriter - Jasa Konsultan Hotel
Share this:

Kemasan Rupa Nggendhong Rega

Kemasan Rupa Nggendhong Rega

Rupa Nggendhong Rega artinya mutu sesuai harga;  begitulah kira-kira terjemahan bebasnya. Di dalam dasar ilmu hospitality, saya mensejajarkan pitutur Jawa ini dengan Customer Service is a Marketing. Dan Marketing adalah tugas semua orang yang terlibat di dalam suatu perusahaan.

What to offer? – Apa yang hendak kita tawarkan?

Hospitality industry di era digital ini semua berlomba dengan diferensiasi untuk memberi pelayanan dan kesan terbaik kepada para tamunya. Setiap yang lebih baik bisa terlihat dari nilai jualnya yang terdongkrak secara stabil. Tergantung kemasannya.  

Siapa yang memberikan nilai lebih baik?

Yang saya rasakan sekarang adalah ada kekuatan lain di luar kontrol seorang konseptor dan marketer profesional yang fokus ke analisa pasar, dan produk hardware – kasat mata.

Di era digital ini, ketika semua comment dan review tentang HoReKa (hotel, restoran dan kafe) kita terbuka seperti an open book, semua terlihat mudah. Semua orang bisa membacanya via internet online daring real time. Artikel tentang ini juga dapat dibaca di buku Hotelier Stories Catatan Edan Penuh Teladan sub judul no. 26 – Beriklan Tak Mesti Pakai Uang

Untuk satu hotel misalnya, tamu yang datang sebelumnya tentu telah membaca review cerita pengalaman orang lain. Mereka percaya dan berkehendak mendapatkan kesamaan pengalaman selama menginap, mulai mendapat tempat tidur yang nyaman untuk bisa tidur nyenyak nyak nyak, makan pagi yang fresh dan berkualitas dengan porsi cukup, suasana hotel yang cozy, senyap dan sangat cocok untuk istirahat.

Jadi yang harus kita jual sekarang adalah kualitas customer service. We rely on our people, maksudnya kita harus memberdayakan SDM kita dengan melengkapi mereka dengan pengetahuan, panduan kerja yang jelas dan otoritas untuk selalu siap membantu tamu sekaligus mempunyai semua solusinya. Bekerja habis-habisan untuk memperkuat customer service. Karena satu review tamu yang jelek sudah memberikan pengaruh yang sangat besar nilai nominalnya. Satu review dalam hitungan detik sudah dibaca penduduk seluruh dunia. Dan ini adalah serupa iklan. Kalau ceritanya jelek, siapa yang mau membeli produk yang ditawarkan?

Lalu bagaimana dengan Rupa Nggendhong Rega dalam masa berdampingan dengan pandemi COVID-19?

Di saat banyak yang  masih fokus pada porsi masing-masing untuk mengatasi kesusahannya, bahkan masih suspend HoReKa operations-nya, buat saya inilah saatnya berstrategi untuk mengambil Ranking Satu (#1 Rank) di semua platform bisnis digital. Baik itu di guest review platform seperti Tripadvisor, maupun valid guest comment di OTA. Kerja keras memberdayakan porsi kecil bisnis yang tersedia untuk dapat memberdayakan 100 persen tamu menuliskan excellent experience mereka. Sehingga di saat kondisi membaik, kita sudah ambil posisi tepat dan tinggal me-maintain dan men-develop market demand.

Saat ini pekerjaan opersional masih terbatas sehingga waktu kita bisa lebih banyak enggage dengan tamu. Target pesimis setidaknya ada di urutan lima teratas di area bisnis kita berdiri. Sehingga mestinya ini sudah bisa menjadi indikator positif sebagai perwujudan dan jalinan hubungan dengan tamu dan mutu HoReKa kita. Ini akan menjadi urusan untuk hasil jangka panjang, jadi kita harus kreatif untuk menjaga kredibilitas kepercayaan pasar dan mengembangkan respon pasar yang positif dengan royal memberikan nilai tambah.

Apa nilai tambah yang paling dibutuhkan oleh tamu di masa harus hidup berdampingan dengan COVID-19?

Kalau saya, semua tamu akan saya berikan status VIP, saya praktekkan Customer Service ala Jepang, omotenashi. Khususnya First-Timer – Yang pertama kali datang, kita labeli VIP-1 dan mendapat perhatian yang sangat khusus. Royal-lah kepada the first-timer. Para tamu yang baru sekali datang ini harus kita kelola dengan benar sebagai part of the team untuk reputation manager platform, supaya bisa menjadi repeat guest, bahkan dapat kita harapkan akan hadir kembali membawa pasukannya untuk sharing excellent experience di tempat kerja kita.

Jadi sudah wajar kalau konsep nilai tambah/value-add kita pergunakan dalam berbagai hal maka semakin baik tampilannya nilai jualnya bisa dipastikan semakin menjuara.

How about your thoughts?

Bali 12 Oktober 2020

Jeffrey Wibisono V. namakubrandku

Hospitality Consultant Indonesia in Bali –  Telu Learning Consulting – Commercial Writer – Copywriter – Jasa Konsultan Hotel

Hospitality Consultant Indonesia in Bali -  Telu Learning Consulting – Commercial Writer - Copywriter - Jasa Konsultan Hotel
Share this:

Temen Temu Tekan Sukses

Saya hendak mulai dengan cerita mengenai pengalaman saya sendiri terlebih dahulu sebagai ilustrasi realitas, sambil memahami Temen Temu Tekan; satu pitutur luhur Jawa yang sangat dalam maknanya.

Saat ini saya sedang menjalani proses seri lanjutan cita-cita sendiri dengan menjadi Konsultan Hotel juga Mentorship Sales & Marketing dalam hal Branding Activation bersama Telu Hospitality Learning and Consulting.

Tetapi sebelum bercerita lebih lanjut, mari kita kenali dulu arti kata-per-kata supaya lebih mudah mencerna kalimat-kalimat yang akan saya rangkai selanjutnya.

Temen: Dengan sungguh-sungguh; Tekun

Kata tekun disini lebih banyak diarahkan pada orang mencari ilmu maupun melaksanakan tugas yaitu mengerjakan sesuatu dengan rajin, serius, tidak mudah putus asa, tahan uji.

Temu: Ketemu; Pedoman; ngangsu kawruh, menimba ilmu

Kata pedoman yang bisa diartikan sebagai alat untuk melaksanakan misi. Bisa berupa ilmu atau ketrampilan sesuai kompetensi.

Tekan: sampai pada tujuan

Jelas artinya sampai pada tujuan dengan selamat. Misi berhasil diselesaikan!

Visi sudah tercapai adalah hasil dari kemampuan mengelola misi dengan tekun menerapkan ilmu dalam melaksanaan tugas.

Kemudian saya membandingkan pitutur budaya Jawa Temen Temu Tekan ini dengan kata bahasa Inggris yaitu PASSION.

Apakah Passion?

Ada begitu banyak artinya

Passion didefinisikan sebagai kecenderungan atau keinginan seseorang untuk melakukan sesuatu yang ia suka atau dianggap penting untuk dilakukan.

Dalam bahasa yang lebih sederhana, passion berarti kondisi ketika motivasi kuat bertemu dengan emosi yang sama kuatnya.

Passion membuat kita memberikan semua dedikasi yang kita miliki. KIta melakukan segala hal dengan bulat hati dan penuh semangat.

Passion adalah sesuatu yang membuat kita senang melakukannya.

Passion adalah di mana kita akan rela melakukan segala hal untuk mencapai hal itu.

Passion adalah sesuatu yang dikerjakan dengan ikhlas, dan suatu bentuk panggilan dari alam bawah sadar seseorang

Passion adalah di mana kita tidak itung-itungan laba rugi

Passion adalah ketika kita fokus melakukan hal itu sedemikian rupa dan lupa dengan hal yang lain.

Passion adalah sesuatu yang jika tidak kita lakukan, maka kita akan merasa ada sesuatu yang kurang.

Passion adalah sesuatu yang sangat kita sukai, sesuatu yang bisa kita lakukan berjam-jam tanpa kita merasakan kelelahan.

Sekarang saatnya saya hubungkan Temen Temu Tekan dengan naskah yang sudah saya bukukan di Hotelier Stories Catatan Edan Penuh Teladan sub judul nomer 1. Prestasi Hasil Ingkar Janji dan nomer 2. Takkan Lari Cita-Cita Dikejar.

Cita-cita pertama saya dalam karir adalah menjadi Public Relations Hotel. Sudah tercapai. Sehingga saya harus membuat cita-cita baru sebagai lanjutannya. Ini bisa terjadi karena saya pekerja, saya bukan entrepreneur dan urusan karir bisa ditentukan oleh faktor eksternal; yaitu manajemen dan atasan sebagai penilai kinerja yang memberikan rewards and punishment.. Maka jabatan di dalam karir ditentukan juga oleh orang lain. Sedangkan faktor internal saya adalah Temen Temu Tekan, doing  Extra miles, overtime, menyenangi pekerjaan dan menjalani tanpa rasa terpaksa.

Kalau saya sendiri sih ya maunya tetap menjadi Public Relations saja, karena sudah klop, pas mantap. Tetapi faktanya, saya diberi berkat menikmati jalur karir karir zig-zag, multi-tasking.

Bagaimana saya bisa menyebut diri saya adalah seseorang dengan bekal Temen Temu Teken?

Jujur, ini berjalan di alam bawah sadar dan saya baru memahaminya setelah banyak membaca cerita orang-orang sukses dan menghubung-hubungakannya dengan alur kehidupan saya.

Cut the story short demikian adanya

Waktu SMP, ditanya Bapak, “SMA mau sekolah yang  mana?”

Saya jawab “SMPS”

“Apa itu?” tanya Bapak saya

“Sekolah Menengah Pekerja Sosial”, terang saya.

Dan Bapak saya tidak setuju, menolak pilihan saya.

Sudah bisa dipastikan, kemudian saya masuk ke SMA umum.

Tingkat berikutnya, pada waktu saya  SMA jurusan IPA.

Pada suatu siang Bapak saya bertanya, “lulus SMA ini, sudah kepikir masuk Universitas mana?”

Saya menjawab, “saya mau jadi Public Relations Hotel, jadi saya mau kuliah di BPLP Bali”

Sekali lagi Bapak saya tidak sepaham dengan anaknya. Pada akhir pembicaraan yang emosional di sesi itu, beliau bilang “tidak, kamu harus jadi dokter atau insinyur”

Tetapi yang ada, saya terdampar di kampus IKIP Malang, program ekstensi Translator Intepreter bahasa Inggris – Indonesia.

Sambil kuliah, saya terus menerus mencari kerja dengan tujuan bisa membiayai diri sendiri dan pilihan pendidikan saya di kemudian hari. Sampai akhirnya saya berhasil masuk ke tim pre-opening Toko  Buku Gramedia Malang pada kuliah semester 5.

Saya masih sangat ingat jawaban saya di sesi wawancara dengan jawaban polos yang saya sampaikan “saya hendak menjadi Public Relations di hotel, karena saya melihat ada kemewahan disana dan saya harus menjadi bagian dari kehidupan pekerja hotel”.

Dan rupanya Gramedia memang adalah pintu masuk saya ke industri hospitality. Kuliah semester 7 menjelang ujian negara saya tinggalkan. Saya memilih setuju di transfer ke Hotel Santika di Semarang dengan modal berpengalaman sebagai pramuniaga yang berbahasa Inggris. Sejak saat itu karir saya bekerja dari hotel ke hotel.

Kisah perjalanan saya yang sangat panjang dan tiada henti. Jadi wis tekan dan budal maneh, sudah sampai dan berangkat lagi. Orang zaman sekarang bilangnya sudah ketemu passion-nya.

Akhir kata,  Temen Temu Tekan bisa kita rangkum dengan mengatakan bahwa  siapa saja yang bersungguh-sungguh melakukan misinya, pasti akan sampai pada tujuannya.

Setiap orang sukses tak jauh dari passion yang menjadi motor penggerak kesuksesan mereka. Oleh sebab itu, sangat penting untuk menemukan passion dalam hidup ini. Buatlah cita-cita sebagai tujuan sambil menikmati prosesnya. Salah satu contoh adalah Cristiano Ronaldo si Pemain Sepak Bola asal Portugal yang dengan tegas berani mengatakan “Yes, I am The Best!” tanpa merasa dirinya angkuh, karena dia menyadari betul proses integrity bagi dirinya sendiri.

Bagaimana dengan Anda?

Bali, 29 September 2020

Jeffrey Wibisono V. @namakubrandku

Hospitality Consultant Indonesia in Bali Jeffrey Wibisono V. namakubrandku Telu Learning Consulting Writer Copywriter
Pesawat Mendarat, Landing di airport tujuan
Share this:

Ora Keris Ora Keras dalam Prinsip Kepemimpinan

Apa Ora Keris Ora Keras ini?

Terjemahan bebas ke dalam bahasa Indonesia secara harafiah bisa diartikan Tidak Tajam Tidak Keras.

Tetapi apa makna lebih dalam dari kata bijak Jawa ini?

Ora Keris Ora Keras ini sangat diperlukan oleh seorang pemimpin dalam proses mengambil keputusan untuk kepentingan orang banyak. Bisa juga dimasukkan dalam kategori leadership. Ora Keris dalam pengertian tidak mempergunakan senjata, sedangkan Ora Keras dalam pengertian bertindak TEGAS tanpa kekerasan tanpa pemaksaan.

Bagaimana caranya?

Pertama kita harus memahami terlebih dahulu arti kata TEGAS.

Dari Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat kita temukan maknanya

1. jelas dan terang benar; nyata:

2 tentu dan pasti (tidak ragu-ragu lagi, tidak samar-samar):

3 tandas:

Dalam terjemahan bahasa Inggris nya bisa disejajarkan dengan kata assertive.

Kemudian tipe-tipe kepemimpinan, disini hendak saya kutip dari tulisan saya di buku Hotelier Stories Catatan Edan Penuh Teladan dari sub judul no 14 Manajemen dan Pemimpin.

Dari eksistensi beberapa tipe manajemen, kemudian terbentuk tipe-tipe pemimpin yang bisa saya kelompokkan sesuai kinerja dan corporate culture-nya.

Saya pernah menjadi bagian dari suatu team kerja yang buat saya tidak menyenangkan. Kepala divisi saya sering tanpa sadar menjadikan salah satu rekan kerja saya “kesayangan” di tengah-tengah suatu tim. Tipe pemimpin yang menjalankan favoritisme. Saya paham ini bisa terjadi karena suatu hubungan mutualisme seorang pemimpin. Kepala divisi tersebut sering tidak mempedulikan hasil kerja anggota tim lainnya. Tipe kepemimpinan seperti ini pastinya membuat saya dan rekan kerja lainnya merasa dinilai tidak “fair”. Tipe kepala divisi seperti itu akan mudah mendapat penilaian negatif dan akan ditinggalkan anggota tim kerja lainnya silih berganti.

Saya paham betul, seorang pemimpin bisa saja salah rekrut memperkerjakan seseorang yang kemampuannya tidak sesuai harapan. Itupun sering juga terjadi pada diri saya yang orangnya tidak tegaan. Membuat keputusan untuk memberi kesempatan sekali lagi dan mempertahankan staff tanpa potensi itu. Tipe pemimpin yang mempertahankan karyawan tidak berpotensi. Saya masih berharap agar dia bisa berkembang. Tetapi pada kenyataannya keputusan-keputusan seperti ini justru menghambat perkembangan dan memberatkan tim. Wadooohhhh … Salah lagi!.

Saya yang sekarang sudah boleh dibilang sebagai pemimpin, pasti kadang-kadang akan ikut campur tangan di beberapa wilayah pekerjaan. Akan OK kalau sesekali saja. Tapi kalau terjadi terus menerus involve, tipe pemimpin yang ikut campur tangan akan membuat stress staff toh?! Saya menyadari benar situasi seperti yang pernah terjadi di masa saya masih bekerja sebagai staff operasional level rendahan. Kalau pemimpin tidak bisa memberikan kepercayaannya kepada orang lain mari kita tinggalkan saja. Bekerja itu kan harus saling respek. Staff dengan tingkatan pangkat terendah pun membutuhkan pengakuan terhadap hasil kerjanya.

Lalu pernahkah Anda mengenal seseorang yang masih memikirkan karirnya sendiri ketika menjabat pimpinan puncak?

Dia hanya lebih memikirkan bagaimana cara menarik perhatian pemilik perusahaan dan dewan direksi. Tipe pemimpin yang meletakkan pekerja di prioritas terendah. Akibatnya, kesejahteraan lahir batin staff akan berada di urutan paling bawah di dalam daftar prioritasnya. Staff tidak lagi dianggap penting. Maka janganlah heran bila banyak pekerjaan mulai terbengkalai dan tidak produktif.

Kemudian ada juga tipe pemimpin yang hanya fokus pada angka. Saya kenal beberapa pemimpin yang terus-menerus terfokus pada angka dibandingkan individu. Seseorang yang lebih memikirkan jumlah pemasukan dan peningkatan laba perusahaan, serta lebih memilih untuk memperhatikan peningkatan statistik dan kelengkapan data-data. Seseorang yang lebih peduli dengan rencana-rencana yang ada di spreadsheet-nya, dibandingkan melakukan tindakan nyata dengan memberdayakan staffnya melakukan human touch.

Mungkin saya pernah di posisi sebagai seorang pemimpin yang berpikir bahwa pekerjaan saya adalah untuk mengetahui seluruh jawaban dan terus-menerus. Kemudian saya mencoba untuk menyelesaikan seluruh pertanyaan dari para staff sesering mungkin. Namun satu hal yang patut disadari adalah pemimpin yang tahu semua jawaban semakin sering sang pemimpin menjawab, maka dia akan semakin memperkecil kesempatan para staff untuk berkembang di perusahaan. Maka tindakan nyata saya selanjutnya adalah mendelegasikan pekerjaan, kemudian mengontrolnya.

Kini saya mafhum, paham tentang tipe manajemen dan tipe pemimpin yang sangatlah kompleks. Saya tidak bisa mengatakan mana paling baik, paling benar dan paling tepat. Saya percaya kepada pemberdayaan sumber daya manusia melalui pelatihan, delegasi dan kontrol. Ini karena saya pribadi mempunyai misi regenerasi. Sumber daya manusia yang saya kelola harus lebih unggul dan mumpuni dibandingkan seniornya. Fondasi ilmu yang ada harus diaplikasi dan dikembangkan sesuai zamannya.

Praktek idealisme saya adalah trust, ya… trust. Berikan kepercayaan kepada seseorang untuk melakukan tugasnya dan mempertanggungjawabkan hasilnya. Pemimpin harus kembali kepada role “make the job done through other people. Delegating is good, controlling is better”. Empowerment. Kebanggaan seseorang akan suatu keberhasilan yang diapresiasi dan diakui menciptakan motivasi positif. Jangan pelit memberi pujian dan rewards kepada yang berhak mendapatkannya. Inisiatif suatu pergerakan karena perlakuan timbal balik antar pemimpin dan staffnya.

Apakah saya sendiri sudah menjalankan ini dengan sempurna?

Baiklah, kembali kepada cara saya menjalankan Ora Keris Ora Keras di dalam tipe kepemimpinan saya adalah dengan cara mempergunakan panduan yang sudah tersedia, bahkan bisa dibuat tambahannya bersama team.

Nomer satu adalah sistem appraisal atau penilaian SKILL, APTITUDE dan ATTITUDE karyawan secara berkala harian, mingguan, bulanan bahkan sampai setiap tahun. Sitem penilaian kinerja SDM ini harus mengacu kepada Buku Panduan Operation Manual. Di dalam manual ini terdapat Policy & Procedure (P&P), Standard Operating Procedure (SOP).dan basic Job Description.

Maka parameter penilaiannya jelas dan ini bisa disebut tegas. Meminimumkan unsur subyektif like and dislike,

Bagaimana kalau ada pelanggaran karyawan di dalam waktu-waktu operasional?

Menimba dari pengalaman saya memimpin beberapa perusahaan; kalau suatu pelanggaran indisipliner berhubungan dengan kasus-kasus Ketenagakerjaan; maka pedoman atau panduan yang harus dipergunakan untuk mengambil suatu tindakan normatif, kebijakan dan keputusan tegas dan legal adalah berdasarkan Peraturan Perusahaan yang disahkan oleh Pejabat Kantor Dinas Departemen Tenaga Kerja dan Kesepakatan Kerja Bersama sesuai undang-undang.

Solutif?

Pada akhirnya perlu kita semua pahami, bahwa setiap keputusan berawal dari niat dan keberpihakan.

Kalau seorang pemimpin memiliki niat yang baik dan berpihak pada kepentingan orang banyak dan menjalankan dengan tegas wewenang yang dimilikinya dengan memperhatikan rambu-rambu jabatan, maka semua keputusan dan tindakan yang diambilnya akan tetap sebenar-benarnya dan sebaik-baiknya selaras dengan jalur ekosistem mediasi demi kesejahteraan perusahaan, karyawan dan manajemen.

Bali, 27 September 2020

Jeffrey Wibisono V. @namakubrandku

Hospitality Consultant Indonesia in Bali Jeffrey Wibisono V. namakubrandku Telu Learning Consulting Writer Copywriter
Ora Keris Ora Keras Prinsip Kepemimpinan Leadership
Share this:

Hotel Konsultan dan Mentor spesialisasi Boutique Hotel

Di dalam perjalanan karir di masa lalu, saya selalu dilibatkan dalam pembuatan marketing plan tahunan. Jatah saya adalah di bagan menyusun SWOT – Strength, Weakness, Opportunities, Threats, kemudian di teruskan dengan USP – Unique Selling Proposition. SWOT dan USP adalah tugas detail kreatif yang harus saya lakukan dengan segala upaya,  untuk disajikan menjadi data realistik dan sangat mendekati akurat, guna di implementasikan di dalam action plan.

Dengan latar belakang sebagai anggota tim penyusun Annual Budget and Marketing Plan, pada akhirnya saya menyukai untuk lebih fokus ke USP sampai akhirnya saya menjadi lebih tertantang di pembuatan konsep-konsep hotel baru yang tematik dan mengembangkan model operasional dan pelayanannya. Ini tidak lain adalah penemuan passion saya menekuni hotel butik yang memang harus unik. Jadi gak percuma dilatih mencari hal-hal unik di semua produk yang telah saya tekuni. Bisa maksimal di kategori boutique, minimum harus kelas bintang 4 dan tentunya karya penciptaan bisa sampai naik ke tingkat Luxury.

Saat ini saya sebagai seorang konsultan hotel, mentor, trainer dan pembicara publik mengusung branding Real Life Situation Trainer. Disini saya menekankan pentingnya sistem pendidikan old-school di dalam operasional hotel sebagai fondasi sebelum masuk ke modify service kemudian ke tingkat yang lebih tinggi lagi yaitu boutique service. The role of old -school hotel operations consists of three (3) basic duties are Planning, Management and Control. Berbekal pengetahuan dasar ini, saya secara bertahap menjadi General Manager praktisi yang diperhitungkan sebagai spesialisasi dan ahli di Pre-Opening Boutique Hotel.

Dalam perjalanan sukses mengoperasikan Boutique Hotel, tentunya tidak lepas dari persiapan penulisan Hotel Manual yang berisi Job Description, Policies and Procedures, Standard Operating Procedure. Isinya pengembangan basic ideas, concepting, developing, evaluating, setting-up, promoting. Di pekerjaan implementasi untuk mematangkan the ideas into goal tentu saja harus banyak melibatkan tim kerja atau bisa disebut supporting team yang memiliki kemampuan dan skill specific di bidangnya dari semua divisi dan department.

Bali, 17 Agustus 2020

Jeffrey Wibisono V.

Hospitality Consultant Indonesia in Bali Jeffrey Wibisono V. namakubrandku Telu Learning Consulting Writer Copywriter
Share this: