Mencari Pekerjaan dengan Semangat yang Tangguh

Tips, Rekomendasi, dan Solusi

Mencari pekerjaan adalah salah satu fase penting dalam kehidupan yang membutuhkan kesabaran, strategi, dan ketangguhan mental. Proses ini seringkali diwarnai dengan berbagai tantangan, mulai dari penolakan, kegagalan, hingga rasa putus asa. Namun, penting untuk diingat bahwa bersemangat tidak selalu berarti harus tampil dengan antusiasme yang berlebihan. Kadang, cukup dengan keyakinan dalam hati yang berkata, “Aku akan mencoba lagi besok,” kita sudah melangkah lebih dekat ke tujuan kita.

Mengapa Penting untuk Tetap Bersemangat?

Semangat adalah bahan bakar utama yang akan menjaga kita tetap berjalan di tengah berbagai rintangan. Sikap positif memberikan kita kekuatan untuk terus berusaha meskipun hasil belum terlihat. Percayalah, sesuatu yang baik bisa terjadi kapan saja. Esok hari bisa menjadi momen di mana seorang perekrut memanggil Anda untuk wawancara atau bahkan memberikan tawaran pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan Anda.

Namun, kesempatan tidak datang begitu saja. Ia membutuhkan usaha yang konsisten, perencanaan yang matang, dan sedikit keberuntungan. Yang penting, teruslah bergerak maju. Semua akan tiba tepat pada waktunya, dan saat itu tiba, Anda harus siap menerimanya dengan tangan terbuka.

Tips & Trik Mencari Pekerjaan dengan Efektif

1. Buat CV ( Curriculum Vitae) dan Portofolio yang Memikat

CV adalah kesan pertama yang Anda berikan kepada perekrut. Pastikan isinya rapi, relevan dengan posisi yang dilamar, dan mencerminkan keahlian serta pengalaman Anda. Jika memungkinkan, sertakan portofolio atau contoh hasil kerja untuk menambah daya tarik.

2. Optimalkan Profil LinkedIn

LinkedIn adalah platform utama yang digunakan perekrut untuk mencari kandidat. Lengkapi profil Anda dengan foto profesional, ringkasan diri yang menarik, dan daftar pengalaman serta keahlian yang relevan. Jangan lupa untuk aktif berbagi konten yang terkait dengan bidang Anda untuk meningkatkan visibilitas.

3. Manfaatkan Networking

Jaringan yang kuat adalah kunci dalam mencari pekerjaan. Hadiri acara-acara profesional, seperti seminar, webinar, atau pertemuan komunitas yang sesuai dengan bidang Anda. Jangan ragu untuk memperkenalkan diri dan berbagi minat Anda dalam mencari peluang kerja.

4. Latih Kemampuan Wawancara

Wawancara adalah kesempatan emas untuk menunjukkan siapa Anda. Persiapkan diri dengan menjawab pertanyaan umum seperti, “Apa kelebihan Anda?” atau “Mengapa Anda ingin bekerja di sini?” Latihan yang baik akan membantu Anda tampil percaya diri di depan perekrut.

5. Pantang Menyerah dan Terus Belajar

Tidak semua lamaran menghasilkan wawancara, dan tidak semua wawancara berujung tawaran pekerjaan. Namun, setiap pengalaman memberikan pelajaran berharga. Evaluasi kembali langkah-langkah Anda dan teruslah memperbaiki diri.

Rekomendasi untuk Tetap Termotivasi

Tetapkan Tujuan Harian

Buatlah rencana harian yang sederhana, seperti melamar beberapa pekerjaan, membaca artikel tentang pengembangan karier, atau mengikuti pelatihan daring. Langkah kecil ini akan membuat Anda merasa produktif dan terarah.

Jaga Keseimbangan Hidup

Jangan biarkan proses mencari pekerjaan membuat Anda kelelahan. Luangkan waktu untuk diri sendiri, nikmati hobi Anda, olahraga, atau habiskan waktu bersama keluarga dan teman.

Nikmati Prosesnya

Ingatlah bahwa setiap proses membutuhkan waktu. Apa yang Anda usahakan hari ini akan memberikan hasil di masa depan. Bersabarlah dan nikmati setiap langkah perjalanan ini.

Solusi untuk Kendala yang Sering Dihadapi

1. Tidak Mendapat Panggilan Wawancara

Solusi: Evaluasi kembali CV dan surat lamaran Anda. Pastikan keduanya relevan dengan posisi yang Anda lamar. Mintalah masukan dari teman atau profesional untuk meningkatkan kualitas dokumen Anda.

2. Kesulitan Menemukan Lowongan yang Cocok

Solusi: Manfaatkan platform pencari kerja seperti JobStreet, LinkedIn, atau Glassdoor. Selain itu, aktiflah di grup komunitas yang sesuai dengan bidang Anda di media sosial.

3. Rasa Putus Asa

Solusi: Fokus pada hal-hal yang bisa Anda kontrol. Misalnya, tingkatkan keterampilan Anda dengan mengikuti pelatihan daring atau kursus sertifikasi. Ingat, setiap usaha tidak akan sia-sia.

Kesimpulan

Mencari pekerjaan memang perjalanan yang penuh tantangan, tetapi bukan berarti tidak bisa dinikmati. Dengan persiapan yang matang, sikap positif, dan semangat untuk terus mencoba, peluang baik akan datang pada waktunya. Percayalah pada kemampuan diri Anda dan nikmati setiap prosesnya.

Selamat menikmati perjalanan Anda, dan semoga sukses!

Jember, Senin, 9 Desember 2024

Jeffrey Wibisono V.

Praktisi Perhotelan dan Pariwisata

Share this:

My Travel My Adventure:

Bagaimana Menarik Perhatian Wisatawan?

PASCA pandemi, pembatasan perjalanan di hapus, euphoria wisata balas dendam dan semarak case overtourism di beberapa kawasan dalam dan luar negeri. Lantas, saya mesti refresh, berlibur dimana?

Buat saya, mencari satu destinasi untuk liburan ke luar negeri mirip dengan berkegiatan mencari buku bacaan di toko buku. Sama menariknya. Dari mulai tertarik dengan judul dan gambar di sampul depan, kemudian menelaah rangkuman premis dan diksi dari buku yang sedang saya pegang. Teman-teman percaya toh, kalau ilmu marketing mengatakan people do not buy products, they buy emotions dan ada pengaruh social validation disitu.

Lalu apa yang menarik perhatian saya untuk memutuskan my next holiday destinationYou do not attract what you want, you attract what you are! Yang pasti pertanyaan pertama adalah “ada apa disana?”

Jeffrey Wibisono V. – Hakuna Matata

Traveler lain —menurut saya— melakukan hal yang mirip yaitu mulai dari menyusun top-most-priority untuk dibaca dan dibahas ulang bersama teman perjalanan —bagian dari mematangkan perencanaan dan mem-finalkannya—. Sangat subyektif. Dan kita belum berbicara hal climate change terkait rencana berlibur kita.

Kemudian, kalau kita berhandai-handai sebagai “turis” yang tertarik untuk liburan di Indonesia,—mengusung genre traveler generasi baru yaitu Milenial, iGeneration dan Alpha kelahiran tahun 1990an dan 2000an—, kira-kira apa yang menarik perhatian kita?

Dari total 17.504 pulaunya saja, tidak mungkin kita bisa mengunjungi, menangguk experience kehidupan kepulauan Indonesia, sekalipun menikmatinya menggunakan masa cuti panjang selama 30 hari.

Tetapi –catat– kita bisa mengunjungi wilayah Indonesia ber-ulang-ulang dan mendarat di pulau yang berbeda-beda – island hopping,  tergantung tujuan pengalaman yang hendak kita timba.

Dalam pemikiran saya, salah satu pembangkit minat untuk Indonesia  menjadi pilihan future travelers melalui people – beragam suku dan budayanya menjadikan Indonesia memiliki potensi destinasi-destinasi tematik.  Mampukah Indonesia membangun special interest sesuai karakteristik historis geografis masyarakat dan pulaunya? Bukan melulu eksploitasi alamnya. Sehingga kemudian pangsa pasar niche nya terbentuk, lalu target promosinya jelas dan kuota kunjungan wisatawannya-pun dapat ditentukan.—Tidak perlu terjadi kasus overtourism—Disinilah, kita bisa bicara lebih banyak tentang destinasi dengan quality of tourism nya —didalamnya ada length of stay dan spending power wisatawan yang sedang berkunjung—.

Mari kita coba buka sejarah Nusantara. Harus kita akui, penguasaan bahasa Inggris dan bahasa asing lainnya, bangsa Indonesia kalah jauh dibandingkan beberapa negara anggota ASEAN. Tetapi Indonesia masih bisa unggul apabila dapat mengembangkan experience. Paket bisa dibuat dan itu misalnya Paket Perjalanan Sejarah, Paket Legenda, Paket Arkeologi Antropologi, Paket Keraton, Paket Laboratorium Hidup dan masih banyak lagi. Khusus Paket Laboratorium Hidup saya dapat membandingkan Galapagos di Ekuador dengan Flobamora di NTT (Kepulauan Nusa Tenggara Timur).

Jangan lupa! Saya sedang memikirkan bagaimana menarik minat, perhatian potensi future travelers tersebut. Kuncinya pada penguasaan teknologi, dan jadikan Indonesia sebagai destinasi digital yang handal. Semua paket yang ditawarkan dan dijual harus terintergrasi dapat dipertanggungjawabkan secara etika moral, sosial, hukum dengan aman. Mulai dari beragam tipe akomodasi, destinasi makanan sesuai daerahnya dengan mempromosikan exotic food yang dapat dikonsumsi wisatawan internasional sesuai karakter daerahnya. Jangan lupa ada misi edukasi didalam memberikan experience kepada wisatawan. Salah satunya adalah mengajari wisatawan untuk mendapatkan pengalaman berinteraksi dengan penduduk lokal dengan sarana naik public transportation (angkot) dari satu poin ke poin lainnya, bahkan bisa untuk mengajari memilih angkutan umum antar kota seperti menggunakan bis dan kereta api/listrik.

Bagaimana dengan paket budaya?

Saya sendiri secara pribadi sangat tertarik dengan budaya. Indonesia ini kaya banget!. Setiap daerah memiliki kekuatan masing masing. Dari seni tari, rupa, patung dan lainnya, yang dapat diintegrasikan dalam Paket Sejarah Nusantara —untuk daerah tertentu— atau bahkan Paket Legenda yang di ceritakan dari dongeng rakyat seperti Balingkang Dewi Danu di Kintamani Bali. Untuk mensukseskan semua program wisata ini Indonesia perlu Story Tellers sebagai duta wisata. Dalam hal sales, marketing diperlukan seller, marketer yang menguasai strategi storytelling, didukung tim content creator yang setara. Dan tetap berpedoman pada Kode Etik Pariwisata Global serta kode etik jurnalistik Indonesia —meskipun Anda bukan jurnalis—.

Kita, future travelers perlu akses masuk yang nyaman dan infrastrukturnya.

Suksesnya program satu paket, satu destinasi perlu dukungan masyarakat setempat. Sosialisasi tidak cukup dilakukan oleh pemerintah selaku fasilitator, juga oleh kalangan pelaku bisnis perjalanan wisata. Sosialisi dan pelatihan secara berkesinambungan selayaknya dilakukan stake holder terkait. Ini sebagian pekerjaan pemerintah dengan dukungan swasta untuk implementasi dan mengembangkannya.

Bagaimanapun wujud destinasinya? Walau lokasinya terpencil, kebutuhan kekiniannya atau keperluan modernisasi tetap harus disediakan. Misalnya MCK (Mandi Cuci Kakus) standar internasional, transportasi, convenience store, alat pembayaran non-tunai (tourist card dan virtual), APPS of the Destination. Semua travelers memerlukan kemudahan mobilitas dengan segala informasinya yang terintegrasi dan akurat. Mungkin ada yang sudah pernah ke Singapore dan London? Di kedua kota ini saya sangat nyaman untuk mobilitas dengan mudah dan murah selama berkunjung.

Satu lagi, apakah saya memiliki ketertarikan pada destinasi di Indonesia yang menerapan aksi ramah lingkungan? Ya, ini tren global.—green and sustainable tourism—. Tentu menarik  jika  ada pulau-pulau di Indonesia yang siap mempertunjukkan teknologi “free chemical” untuk kehidupan sehari-hari nya. Mulai dari pertanian, kemasan sampai ke pengelolaan limbahnya. Saya akan experienceuntuk menginap beberapa malam disini. Pasti ada pelajaran yang bisa dibawa pulang.

Jadi sekali lagi kualitas suatu produk termasuk produk wisata itu sangat subyektif. Semua tergantung terhadap pengalaman apa yang dirasakan oleh penikmatnya pada saat itu. Contoh konkritnya, mari kita masuk ke situs-situs guest reviewseperti tripadvisorgoogle review. Apakah dari satu review ke review lainnya isinya sama untuk produk yang sama dengan penikmat  berbeda? Maka itulah bukti subyektifitas tersebut.

Pemikiran tertulis saya tentang cara atau bagaimana menarik niat,  perhatian wisatawan secara umum ini masih sangat “sempit”,  dibandingkan potensi Indonesia yang sangat luar biasa.

Dari slogan saya  My Travel My Adventure terdapat letupan-letupan  emosi yang membuat saya menjadi tertarik berkunjung ke satu destinasi. Misalnya karena cerita sejarahnya yang memikat, ingin mendapatkan pengalaman  yang diceritakan oleh orang lain, kelangkaan/scarcity atau ekskulisifitas, tipe wisatawannya, eksotisme suku setempat, jaminan keamanan, cocok untuk pengambilan foto-foto yang bisa untuk diceritakan kembali, heritage, history, pengalaman spiritual, affordable – sesuai kocek, banyaknya waktu untuk digunakan termasuk masa tempuh untuk mencapai destinasi yang menarik.

Pada akhirnya, Indonesia harus mampu menjual dengan cara mentransfer perasaan. —kemampuan storytelling disemua dimensi–. Memahami “maunya” dan kebutuhan traveler seperti cerita fiksi yang menjadi non-fiksi, menjadi kenyataan. Bukan hard-sales saja dengan menonjolkan “Ini produk unggul kami”.

Tentunya teman-teman pembaca mempunyai ketertarikan yang lain dari saya dan ingin urun-rembug. Silakan. Terima kasih

Jember, 08 February 2024

Jeffrey Wibisono V.

 @namakubrandku Telu Learning and Consulting for Hospitality Industry

General Manager Java Lotus Hotel Jember

Juga tayang di

https://www.beritabali.com/opini/read/bagaimana-menarik-perhatian-wisatawan

https://www.matrasnews.com/my-travel-my-adventure-bagaimana-menarik-perhatian-wisatawan/info-wisata/

https://www.majalahglobalreview.com/my-travel-my-adventurebagaimana-menarik-perhatian-wisatawan/

https://bisniswisata.co.id/my-travel-my-adventure-bagaimana-menarik-perhatian-wisatawan/

Share this:

The Untold Hotelier Stories: One Night Stay di Hotel

Bulan Agustus mendatang, saya akan memasuki bulan ke-9 bekerja fulltime di Jember. Memasuki semester ke-2 tahun 2022 saat ini, di tengah maraknya istilah StayCation, DayCation, sebenarnya saya kangen dengan kembalinya kata Vacation, liburan dalam arti yang sebenar-benarnya.

Masa tinggal rata-rata tamu di tempat kerja saya yang city hotel adalah 1.1 malam. Aktivitas tinggi di 5 hari kerja dan tingkat hunian menurun di hari MInggu dan Senin. Behaviour ini sangat berbeda dengan tempat saya bekerja di destinasi resort, Bali. Masa tinggal tamu rata-rata adalah 3 – 5 malam tergantung kebangsaannya.

Kapan Anda terakhir kali jalan-jalan dan menginap di hotel?

Kali ini saya hendak mengungkap dibalik layar hotel operasional perihal tamu-tamu yang menginap satu malam. Peristilahannya adalah one night stay atau short stay.

Kira-kira demikian detilnya …

Room cost

Untuk hotel dengan rata-rata masa tinggal satu malam, biaya operasional kamar menjadi tinggi. Tentunya berpengaruh terhadap harga sewa harian kamar yang kelihatan kaku, non-negotiable. Day-use berbayar 50% dari harga sewa kamar per malam – setelah minimum satu malam menginap – itupun dengan kondisi kamar tidak di full supply tetap tidak berpengaruh terhadap pengurangan biaya.

(Kalau ada aturan lain, lain kali kita bahas di Best Practises mengenai Day-use ini.)

Ada untold stories atau cerita dibalik layar dalam operasional hotel yang tidak diketahui publik dalam urusan Housekeeping. Dalam hal ini bagaimana tingginya persentase tamu yang menjadi kolektor barang-barang berlogo yang dipasang di kamar hotel. Apabila tamunya seorang kolektor, maka amenities dan supplies akan diangkut semua termasuk sabun, shampoo, vanity. Bahkan ada yang sampai toilet tissue-pun dibawanya. Banyak tamu punya pemikiran adalah bagian yang sudah dibayar. Jamak, tamu merasa menjadi pembeli karena membayar, padahal terminologi “tamu” yang sebenarnya adalah orang yang datang untuk menginap (di hotel) dengan biaya sewa kamar harian, bukan menjadi pembeli. Sehingga sebagai tamu juga wajib mematuhi aturan rumah-tangga dimana mereka hadir sebagai penyewa, bukan pemilik. Hak sebagai penyewa berbayar adalah hak guna terbatas

image by zhaodeqin from pixabay

Mengapa penginap one night stay membuat cost factor tinggi?

Ya, salah satunya adalah yang saya sebut di atas yaitu si penginap adalah kolektor. Dan ada satu tahapan lagi yaitu pihak hotel harus membuang semua shampoo, sabun, amenities dan supplies bekas pakai. Ditambah stripping linen dan towels termasuk deep/spring cleaning. Alokasi biaya terpakai semua sampai ke bahan kimia pembersih. Apalagi dimasa pandemic COVID-19 ada penambahan refresh kamar dengan mematuhi aturan CHSE yang tentu saja ada penambahan biaya untuk me-ready-kan kamar untuk tamu-tamu status EA (Expected Arrival).

Tetapi ada juga dalam pengalaman kerja saya punya tamu long-staying yang gak mau rugi. Setiap hari amenities dan supplies minta replenish. Semua items termasuk toilet tissue, kopi, gula dll. dimasukkan koper loh! Demikian juga isi mini bar yang “included in the room rate”. Bahasa kami menyebut “tamune check-out ringkes-ringkes, tuntas tanpa batas”

Lalu bagaimana best practices untuk cost saving?

Sebenarnya paling mudah adalah dengan mendapatkan pangsa pasar dengan masa tinggal di atas rata-rata. Lumayan untuk tamu yang menginap dua – tiga malam, operasional housekeeping belum perlu mengganti supplies dan amenities secara total. Demikian juga laundry untuk linen. Sebenarnya management hotel kalau bisa memilih, pasti memilih tamu-tamu yang mempunyai masa tinggal “beyond than average”. Dengan demikian sales department mempunyai occupancy base dan tidak lelah mencari mencari bisnis baru secara harian untuk menggantikan yang check-out. Ada waktu untuk mikir strategi jangka panjang istilahnya. Cost saving beda dengan efisiensi ya. Karena istilah efisiensi adalah mengurangi beberapa jenis supplies dan amenities. Ini yang tidak boleh dilakukan karena menurunkan standar yang akan menyebabkan kenyamanan tamu berkurang.

Secara marketing, hotel management selalu ingin meningkatkan value untuk guest experience-nya. Sudah pasti yang bisa membedakan delivering value dari layanan hotel adalah repeat guests dan long staying guests. Loyal customer selalu penasaran untuk mendapatkan experience minimum sama dari sebelumnya. Tentunya mereka akan senang ketika ada peningkatan baik dalam layanan maupun penambahan fasilitas, karena mereka merasa mempunyai investasi dan akan rela membayar kenaikan harga.

Sekarang kita semua sudah tahu kan cara berhitungnya?

Jadi, please kalau sedang traveling nginepnya “beyond than average” ya. Selain itu bisa lebih memberikan review yang lebih komplit kalau pengalaman masa tinggal lebih lama. Dan satu lagi, kalau saya orangnya males packing, jadi tinggal menginap di satu tempat adalah pilihan.

Jember, 26 Juli 2022

Jeffrey Wibisono V.

Praktisi Perhotelan dan Consultant for Hospitality Industry di Indonesia

Juga tayang di

Share this:

Rekrutmen SDM Berkualitas yang Paling Mudah

UMUMNYA, para pebisnis di bidang pariwisata seperti perhotelan dan sarana pendukung pariwisata lainnya, merekrut tenaga kerja yang “siap pakai” dengan minimum tambahan pelatihan —sesuai keperluan perusahaan—. Rekrutmen SDM (Sumber Daya Manusia) berkualitas merupakan percepatan mengakomodasi kebutuhan para wisatawan baik domestik mau pun mancanegara. Mulai dari karyawan operasional seperti security, housekeeping, driver, pool attendant, front office, waiter sampai ke tour guide yang bekerja di travel agent. Pekerjaan multi dimensi dalam ekosistem pariwisata, tidak hanya memerlukan tenaga kerja terampil secara  fisik, juga memiliki kemampuan mengelola mood dan emosi kastemer.

Tahun ini dan 2023 nanti, berapa besar target  kunjungan wisatawan mancanegara yang ditetapkan pemerintah?

Berapa pun target optimis yang hendak dicanangkan pemerintah, tetap menjadi stimulan menggembirakan dan harus didukung semua pihak, terutama para pekerja pariwisata —Sumber Daya Manusia (SDM) pariwisata itu sendiri—.

Lalu, bagaimana ketersediaan SDM dengan kualitas dan kuantitas untuk mencapai keberhasilan pariwisatanya? Dan bagaimana minat SDM untuk bekerja di kepariwisataan?

Secara random, saya perkecil area misalnya khusus untuk wilayah Jawa Timur dan Jember. Berapa serapan tenaga kerja untuk sektor perhotelan, jika “endemi” COVID-19 diberlakukan? Dengan perhitungan rekrutmen konservatif 1: 1—artinya per kamar satu orang tenaga kerja yang ditempatkan sesuai bidangnya—, ini baru untuk hotel saja.

Bagaimana dengan  bisnis sektor pendukung pariwisata seperti kuliner dan rekreasinya? Masih diperlukan ribuan untuk bekerja di restoran independen, lapangan golf, taman rekreasi, transportasi dan seterusnya.

Tetapi,  apakah mereka — SDM pariwisata—sudah siap kerja dengan performa maksimal untuk melayani wisatawan?

Multi dimensi dalam melayani di industri pariwisata adalah kecukupan  pembekalan pengetahuan seperti:

  • Statistik pariwisata: Kita belajar menghitung jumlah kunjungan wisatawan yang masuk melalui jalur darat, laut dan udara. Kemudian demografi dan geografinya. Lalu objek wisata sampai ke psikografi. Semua adalah acuan akurasi  menggunakan analisa data untuk  melengkapi salah satu strategi sales & marketing.
  • Tourism behaviour: Kita belajar kultur dan kebiasaan bangsa-bangsa lain. Tahap awal, fokus pada kebangsaan mayoritas yang sudah siap masuk ke destinasi kita. Misal, saat ini pemerintah sedang menggalakkan kerjasama dengan Timur Tengah, Eropa dan ASEAN.
  • Ekonomi pariwisata: Kita belajar ilmu ekonomi. Seberapa besar dampak pariwisata di suatu destinasi atau objek wisata, secara makro dan mikro.?
  • Tourism law: Kita belajar tentang aturan-aturan dasar saat memulai membangun objek wisata, hotel, restoran, dan usaha pariwisata lain. Mata pelajaran ini wajib, agar pelaku industri tidak buta hukum yang digunakan untuk menjalankan dasar-dasar normatif pelaksanaan peraturan pemerintah dan kebijakan perusahaan tempat bekerja.
  • Studi Wilayah atau perencanaan destinasi: Kita perlu memahami roadmap pembangunan wilayah sehingga usaha yang hendak dikembangkankan sesuai “kelayakan” peruntukan wilayahnya.
  • Manajemen perhotelan dan objek wisata: Kita belajar mengelola bisnis sesuai konsep produk dan mengoperasikan berdasarkan panduan Policy & Procedure yang didetilkan ke Standard Operation Procedure.
  • Ekowisata: Kita belajar tentang mengembangkan pariwisata berbasis alam. Belajar ilmu kehutanan atau lingkungan!
  • Tourism philosophy: Pengetahuan ekstra yang selayaknya kita miliki adalah mempelajari perihal filosofi dan motivasi manusia melakukan perjalanan wisata.
  • Bahasa asing: Wajib bagi SDM kepariwisataan, minimum menguasai bahasa Inggris. Tambahannya seperti bahasa Arab, Perancis, Jepang, Mandarin, Belanda, Rusia, dan ada beberapa lagi lainnya. Menguasai bahasa asing, menaikkan harga jual profesi secara proporsional—profesionalisme—.
  • Geografi pariwisata: Kitabelajar  memahami peta potensi potensi wisata di daerah, provinsi, sampai nasional.
  • Pariwisata budaya: Indonesia “masih” menetapkan pembangunan kepariwisataan berdasarkan pariwisata budaya Nusantara didasarkan pada kearifan budaya lokal.

Pengetahuan tambahan tersebut memperkaya kompetensi utama SDM di front office, food & beverage dan house keeping. Tidak kalah penting adalah penguasaan code of conduct untuk  diimplementasikan disetiap dimensi fungsi tugas SDM pariwisata —integritas profesi—.

Pekerja pariwisata diajarkan dan dituntut untuk disiplin, menghargai orang lain, mandiri, kerja keras dan tahan banting; agar siap, sigap memberikan layanan sesuai ekspektasi wisatawan. Salah satu critical point misalnya kesopanan,  penampilan, kebiasaan greeting —memberi salam, sapa dan senyum – kepada siapapun. Kerapian penampilan cara berpakaian, penataan rambut dan pemilihan sepatu.

Belum Layak Rekrut 

Lalu siapa pekerja yang siap pakai, mudah direkrut dan berkualitas untuk mendukung program pemerintah yang sudah membuka “gerbang masuk”, memberikan kemudahan aturan warga negara asing berlibur ke Indonesia, sekaligus sebagai upaya mencapai target kunjungan tahun 2022 dan 2023 — meski angka belum terpublikasi–?

Jawaban saya adalah bermula dari SMK Pariwisata.  SMK adalah salah satu jalur praktis  menuju dunia kerja,  diajarkan untuk jadi pribadi yang mandiri, siap kerja. SMK pariwisata umumnya memiliki dua jurusan keilmuan yaitu iIlmu perhotelan dan usaha perjalanan wisata. Dengan kurikulum mata pelajaran dari Departemen Pendidikan, mendapat tambahan tentang perhotelan umum dari front office, house keeping dan food & beverage product dan service.

Jurusan usaha Perjalanan Wisata, mata pelajarannya antara lain tour planning, ticketing, guiding, MICE (Meeting Incentive Convention Exhibition), etika komunikasi dan pengantar ilmu pariwisata.

Apakah lulusan SMK sudah memenuhi kualifikasi ketersediaan tenaga kerja?

Saya yang berada di dalam lingkup praktisi industri perhotelan bisa menyatakan bahwa, lulusan SMK “belum” mencapai poin layak rekrut. Terutama untuk kebutuhan SDM di hotel-hotel bintang 4 dan 5 dengan tamu internasional. Penguasaan bahasa Inggris verbal dan tulisan masih di bawah angka rata-rata, demikian juga ketrampilan khusus seperti  food & beverage dan house keeping.

Nilai Suksesi

Belum layak direkrut sebagai SDM pariwisata, tidak berarti salah langkah. Upaya yang dapat dilakukan stake holder kepariwisataan antara lain:

– Memberi kesempatan guru dan murid mendapatkan pengalaman lapangan melalui pelatihan dan magang di industri perhotelan dan biro perjalanan wisata.

Khusus untuk perhotelan, hal ini sangat penting karena harus menjalankan standar internasional. Menjadi sangat “tidak kompetitif”, bila guru, tenaga pendidik tidak berpengalaman hal tata cara pergaulan internasional. Baik dari urusan hunian, layanan perjalanan sampai di meja makan.

– Departemen, Dinas Ketenaga Kerjaan selayaknya  membuka kursus-kursus bahasa asing, menyediakan laboratorium aplikasi bisnis dan pariwisata di setiap Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) kepariwisataan di masing-masing kabupaten dan kota di Jawa Timur. Peran sistem triple helix —industri, kebijakan pemerintah, dan institusi Pendidikan– salah satu solusi untuk memaksimalkan SDM.

– Alternatif lain, pihak industri melakukan fostering/adopsi salah satu SMK untuk memberikan training, praktek sesuai kualifikasi perekrutan di hotel dan biro perjalanan wisata. Sehingga magang di hotel tak sekadar mengisi nilai kurikulum, tetapi praktik dengan “benar, bertanggungjawab” dan menjadikan peserta training/magang tenaga terampil siap pakai sesuai kualifikasi wadah penempatan pekerja.

Afdal?

Jember, 1 Mei 2022

Jeffrey Wibisono V.

Praktisi Perhotelan dan Konsultan

Naskah juga tayang di

https://www.timesindonesia.co.id/read/news/408281/rekrutmen-sdm-berkualitas-yang-paling-mudah

https://www.opini.beritabali.com/read/2022/05/09/202205090056/rekrutmen-sdm-berkualitas-yang-paling-mudah?page=all#

Share this:

Wajah SDM Industri Hospitality Indonesia 2022

SDM seperti  apa yang diperlukan bisnis pariwisata jika Pandemi COVID-19 berakhir?

Pada tahun 2022 dan 2023 apakah pemerintah Indonesia hendak mentargetkan kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 20 juta orang untuk me-refresh target tahun 2019? Tentunya menurut opini saya angka tersebut adalah target yang over-optimist dengan menganalisa kondisi dunia. Apakah juga akan didukung sepenuhnya oleh terutama para pekerja pariwisata atau Sumber Daya Manusia (SDM) pariwisata itu sendiri?

Sektor pariwisata akan berkembang seiring dengan kemajuan industri perhotelan, restoran ditambah sarana rekreasi pendukung lainnya. Menciptakan suatu destinasi yang terintegrasi dengan fasilitas umum di suatu area. Akan tetapi kendala praktisi profesional sampai saat ini di beberapa daerah terkait dengan SDM adalah rendahnya tingkat penyerapan tenaga kerja. Dapat menjadi demikian  karena ketidak-sesuaian kompetensi yang dimiliki pencari kerja dengan kebutuhan industri. Saya merasakan proses rekrutmen menjadi sangat lambat di wilayah tempat kerja saya saat ini; di Kabupaten Jember, Jawa Timur. Kira-kira peran sistem triple helix yaitu gabungan industri, pemerintah dan akademisi dalam menyusun model peningkatan kompetensi SDM dapat terjadi dalam jangka waktu satu semester ke depan?

Wajah SDM Industri Hospitality Indonesia 2022 SDM seperti apa yang diperlukan bisnis pariwisata Pasca Pandemi COVID-19?
Career Compass from pixabay

Seperti kita ketahui pada tahun 2018 Kementrian Pariwisata telah menyusun cetak biru sektor pariwisata yang di dalamnya ada 88 kawasan strategis pariwisata nasional yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. Fokusnya secara tradisional masih di Bali, Yogyakarta dan Batam Kepulauan Riau, karena tiga daerah itu menyumbang 90 persen devisa dari sektor pariwisata sampai dengan akhir tahun 2019, sebelum pandemi COVID-19 menghantam dunia dan meruntuhkan hampir semua lini bisnis dengan yang terparah adalah industry pariwisata. Apakah masih berlaku di 2022 pernyataan “Untuk pariwisata Indonesia adalah lapangan kerja yang paling mudah dan murah”

Yang menarik dan sedikit membingungkan adalah data pada tahun 2019 dari berbagai sumber mengungkapkan 58 persen dari 133 juta jumlah angkatan kerja Indonesia berasal dari lulusan SMP. Sedangkan pariwisata dalam hal ini bisnis perhotelan hanya akan menerima staff minimal lulusan SMK khususnya pariwisata.  Jadi akan dibawa kemanakah para lulusan SMP itu? Jika dipaksakan, bagaimanakah cara men-training mereka? Seperti kita ketahui SMK adalah pendidikan jalur cepat kejuruan siap pakai. Mata pelajarannya fokus pada keterampilan dan praktek kerja magang sebagai trainee. Mereka mendapat teori yang sedikit. Jadi biasanya hotel yang menerima trainee SMK harus ekstra keras dalam memberikan supervisi supaya mereka bisa menyetarakan diri dengan standar operasional hotel berbintang 4 ke atas.

Sebagai praktisi hotel yang sudah malang melintang selama lebih dari 20 tahun, sempat bekerja dibagian sales marketing hotel-hotel bintang 5  hingga General Manager hotel bintang 4,  pengalaman saya selama sekitar 3 dekade itu saya tulis dalam sebuah   buku berjudul Hotelier Stories Catatan Edan Penuh Teladan. Kekinian jika pandemik COVID-19 berakhir menggelitik hati saya dan membuat saya bertanya pada diri saya bagaimana sesungguhnya wajah SDM pariwisata kita terutama perhotelan masuk ke triwulan ke-2 tahun 2022. Apakah mereka dapat kembali dirasuki roh hospitality yang multi dimensi? Apakah gaji semampunya perusahaan dan senerimonya karyawan akan mampu menghasilkan SDM unggul? Tentunya mengingat hotel adalah sebuah  bisnis yang menuntut sebuah performa yang tinggi untuk menjaga mood tamu yang masuk happy dan keluar juga harus tetap happy. Standar remunerisasi pekerja hotel adalah UMK/UMP atay yang disetarakan. Memang ada sedikit pendapatan tambahan bagi staff hotel melalui  persentase service charge;  walaupun tidak banyak mengingat staff rank & file adalah pekerja dengan sistem Kesepakatan Kerja dengan Waktu Tertentu-nya masa berlaku minimum 1 tahun. Dibisnis perhotelan, staff   rank & file seperti waitress dan housekeeping attendant  saja sudah dituntut untuk bisa berbahasa inggris yang baik dan benar dan mengerti grooming

Lalu bisakah kita mencapai efisiensi dan hasil seperti yang diharapkan wisatawan dengan standar internasional luxury dengan memperkerjakan SDM yang mudah dan murah?  Seperti kita ketahui bahwa bila dikatakan pekerja yang murah dan meriah maka harapan kita tentunya bertumpu pada para lulusan SMK Pariwisata yang sudah tersebar di beberapa provinsi.

Lalu akan muncul pertanyaan seberapa unggulkah sudah lulusan SMK Pariwisata kita? Bisakah mereka menjadi SDM yang handal yang menjadi duta pariwisata Indonesia?

Berdasarkan pengalaman penulis yang lebih dari 20 tahun bekerja dan berkarya di Bali bisa berpendapat “Bali yang menjadi tolak ukur SDM tingkat internasional – disini kita bicara perihal wisatawan mancanegara – punya permasalahan beberapa hal yang masih kedodoran dan menjadi pekerjaan rumah yang besar”. Kesenjangan itu nyata terlihat jika kita membandingkan skill dan attitude para pekerja hotel bintang 4 dan 5 dibandingkan dengan hotel bintang tiga ke bawah. Hotel-hotel chain internasional berbintang 5 biasanya tidak memiliki masalah, tetapi ada juga hotel bintang 5 non-chain internasional yang bahasa Inggris staffnya masih pas-pas-an dan belum mempunyai kemampuan diplomasi.

Hal yang paling utama adalah masalah berbahasa Inggris dengan baik dan benar. Kebanyakan  lulusan SMK Pariwisata belum bisa berbahasa Inggris dengan baik dan benar sesuai dengan ekspektasi hotel berbintang. Nah kalau di Bali saja yang merupakan tolok ukur SDM pariwisata masih bermasalah, lalu bagaimana dengan di pulau-pulau sana yang sedang dikembangkan menjadi destinasi pariwisata skala prioritas?

Pihak hotel di Bali biasanya tidak ingin mengeluarkan uang ekstra untuk memberi kursus bahasa Inggris kepada karyawannya yang notabene bekerja dengan ikatan KKWT (Kesepakatan Kerja Waktu Tertentu). Karena banyak kejadian setelah pintar berbahasa Inggris mereka akan pindah ke hotel yang lain. Lalu bagaimana jalan keluarnya? Ini menjadi pekerjaan rumah Kementrian Pariwisata dan Kementrian Tenaga Kerja tentunya dalam menghasilkan SDM pariwisata yang unggul. Terutama penguasaan bahasa Inggris verbal untuk front liner staff. Lebih baik lagi jika para staff back office seperti reservation dan ecommerce dan digital marketing juga bisa menguasai grammar bahasa Inggris yang baik

Hal yang lain yang penulis harapkan  adalah alangkah bijak jika Kementrian Pariwisata dan Kementrian Tenaga Kerja membuka pelatihan grooming untuk para pekerja hotel demi memperkuat SDM. Termasuk di dalam modul pelajaran sertifikasi kompetensi tenaga kerja? Kebiasaan yang terjadi adalah banyak pihak hotel tidak ingin mengeluarkan uang ekstra untuk pelatihan. Bisa dimengerti karena biasanya para pekerja akan pindah ke lain hotel ketika merasa mereka sudah semakin pintar dan mempunyai nilai jual lebih.

Hal-hal yang paling gampang dilihat dalam kehidupan hotel sehari-hari adalah masalah grooming, tata cara membawa diri. Hal yang sederhana saja seperti – Sudahkah memberi salam kepada tamu ketika berpapasan?

Kenapa para waiter dan waitress mengobrol di restoran dan tidak memperhatikan kebutuhan tamu yang sedang duduk di restoran dan memerlukan perhatian?

Kenapa staff hotel memaksakan diri masuk lift bersama para tamu hotel – padahal sudah jelas peraturannya, bahwa mereka tidak boleh menggunakan fasilitas untuk tamu dengan fleksibilitas sesuai peraturan perusahaan. Apabila ada tamu di dalam lift yang terbuka, staff tidak boleh ikut masuk ke dalamnya.

Jika Bali saja yang menjadi tolak ukur pariwisata Indonesia masih kedodoran dalam hal rekrutmen SDM yang skillfull  dan wellgroomed sesuai jenjang karir dan kualifikasi jabatan yang disandang, yaitu dari Rank & File, Supervisor sampai Manager, bagaimana dengan destinasi lainnya yang sedang dikembangkan termasuk daerah-daerah di luar Bali?

Seperti kita ketahui di  industri hospitality paket kompeten dan kompetensi pekerjanya sangat kompleks, sebab berhubungan dengan bisnis emosi manusia lainnya sebagai sumber interaksi; terutama tamu-tamu hotel, dan solusi yang dibuat harus selalu tepat waktu.

SDM hotel harus mengerti psikologi pelayanan, latar belakang kultur kastemer,  komunikasi sampai bahasa untuk bisa memberikan pelayanan yang terbaik.

Secara psikologis pemetaan parameter kepuasan tamu adalah abstrak bisa jadi menyesuaikan personal demand. Sebagai contoh untuk wisatawan backpacker mungkin hanya perlu standar akomodasi yang aman dan bersih. Tetapi untuk kelas wisatawan luxury memerlukan banyak hal detil yang  harus disediakan untuk mendapat nilai excellent.

Tentu pertanyaannya adalah, SDM sekelas apa yang ingin kita miliki untuk mencapai target kunjungan wisman yang tiap tahun targetnya dibuat selalu meningkat?

Apakah pemerintah bersedia memfasilitasi pelatihan bahasa dan membuka grooming school untuk SDM pariwisata terutama untuk para pekerja hotel bintang 4 ke bawah?

Strategi Peningkatan Kompetensi SDM apabila di suatu daerah tidak terdapat sekolah tingkat menengah maupun perguruan tinggi, maka perlu dibuka beberapa Lembaga Pendidikan dan Pelatihan untuk meningkatkan kompetensi pencari kerja melalui program sertifikasi. Peran sistem triple helix yaitu industri, kebijakan pemerintah, dan institusi pendidikan. sangat direkomendasikan dengan tujuan menghasilkan Model Peningkatan Kompetensi SDM yang sinkron pada Sektor Pariwisata, Perhotelan dan Restoran.

Jember, 2 April 2022

Jeffrey Wibisono V.

Praktisi Perhotelan dan Konsultan

Juga tayang di

Share this:

Listen to many voices, but speak with your own

“Until your mission is an obsession, nothing will change in your life.” – Robin Sharma

Deep down we already know what we want but we always love shallow water because it gives us some kind of temporary comfort and stability.

Deep down we know where we want to go but we have convinced ourselves that there is no way of getting there.

Deep in your heart, you already know what feels right for you and you will never find peace within until you listen to your heart.

Your feelings are your truth.

No one knows what’s best for you than you. No one else can understand your internal motivations for why you do what you do.

The moment you start to wonder if you deserve better, you really do.

When someone tells you it cannot be done, it is more a reflection of their limitations~.

They are telling you their story, not yours.~

People have the right to their opinions, and you have the right to ignore them too.

When you put people’s opinions of you on a pedestal you open yourself up to doubts and fears.

Listen to many voices, but speak with your own.

Time is going to pass no matter what we do or fail to do.

Our life and destiny are shaped by the decisions we make and the actions we take or fail to take.

Remember: Even if you choose not to decide you have still made a choice!

Something to think about~.

Thank you Mousa Al-Bharna

Jember, Tuesday, 22022022

Share this:

11 Resolusi 2022 Rancangan Perspektif Diri

“Tetaplah bergeraklah, hadapi, dapatkan solusi dan selesaikan segala persoalan agar hati dan pikiran kita tak punya waktu untuk mengeluh.”. – jeffreywibisono.com

Siapa sangka, keputusan saya keluar dari Bali – memindahkan basis kerja ke kota Malang, Jawa Timur pada 21 Agustus 2021 – membawa saya mendapatkan kesempatan bekerja di Kabupaten Jember. Kesempatan menjadi General Manager Hotel berbintang 4 saya ambil sekali lagi sejak 1 November 2021.

Memasuki tahun 2022, seperti tahun-tahun sebelumnya, kita selalu menaruh harapan-harapan terhadap yang lebih baik. Meskipun banyak rencana yang sudah kita godog di 2020 harus di re-schedule di tahun 2021, karena pandemi COVID-19 menjadi berkepanjangan dengan tambahan varian-varian mutant. Mau tidak mau, wabah dunia menuntut kita untuk berpartisipasi melakukan kontrol ketat dan menomorsatukan hidup SEHAT jiwa dan raga.  Sehingga sebagian dari kita mulai enggan menyusun resolusi untuk masuk 2022. Buat saya, pasrah tanpa melakukan usaha untuk diri sendiri dan orang lain tentunya adalah ke-sia-sia-an menjalani hidup yang menghidupi dan menghidupkan. Walau diri kita masing-masing kalua dilihat hanyalah satu noktah di alam semesta. Marilah kita menyadari tetap kecil tetapi bisa memberi arti.

Saya sendiri percaya jika sepanjang tahun 2022 semua akan jauh menjadi lebih baik apalagi dengan optimism ditambah upaya kerja keras. Jika sebelumnya kita berfokus pada kesehatan dan kondisi keuangan, maka tidak ada salahnya untuk membuat daftar resolusi dengan tujuan yang sama.

Fokus saya pada beberapa opsi yang nyaman untuk diri sendiri, logis, realistik dan terukur. 11 Resolusi yang memungkinkan untuk saya lakukan dan berharap benar-benar akan berdampak pada keseharian sepanjang tahun.

Dan 11 Resolusi saya di tahun 2022 adalah

  1. Open to work menjalani pekerjaan tetap di Jember, selain mendapatkan ijin untuk tetap menjalani freelance sebagai mentor yang berkontribusi terhadap pendidikan di Indonesia. Fokus mentoring ke keilmuan perhotelan Technology for Humanity dengan major Customer Service dan  Digitalisasi Salesmanship.
  2. Merancang ulang anggaran finansial. Memasuki 2022 dengan kondisi income dan ekonomi yang mulai stabil. Harus semakin bijaksana dalam pengelolaan keuangan.
  3. Melakukan olahraga ringan, hanya yang saya sukai. Yaitu jalan-jalan keliling kota ditambah porsi kembali nyebur ke kolam renang untuk low impact exercise.
  4. Mencoba memasak satu ide baru setiap minggunya
  5. Lebih rutin menulis untuk jeffreywibisono.com dan namakubrandku.com. Sharing manfaat untuk tambahan pemasukan diri sendiri dan orang lain.
  6. Bergabung dengan komunitas yang sesuai dengan passion. Antara lain Digital Marketing dan organisasi humanisme.
  7. Membuat jadwal membersihkan dan merapikan rumah membuat lebih fresh look dan nyaman dipandang, apalagi dihuni.
  8. Membuat jadwal merapikan dapur.
  9. Mengatur tanaman hijau dan tanaman hias. Gardening.
  10. Melakukan perjalanan mengunjungi keluarga, sanak-saudara, handai taulan dan sahabat-sahabat.
  11. Jelajahi Hobi baru

Bagaimana dengan resolusi teman-teman great people, bro en sist?

Salam sehat sejahtera seger waras untuk semua dan semoga sukses menjalani tahun 2022 dan tahun-tahun selanjutnya.

Jember, 30 Desember 2021

Jeffrey Wibisono V. 

Praktisi Perhotelan, Consultant Hospitality Industry di Indonesia 

Share this: