My Travel My Adventure:

Bagaimana Menarik Perhatian Wisatawan?

PASCA pandemi, pembatasan perjalanan di hapus, euphoria wisata balas dendam dan semarak case overtourism di beberapa kawasan dalam dan luar negeri. Lantas, saya mesti refresh, berlibur dimana?

Buat saya, mencari satu destinasi untuk liburan ke luar negeri mirip dengan berkegiatan mencari buku bacaan di toko buku. Sama menariknya. Dari mulai tertarik dengan judul dan gambar di sampul depan, kemudian menelaah rangkuman premis dan diksi dari buku yang sedang saya pegang. Teman-teman percaya toh, kalau ilmu marketing mengatakan people do not buy products, they buy emotions dan ada pengaruh social validation disitu.

Lalu apa yang menarik perhatian saya untuk memutuskan my next holiday destinationYou do not attract what you want, you attract what you are! Yang pasti pertanyaan pertama adalah “ada apa disana?”

Jeffrey Wibisono V. – Hakuna Matata

Traveler lain —menurut saya— melakukan hal yang mirip yaitu mulai dari menyusun top-most-priority untuk dibaca dan dibahas ulang bersama teman perjalanan —bagian dari mematangkan perencanaan dan mem-finalkannya—. Sangat subyektif. Dan kita belum berbicara hal climate change terkait rencana berlibur kita.

Kemudian, kalau kita berhandai-handai sebagai “turis” yang tertarik untuk liburan di Indonesia,—mengusung genre traveler generasi baru yaitu Milenial, iGeneration dan Alpha kelahiran tahun 1990an dan 2000an—, kira-kira apa yang menarik perhatian kita?

Dari total 17.504 pulaunya saja, tidak mungkin kita bisa mengunjungi, menangguk experience kehidupan kepulauan Indonesia, sekalipun menikmatinya menggunakan masa cuti panjang selama 30 hari.

Tetapi –catat– kita bisa mengunjungi wilayah Indonesia ber-ulang-ulang dan mendarat di pulau yang berbeda-beda – island hopping,  tergantung tujuan pengalaman yang hendak kita timba.

Dalam pemikiran saya, salah satu pembangkit minat untuk Indonesia  menjadi pilihan future travelers melalui people – beragam suku dan budayanya menjadikan Indonesia memiliki potensi destinasi-destinasi tematik.  Mampukah Indonesia membangun special interest sesuai karakteristik historis geografis masyarakat dan pulaunya? Bukan melulu eksploitasi alamnya. Sehingga kemudian pangsa pasar niche nya terbentuk, lalu target promosinya jelas dan kuota kunjungan wisatawannya-pun dapat ditentukan.—Tidak perlu terjadi kasus overtourism—Disinilah, kita bisa bicara lebih banyak tentang destinasi dengan quality of tourism nya —didalamnya ada length of stay dan spending power wisatawan yang sedang berkunjung—.

Mari kita coba buka sejarah Nusantara. Harus kita akui, penguasaan bahasa Inggris dan bahasa asing lainnya, bangsa Indonesia kalah jauh dibandingkan beberapa negara anggota ASEAN. Tetapi Indonesia masih bisa unggul apabila dapat mengembangkan experience. Paket bisa dibuat dan itu misalnya Paket Perjalanan Sejarah, Paket Legenda, Paket Arkeologi Antropologi, Paket Keraton, Paket Laboratorium Hidup dan masih banyak lagi. Khusus Paket Laboratorium Hidup saya dapat membandingkan Galapagos di Ekuador dengan Flobamora di NTT (Kepulauan Nusa Tenggara Timur).

Jangan lupa! Saya sedang memikirkan bagaimana menarik minat, perhatian potensi future travelers tersebut. Kuncinya pada penguasaan teknologi, dan jadikan Indonesia sebagai destinasi digital yang handal. Semua paket yang ditawarkan dan dijual harus terintergrasi dapat dipertanggungjawabkan secara etika moral, sosial, hukum dengan aman. Mulai dari beragam tipe akomodasi, destinasi makanan sesuai daerahnya dengan mempromosikan exotic food yang dapat dikonsumsi wisatawan internasional sesuai karakter daerahnya. Jangan lupa ada misi edukasi didalam memberikan experience kepada wisatawan. Salah satunya adalah mengajari wisatawan untuk mendapatkan pengalaman berinteraksi dengan penduduk lokal dengan sarana naik public transportation (angkot) dari satu poin ke poin lainnya, bahkan bisa untuk mengajari memilih angkutan umum antar kota seperti menggunakan bis dan kereta api/listrik.

Bagaimana dengan paket budaya?

Saya sendiri secara pribadi sangat tertarik dengan budaya. Indonesia ini kaya banget!. Setiap daerah memiliki kekuatan masing masing. Dari seni tari, rupa, patung dan lainnya, yang dapat diintegrasikan dalam Paket Sejarah Nusantara —untuk daerah tertentu— atau bahkan Paket Legenda yang di ceritakan dari dongeng rakyat seperti Balingkang Dewi Danu di Kintamani Bali. Untuk mensukseskan semua program wisata ini Indonesia perlu Story Tellers sebagai duta wisata. Dalam hal sales, marketing diperlukan seller, marketer yang menguasai strategi storytelling, didukung tim content creator yang setara. Dan tetap berpedoman pada Kode Etik Pariwisata Global serta kode etik jurnalistik Indonesia —meskipun Anda bukan jurnalis—.

Kita, future travelers perlu akses masuk yang nyaman dan infrastrukturnya.

Suksesnya program satu paket, satu destinasi perlu dukungan masyarakat setempat. Sosialisasi tidak cukup dilakukan oleh pemerintah selaku fasilitator, juga oleh kalangan pelaku bisnis perjalanan wisata. Sosialisi dan pelatihan secara berkesinambungan selayaknya dilakukan stake holder terkait. Ini sebagian pekerjaan pemerintah dengan dukungan swasta untuk implementasi dan mengembangkannya.

Bagaimanapun wujud destinasinya? Walau lokasinya terpencil, kebutuhan kekiniannya atau keperluan modernisasi tetap harus disediakan. Misalnya MCK (Mandi Cuci Kakus) standar internasional, transportasi, convenience store, alat pembayaran non-tunai (tourist card dan virtual), APPS of the Destination. Semua travelers memerlukan kemudahan mobilitas dengan segala informasinya yang terintegrasi dan akurat. Mungkin ada yang sudah pernah ke Singapore dan London? Di kedua kota ini saya sangat nyaman untuk mobilitas dengan mudah dan murah selama berkunjung.

Satu lagi, apakah saya memiliki ketertarikan pada destinasi di Indonesia yang menerapan aksi ramah lingkungan? Ya, ini tren global.—green and sustainable tourism—. Tentu menarik  jika  ada pulau-pulau di Indonesia yang siap mempertunjukkan teknologi “free chemical” untuk kehidupan sehari-hari nya. Mulai dari pertanian, kemasan sampai ke pengelolaan limbahnya. Saya akan experienceuntuk menginap beberapa malam disini. Pasti ada pelajaran yang bisa dibawa pulang.

Jadi sekali lagi kualitas suatu produk termasuk produk wisata itu sangat subyektif. Semua tergantung terhadap pengalaman apa yang dirasakan oleh penikmatnya pada saat itu. Contoh konkritnya, mari kita masuk ke situs-situs guest reviewseperti tripadvisorgoogle review. Apakah dari satu review ke review lainnya isinya sama untuk produk yang sama dengan penikmat  berbeda? Maka itulah bukti subyektifitas tersebut.

Pemikiran tertulis saya tentang cara atau bagaimana menarik niat,  perhatian wisatawan secara umum ini masih sangat “sempit”,  dibandingkan potensi Indonesia yang sangat luar biasa.

Dari slogan saya  My Travel My Adventure terdapat letupan-letupan  emosi yang membuat saya menjadi tertarik berkunjung ke satu destinasi. Misalnya karena cerita sejarahnya yang memikat, ingin mendapatkan pengalaman  yang diceritakan oleh orang lain, kelangkaan/scarcity atau ekskulisifitas, tipe wisatawannya, eksotisme suku setempat, jaminan keamanan, cocok untuk pengambilan foto-foto yang bisa untuk diceritakan kembali, heritage, history, pengalaman spiritual, affordable – sesuai kocek, banyaknya waktu untuk digunakan termasuk masa tempuh untuk mencapai destinasi yang menarik.

Pada akhirnya, Indonesia harus mampu menjual dengan cara mentransfer perasaan. —kemampuan storytelling disemua dimensi–. Memahami “maunya” dan kebutuhan traveler seperti cerita fiksi yang menjadi non-fiksi, menjadi kenyataan. Bukan hard-sales saja dengan menonjolkan “Ini produk unggul kami”.

Tentunya teman-teman pembaca mempunyai ketertarikan yang lain dari saya dan ingin urun-rembug. Silakan. Terima kasih

Jember, 08 February 2024

Jeffrey Wibisono V.

 @namakubrandku Telu Learning and Consulting for Hospitality Industry

General Manager Java Lotus Hotel Jember

Juga tayang di

https://www.beritabali.com/opini/read/bagaimana-menarik-perhatian-wisatawan

https://www.matrasnews.com/my-travel-my-adventure-bagaimana-menarik-perhatian-wisatawan/info-wisata/

https://www.majalahglobalreview.com/my-travel-my-adventurebagaimana-menarik-perhatian-wisatawan/

https://bisniswisata.co.id/my-travel-my-adventure-bagaimana-menarik-perhatian-wisatawan/

Share this:

The Untold Hotelier Stories: One Night Stay di Hotel

Bulan Agustus mendatang, saya akan memasuki bulan ke-9 bekerja fulltime di Jember. Memasuki semester ke-2 tahun 2022 saat ini, di tengah maraknya istilah StayCation, DayCation, sebenarnya saya kangen dengan kembalinya kata Vacation, liburan dalam arti yang sebenar-benarnya.

Masa tinggal rata-rata tamu di tempat kerja saya yang city hotel adalah 1.1 malam. Aktivitas tinggi di 5 hari kerja dan tingkat hunian menurun di hari MInggu dan Senin. Behaviour ini sangat berbeda dengan tempat saya bekerja di destinasi resort, Bali. Masa tinggal tamu rata-rata adalah 3 – 5 malam tergantung kebangsaannya.

Kapan Anda terakhir kali jalan-jalan dan menginap di hotel?

Kali ini saya hendak mengungkap dibalik layar hotel operasional perihal tamu-tamu yang menginap satu malam. Peristilahannya adalah one night stay atau short stay.

Kira-kira demikian detilnya …

Room cost

Untuk hotel dengan rata-rata masa tinggal satu malam, biaya operasional kamar menjadi tinggi. Tentunya berpengaruh terhadap harga sewa harian kamar yang kelihatan kaku, non-negotiable. Day-use berbayar 50% dari harga sewa kamar per malam – setelah minimum satu malam menginap – itupun dengan kondisi kamar tidak di full supply tetap tidak berpengaruh terhadap pengurangan biaya.

(Kalau ada aturan lain, lain kali kita bahas di Best Practises mengenai Day-use ini.)

Ada untold stories atau cerita dibalik layar dalam operasional hotel yang tidak diketahui publik dalam urusan Housekeeping. Dalam hal ini bagaimana tingginya persentase tamu yang menjadi kolektor barang-barang berlogo yang dipasang di kamar hotel. Apabila tamunya seorang kolektor, maka amenities dan supplies akan diangkut semua termasuk sabun, shampoo, vanity. Bahkan ada yang sampai toilet tissue-pun dibawanya. Banyak tamu punya pemikiran adalah bagian yang sudah dibayar. Jamak, tamu merasa menjadi pembeli karena membayar, padahal terminologi “tamu” yang sebenarnya adalah orang yang datang untuk menginap (di hotel) dengan biaya sewa kamar harian, bukan menjadi pembeli. Sehingga sebagai tamu juga wajib mematuhi aturan rumah-tangga dimana mereka hadir sebagai penyewa, bukan pemilik. Hak sebagai penyewa berbayar adalah hak guna terbatas

image by zhaodeqin from pixabay

Mengapa penginap one night stay membuat cost factor tinggi?

Ya, salah satunya adalah yang saya sebut di atas yaitu si penginap adalah kolektor. Dan ada satu tahapan lagi yaitu pihak hotel harus membuang semua shampoo, sabun, amenities dan supplies bekas pakai. Ditambah stripping linen dan towels termasuk deep/spring cleaning. Alokasi biaya terpakai semua sampai ke bahan kimia pembersih. Apalagi dimasa pandemic COVID-19 ada penambahan refresh kamar dengan mematuhi aturan CHSE yang tentu saja ada penambahan biaya untuk me-ready-kan kamar untuk tamu-tamu status EA (Expected Arrival).

Tetapi ada juga dalam pengalaman kerja saya punya tamu long-staying yang gak mau rugi. Setiap hari amenities dan supplies minta replenish. Semua items termasuk toilet tissue, kopi, gula dll. dimasukkan koper loh! Demikian juga isi mini bar yang “included in the room rate”. Bahasa kami menyebut “tamune check-out ringkes-ringkes, tuntas tanpa batas”

Lalu bagaimana best practices untuk cost saving?

Sebenarnya paling mudah adalah dengan mendapatkan pangsa pasar dengan masa tinggal di atas rata-rata. Lumayan untuk tamu yang menginap dua – tiga malam, operasional housekeeping belum perlu mengganti supplies dan amenities secara total. Demikian juga laundry untuk linen. Sebenarnya management hotel kalau bisa memilih, pasti memilih tamu-tamu yang mempunyai masa tinggal “beyond than average”. Dengan demikian sales department mempunyai occupancy base dan tidak lelah mencari mencari bisnis baru secara harian untuk menggantikan yang check-out. Ada waktu untuk mikir strategi jangka panjang istilahnya. Cost saving beda dengan efisiensi ya. Karena istilah efisiensi adalah mengurangi beberapa jenis supplies dan amenities. Ini yang tidak boleh dilakukan karena menurunkan standar yang akan menyebabkan kenyamanan tamu berkurang.

Secara marketing, hotel management selalu ingin meningkatkan value untuk guest experience-nya. Sudah pasti yang bisa membedakan delivering value dari layanan hotel adalah repeat guests dan long staying guests. Loyal customer selalu penasaran untuk mendapatkan experience minimum sama dari sebelumnya. Tentunya mereka akan senang ketika ada peningkatan baik dalam layanan maupun penambahan fasilitas, karena mereka merasa mempunyai investasi dan akan rela membayar kenaikan harga.

Sekarang kita semua sudah tahu kan cara berhitungnya?

Jadi, please kalau sedang traveling nginepnya “beyond than average” ya. Selain itu bisa lebih memberikan review yang lebih komplit kalau pengalaman masa tinggal lebih lama. Dan satu lagi, kalau saya orangnya males packing, jadi tinggal menginap di satu tempat adalah pilihan.

Jember, 26 Juli 2022

Jeffrey Wibisono V.

Praktisi Perhotelan dan Consultant for Hospitality Industry di Indonesia

Juga tayang di

Share this:

n-JAWA-ni: Pariwisata “Edi Peni Adi Luhung”

Pariwisata adalah hasil buah pikir manusia. Mulai proses penciptaan, kemasan sampai konsumerismenya. Sehingga pariwisata layak masuk kategori salah satu  industri. Disini artinya industri pariwisata sangat dinamis, bentukannya dapat disesuaikan dengan perkembangan zamannya.

Pandemi COVID-19 yang menutup pergerakan dunia telah menguatkan perkembangan dan penggunaan dunia virtual – menjadi semakin besar dan menyentuh hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Kita mulai dari webinar, belanja online via situs/aplikasi e-commerce,ibadah, membuat karya seni, hingga menonton konser termasuk mengunjungi destinasi wisata secara virtual.

Sekarang pada dunia virtual ini, telah dipergunakan teknologi yang menggabungkan augmented reality, virtual reality, video, avatar holografik 3D, dan sarana komunikasi lainnya. Dunia metaverse adalah dunia komunitas virtual yang dibangun saling terhubung satu sama lain tersebut. Kita dapat bertemu, bekerja, dan bermain, bahkan bertransaksi jual-beli layaknya dunia nyata berkat bantuan teknologi augmented reality (AR) dan virtual reality (VR).

Lalu apa arti Pariwisata Edi Peni Adi Luhung dan hubungannya terhadap perkembangan pariwisata Indonesia dan digitalisasi dunia di masa depan?

Image by Bahtiar Arbi from Pixabay

Siapakah traveler masa depan?

Manusia penduduk dunia silih berganti dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Penikmat masa depan pariwisata tentunya adalah generasi populasi warga negara dunia selanjutnya.

Secara global perhitungan rata-rata populasi dunia berdasarkan umur adalah 26% yang berusia dibawah 15 tahun, kemudian 9% yang berusia diatas 65 tahun. Dari data ini bisa disimpulkan berarti usia produktif yang berusia antara 16 – 64 tahun adalah 65%. Apabila kita ambil usia rata-rata manusia adalah 75 tahun, maka setiap tahun pemimpin dunia masa depan akan selalu bergeser. Kita semua yang saat ini memegang kendali dunia membuat berbagai cara pelestarian dan kebijakan dan peraturan. Kemudian satu per satu dari kita diambil kembali oleh alam semesta dan tidak punya kontrol lagi. Sebagai dasar perhitungan logis, di era Milenium kini, ada enam (6) generasi yang  masih hidup di masyarakat dan bisa dipergunakan sebagai referensi perubahan dan peralihan zaman.

  1. Silent Generation – Masyarakat dalam generasi ini lahir antara tahun 1925 – 1945 yang artinya berusia antara 97 – 77 tahun
  2. Generasi baby boomers – Generasi ini lahir antara tahun 1946 – 1964 yang artinya berusia antara 76 –  58 tahun (ada kerancuan permulaan perhitungan tahun kelahiran baby boomers vs Silent Generation).
  3. Generasi X – adalah orang-orang yang lahir diantara tahun 1965 – 1980 yang artinya berusia antara 57 – 42 tahun
  4. Generasi Y atau milenial – Mereka yang lahir pada tahun 1981 – 1994. Populasi dunia saat ini dipenuhi oleh generasi Y atau milenial  berusia antara 41 – 28 tahun
  5. Generasi Z – Generasi yang lahir tahun 1995 -2010 berusia antara 27 – 12 tahun
  6. Generasi Alpha – Generasi paling baru dan muda lahir setelah tahun 2010an berusia 1 hari –  12 tahun ke bawah.

Bagaimana pula kemudian kita-kita yang saat ini pada usia paruh baya Gen X bisa yakin kalau peninggalan generasi di atasnya akan diteruskan dan dilestarikan tanpa diubah-ubah dimodifikasi sesuai zaman peradaban di atas bumi yang akan terus berlangsung oleh Gen Y, Z dan Alpha?

Ajaran Edi Peni Adi Luhung artinya sesuatu yang baik dan mulia. Pitutur Luhur, kata-kata mutiara Jawa ini menunjukkan kondisi situasi yang sangat baik. Semuanya merupakan warisan leluhur yang patut dilestarikan untuk menjaga kehormatan bangsa. Dalam pemikiran konsep Jawa segala sesuatu yang harmonis disebut edi peni. Sementara adi luhung menjelaskan kondisi yang sangat mulia, berkaitan dengan tindakan atau tingkah laku utama.  Edi peni adi luhung sering pula digunakan untuk menyebut sesuatu yang pas gandes pantes, berkaitan dengan citra dan karya manusia.

Sejak pada awalnya, masyarakat tradisional Jawa dan Asia pada umumnya dikenal sebagai pencinta keindahan. Tidak mengherankan kalau dalam berbagai karya dan peninggalan fisik maupun akulturasi budaya yang mencerminkan keluhuran dan keindahan. Baik peninggalan fisik maupun budaya yang mencerminkan keluhuran dan keindahan. Kita dapat dengan mudah menemukan keindahan candi, keraton dan tata bangunan pendukungnya. Termasuk masjid, keris, benteng, corak batik, seni tari, seni musik, karya tulis, tradisi upacara adat, busana dan kain tradisional, tata rias dan kecantikan, berbagai aturan adat yang harus dipegang teguh oleh setiap manusia dan banyak lagi.

Sekali lagi, dasar pariwisata bentukan industri pariwisata yang dibuat oleh manusia dari hasil interaksi antar manusia untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan panca inderanya, tentu saja nilai-nilai nya akan disesuaikan dengan zamannya. Mari kita kontemplasi yang oleh orangtua dan leluhur kita juga disebut sebagai generasi penerus oleh mereka.

Apakah kita yang tidak mau disebut kuno melakukan beberapa perubahan arsitektur, fesyen dan sebagainya?

Ini fakta dan bukti nyata, bahwa saksi sejarah bisa tergerus oleh zaman.

image by masbebet christianto from Pixabay

Kemudian apa sebenarnya motivasi kita masing-masing untuk berwisata?

Apa pula faktor penarik destinasi-destinasi pariwisata di Indonesia untuk mendatangkan wisatawan-nya?

Baik, mari saya ajak mencari referensi terlebih dahulu supaya lebih afdol dan terhubung.

Nomer 1, Korea Selatan di wilayah Asia menarik turis domestic dan asing yang mempunyai alasan ke Korea Selatan untuk mengunjungi K-pop dan Hallyu – Korean Wave produk ekspor ekonomi budaya Korea Selatan yang mencapai popularitas global. Produk ini semua dari kita sudah tahu bahkan menjadi penikmat antara lain K-pop Musik dan Drakor yang membuat kecanduan karena jajaran artis penampil yang cantik rupawan dan busana mereka yang trendi.

Nomer 2, lalu apa alasan orang-orang berwisata di AS?

Kalau kita mengenal nama-nama kota paling populer yang dikunjungi, kita pasti sudah langsung memahami landmark nya. Yang paling gampang adalah Las Vegas. Area padang pasir yang dibangun menjadi kosmopolitan wilayah Kasino dan hiburan non-stop 24 jam. Kemudian Los Angeles dengan Beverly Hills area shopping barang ber-merek dan Hollywood pusat perfilman dengan deretan nama-nama artisnya yang go global.

Ya, survey menunjukkan para wisatawan mengunjungi Amerika Serikat untuk menyaksikan dan menikmati keajaiban alam, pariwisata perkotaan, bangunan bersejarah, dan tempat hiburan. Mengacu terhadap hiburan, ternyata tokoh-tokoh yang mampu mendatangkan turis ke AS adalah para artis papan atas yang popularitasnya menembus seluruh dunia. Bisa saya sebutkan Elvis Presley yang masih banyak duplikasinya di berbagai negara sampai sekarang. Kemudian rumah dan makam Elvis menjadi museum yang masih masuk program “places of interest” pariwisata AS. Lalu yang must visit selanjutnya termasuk Universal Studio, Disneyland. Sampai disini kita semakin paham bahwa pariwisata di Amerika Serikat sudah mapan baik sebagai aktivitas budaya maupun sebagai industri.

Sekarang bagaimana dengan Indonesia?

Sudah diakui dunia, bahwa Indonesia mempunyai kekayaan alam, kebudayaan, juga beragam suku dan bahasa yang sangat luar biasa. Tetapi, mengacu pada kesuksesan dua (2) negara yang saya jadikan referensi, ternyata Korea Selatan dan Amerika Serikat mampu menjadi magnet pariwisata budaya melalui karya seni industri kesenian dan budaya mereka dengan menggunakan industri seniman-keartisan.

Saat ini, terima kasih kepada teknologi, Indonesia mempunyai puluhan bahkan mungkin bisa mencapai ribuan talent ready untuk diangkat, dibina dan dipopulerkan supaya go international. Saya pikir negara melalui sinergi Departemen Pariwisata, Budaya, Pendidikan dan kementrian tertaut lainnya harus mengadopsi mereka.

Lalu bagaimana dengan kualitas industri Sendratari, Drama TV, Perfilman juga Seni Pentas Indonesia yang bisa menjadi alasan wisatawan internasional memilih Indonesia sebagai destinasi kunjungan wisata masa depan?

Saya punya pemikiran, mestinya para negarawan Indonesia bersinergi dan memagnetisasi industri pariwisata Indonesia dengan menggunakan seni yang diindustrialisasi. Seniman bukan lagi diterima sebagai seseorang yang berkarya tergantung mood, inspirasi dan musiman, tetapi 100% dijadikan bagian dari industri seni dan budaya.

Warisan budaya leluhur Edi Peni Adi Luhung tetap bisa dilestarikan dan di simpan diperpustakaan secara digital. Story telling menggunakan Artificial Intelligence, gabungan teknologi Metaverse, VR – Virtual Reality dan seni pentasnya menggunakan teknologi AR – Augmented Reality. Telah dibuktikan oleh China sebagai bagian atraksi yang mengagumkan pada  pembukaan Summer Olympic Games 2008 di Beijing dan dan 2020 di Tokyo.

Jadi pariwisata masa depan untuk Indonesia selain ada versi modifikasi, tetap ada versi asli seperti kita menyaksikan Piramida di Mesir dengan cerita Firaun-nya yang malah sampai sekarang masih menjadi bahan penelitian ilmiah bagaimana Piramida bisa dibangun seperti itu.

Adalah dimasa depan selain manusia tetap melakukan perjalanan wisata secara fisik dari antar kota, provinsi, dari pulau satu ke pulau lainnya dan tentu saja sampai lintas antar benua, juga bisa menjadi penikmat pariwisata digital dari tempat kediaman masing-masing.

Beda sensasi? Itu pasti!

Pilihannya adalah pada kemampuan membiayai suatu perjalanan dan kebutuhan eksplorasi experience masing-masing individu.

Jember, 17 Juli 2022

Jeffrey Wibisono V.

Praktisi Perhotelan dan Konsultan

Juga Tayang di

https://www.timesindonesia.co.id/read/news/419014/njawani-pariwisata-edi-peni-adi-luhung

Share this:

Rekrutmen SDM Berkualitas yang Paling Mudah

UMUMNYA, para pebisnis di bidang pariwisata seperti perhotelan dan sarana pendukung pariwisata lainnya, merekrut tenaga kerja yang “siap pakai” dengan minimum tambahan pelatihan —sesuai keperluan perusahaan—. Rekrutmen SDM (Sumber Daya Manusia) berkualitas merupakan percepatan mengakomodasi kebutuhan para wisatawan baik domestik mau pun mancanegara. Mulai dari karyawan operasional seperti security, housekeeping, driver, pool attendant, front office, waiter sampai ke tour guide yang bekerja di travel agent. Pekerjaan multi dimensi dalam ekosistem pariwisata, tidak hanya memerlukan tenaga kerja terampil secara  fisik, juga memiliki kemampuan mengelola mood dan emosi kastemer.

Tahun ini dan 2023 nanti, berapa besar target  kunjungan wisatawan mancanegara yang ditetapkan pemerintah?

Berapa pun target optimis yang hendak dicanangkan pemerintah, tetap menjadi stimulan menggembirakan dan harus didukung semua pihak, terutama para pekerja pariwisata —Sumber Daya Manusia (SDM) pariwisata itu sendiri—.

Lalu, bagaimana ketersediaan SDM dengan kualitas dan kuantitas untuk mencapai keberhasilan pariwisatanya? Dan bagaimana minat SDM untuk bekerja di kepariwisataan?

Secara random, saya perkecil area misalnya khusus untuk wilayah Jawa Timur dan Jember. Berapa serapan tenaga kerja untuk sektor perhotelan, jika “endemi” COVID-19 diberlakukan? Dengan perhitungan rekrutmen konservatif 1: 1—artinya per kamar satu orang tenaga kerja yang ditempatkan sesuai bidangnya—, ini baru untuk hotel saja.

Bagaimana dengan  bisnis sektor pendukung pariwisata seperti kuliner dan rekreasinya? Masih diperlukan ribuan untuk bekerja di restoran independen, lapangan golf, taman rekreasi, transportasi dan seterusnya.

Tetapi,  apakah mereka — SDM pariwisata—sudah siap kerja dengan performa maksimal untuk melayani wisatawan?

Multi dimensi dalam melayani di industri pariwisata adalah kecukupan  pembekalan pengetahuan seperti:

  • Statistik pariwisata: Kita belajar menghitung jumlah kunjungan wisatawan yang masuk melalui jalur darat, laut dan udara. Kemudian demografi dan geografinya. Lalu objek wisata sampai ke psikografi. Semua adalah acuan akurasi  menggunakan analisa data untuk  melengkapi salah satu strategi sales & marketing.
  • Tourism behaviour: Kita belajar kultur dan kebiasaan bangsa-bangsa lain. Tahap awal, fokus pada kebangsaan mayoritas yang sudah siap masuk ke destinasi kita. Misal, saat ini pemerintah sedang menggalakkan kerjasama dengan Timur Tengah, Eropa dan ASEAN.
  • Ekonomi pariwisata: Kita belajar ilmu ekonomi. Seberapa besar dampak pariwisata di suatu destinasi atau objek wisata, secara makro dan mikro.?
  • Tourism law: Kita belajar tentang aturan-aturan dasar saat memulai membangun objek wisata, hotel, restoran, dan usaha pariwisata lain. Mata pelajaran ini wajib, agar pelaku industri tidak buta hukum yang digunakan untuk menjalankan dasar-dasar normatif pelaksanaan peraturan pemerintah dan kebijakan perusahaan tempat bekerja.
  • Studi Wilayah atau perencanaan destinasi: Kita perlu memahami roadmap pembangunan wilayah sehingga usaha yang hendak dikembangkankan sesuai “kelayakan” peruntukan wilayahnya.
  • Manajemen perhotelan dan objek wisata: Kita belajar mengelola bisnis sesuai konsep produk dan mengoperasikan berdasarkan panduan Policy & Procedure yang didetilkan ke Standard Operation Procedure.
  • Ekowisata: Kita belajar tentang mengembangkan pariwisata berbasis alam. Belajar ilmu kehutanan atau lingkungan!
  • Tourism philosophy: Pengetahuan ekstra yang selayaknya kita miliki adalah mempelajari perihal filosofi dan motivasi manusia melakukan perjalanan wisata.
  • Bahasa asing: Wajib bagi SDM kepariwisataan, minimum menguasai bahasa Inggris. Tambahannya seperti bahasa Arab, Perancis, Jepang, Mandarin, Belanda, Rusia, dan ada beberapa lagi lainnya. Menguasai bahasa asing, menaikkan harga jual profesi secara proporsional—profesionalisme—.
  • Geografi pariwisata: Kitabelajar  memahami peta potensi potensi wisata di daerah, provinsi, sampai nasional.
  • Pariwisata budaya: Indonesia “masih” menetapkan pembangunan kepariwisataan berdasarkan pariwisata budaya Nusantara didasarkan pada kearifan budaya lokal.

Pengetahuan tambahan tersebut memperkaya kompetensi utama SDM di front office, food & beverage dan house keeping. Tidak kalah penting adalah penguasaan code of conduct untuk  diimplementasikan disetiap dimensi fungsi tugas SDM pariwisata —integritas profesi—.

Pekerja pariwisata diajarkan dan dituntut untuk disiplin, menghargai orang lain, mandiri, kerja keras dan tahan banting; agar siap, sigap memberikan layanan sesuai ekspektasi wisatawan. Salah satu critical point misalnya kesopanan,  penampilan, kebiasaan greeting —memberi salam, sapa dan senyum – kepada siapapun. Kerapian penampilan cara berpakaian, penataan rambut dan pemilihan sepatu.

Belum Layak Rekrut 

Lalu siapa pekerja yang siap pakai, mudah direkrut dan berkualitas untuk mendukung program pemerintah yang sudah membuka “gerbang masuk”, memberikan kemudahan aturan warga negara asing berlibur ke Indonesia, sekaligus sebagai upaya mencapai target kunjungan tahun 2022 dan 2023 — meski angka belum terpublikasi–?

Jawaban saya adalah bermula dari SMK Pariwisata.  SMK adalah salah satu jalur praktis  menuju dunia kerja,  diajarkan untuk jadi pribadi yang mandiri, siap kerja. SMK pariwisata umumnya memiliki dua jurusan keilmuan yaitu iIlmu perhotelan dan usaha perjalanan wisata. Dengan kurikulum mata pelajaran dari Departemen Pendidikan, mendapat tambahan tentang perhotelan umum dari front office, house keeping dan food & beverage product dan service.

Jurusan usaha Perjalanan Wisata, mata pelajarannya antara lain tour planning, ticketing, guiding, MICE (Meeting Incentive Convention Exhibition), etika komunikasi dan pengantar ilmu pariwisata.

Apakah lulusan SMK sudah memenuhi kualifikasi ketersediaan tenaga kerja?

Saya yang berada di dalam lingkup praktisi industri perhotelan bisa menyatakan bahwa, lulusan SMK “belum” mencapai poin layak rekrut. Terutama untuk kebutuhan SDM di hotel-hotel bintang 4 dan 5 dengan tamu internasional. Penguasaan bahasa Inggris verbal dan tulisan masih di bawah angka rata-rata, demikian juga ketrampilan khusus seperti  food & beverage dan house keeping.

Nilai Suksesi

Belum layak direkrut sebagai SDM pariwisata, tidak berarti salah langkah. Upaya yang dapat dilakukan stake holder kepariwisataan antara lain:

– Memberi kesempatan guru dan murid mendapatkan pengalaman lapangan melalui pelatihan dan magang di industri perhotelan dan biro perjalanan wisata.

Khusus untuk perhotelan, hal ini sangat penting karena harus menjalankan standar internasional. Menjadi sangat “tidak kompetitif”, bila guru, tenaga pendidik tidak berpengalaman hal tata cara pergaulan internasional. Baik dari urusan hunian, layanan perjalanan sampai di meja makan.

– Departemen, Dinas Ketenaga Kerjaan selayaknya  membuka kursus-kursus bahasa asing, menyediakan laboratorium aplikasi bisnis dan pariwisata di setiap Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) kepariwisataan di masing-masing kabupaten dan kota di Jawa Timur. Peran sistem triple helix —industri, kebijakan pemerintah, dan institusi Pendidikan– salah satu solusi untuk memaksimalkan SDM.

– Alternatif lain, pihak industri melakukan fostering/adopsi salah satu SMK untuk memberikan training, praktek sesuai kualifikasi perekrutan di hotel dan biro perjalanan wisata. Sehingga magang di hotel tak sekadar mengisi nilai kurikulum, tetapi praktik dengan “benar, bertanggungjawab” dan menjadikan peserta training/magang tenaga terampil siap pakai sesuai kualifikasi wadah penempatan pekerja.

Afdal?

Jember, 1 Mei 2022

Jeffrey Wibisono V.

Praktisi Perhotelan dan Konsultan

Naskah juga tayang di

https://www.timesindonesia.co.id/read/news/408281/rekrutmen-sdm-berkualitas-yang-paling-mudah

https://www.opini.beritabali.com/read/2022/05/09/202205090056/rekrutmen-sdm-berkualitas-yang-paling-mudah?page=all#

Share this:

n-JAWA-ni: Mandhor Klungsu – Roadmap Personal Branding

Apa sebenarnya tujuan kita membangun Personal Branding?

Untuk konsumsi siapa atau publik yang mana?

Tentunya perihal personal branding adalah sebagai bagian dari komitmen bisnis kita dan peningkatan karir, bukan hobby!

Strategi pencitraan diri – personal branding adalah segala upaya untuk mengubah reputasi dan karir kita dari yang biasa-biasa saja untuk menjadi high visibility. Kita bisa membuat tolok ukur sendiri dari saat kita mengawali titik balik hingga ke tingkat yang hendak kita capai. Strategi kekinian untuk aktivitas personal branding erat kaitannya dengan konten marketing termasuk di dalamnya kita “ngeksis” di media sosial.

Lalu, kalau menurut saya, di poin konten marketing untuk personal branding, sebaiknya kita bisa mengambil referensi positif laku Mandhor Klungsu. Bagi saya,  budaya Jawa pitutur luhur rangkaian kata-kata mutiara bahasa Jawa bernilai universal dan berlaku sepanjang masa. Dan mandhor klungsu ini mengajarkan kita perihal humility – kerendahan hati, dimana pelaku marketing millenial dimulai dari wong lokal cilik seumpama klungsu.

Klungsu adalah biji buah asam dan Mandhor diartikan sebagai pemimpin.

Kita semua sudah tahu biji asam, bukan?

Si klungsu ketika kita menemukannya di dalam beragam olahan, langsung kita singkirkan.  Mulai dari ketika kita meracik bumbu sampai mengolah jamu. Betapa seolah sebutir benda yang tak berharga. Bahkan klungsu kita buang begitu saja, entah kemudian tergeletak terdampar dimana dan hanyut kemana. Klungsu kemudian tetap bertahan dalam segala cuaca, di hari panas dan di basahnya hujan. Nasib klungsu itu sumbyar semebyar berserakan dimana-mana. Si klungsu kecil tiga dimensi beragam bentuk, berwarna coklat kehitaman mengkilap dan berkulit tebal keras.  Tentu dengan karakter bentukan luarnya ini, si klungsu diciptakan oleh alam semesta menjadi tahan banting, jatuhpun masih mampu  melenting.Tetap berkilau dalam segala cuaca, kena teriknya panas matahari juga basahnya hujan, klungsu tetap demikian tidak mudah membusuk.Dari bungkus berparas rupawan, tampak kokoh itu. Di balik kekerasan yang sedap dipandang itu, di dalamnya ada kelembutan yang memiliki kekuatan untuk memecahkan si keras untuk dapat tumbuh. Klungsu mempunyai kehidupan sejati, walau ngrembayah  mengembarasekalipun cuma dapat lahan kecil dipinggir jalan.

Lalu apalah kita?

Begitu banyak bakat yang dimiliki tiap-tiap orang, termasuk kita-kita ini. Tetapi seperti klungsu yang terserak terlempar kesana sini seperti tidak berguna; oleh orangtua cita-cita kita dikaburkan, sampai ada yang ditenggelamkan ke dalam samudra demi menuruti melanjutkan impian bapak-ibu, mamie-papie, ayah-bunda. Oleh guru, minat dan bakat kita dialihkan ke pengembaraan tak berujung di padang pasir. Kemudian kembali kepada pengejawantahan kemauan dari dalam diri kita masing-masing. Kalau serius mau, niat dan mampu berproses untuk unggul, kita harus menjadi klungsu. Tetap fokus dalam pencarian jatidiri untuk mendapat lahan melanjutkan hidup yang tepat, sesuai cita-cita.

Begitu klungsu tumbuh menjadi pohon asam yang rindang menghasilkan ribuan klungsu yang lain. Sama persis dengan bisnis startup yang berupaya valuasi, bertumbuh menjadi bernilai lebih terus menerus. Ini multiplikasi dalam ilmu digital marketing.

Pohon asam identik dengan jenis pohon yang semua bagiannya bermanfaat bagi manusia. Pohon asam bisa diambil kayunya. Daunnya yang disebut sinom, bisa dimanfaatkan untuk pengobatan. Buahnya untuk bumbu dan beragam kreasi makanan, juga untuk perawatan tubuh. Akarnyapun bisa untuk bahan obat.  Perumpamaan bijak perihal pohon asam  ini mengajak kita untuk menjadi mandhor. Pemimpin terhadap klungsu kecil refleksi diri kita sendiri. Maknanya adalah walau berasal dari si klungsu bibit yang kecil, ketika kita bisa memimpin diri sendiri, maka kita akan berguna dan menyebarkan manfaat yang besar dan luas bagi kehidupan seperti pohon asam. Kita para klungsu diajarkan untuk menjadi kokoh dan memberi manfaat sebesar-besarnya bagi sebanyak-banyaknya makhluk hidup. Bahasa kerennya menjadi seorang leader yang menciptakan future leaders yang sama tangguhnya.

Kemudian, sebelum kita mendalami dan terjun menjalankan strategi personal branding untuk diri kita sendiri, saya ingin Anda mengetahui,  bahwa ada satu karakteristik penting yang kita perlukan untuk pencitraan positif yang akan membawa karier kita ke tingkat berikutnya yaitu komitmen dan konsistensi untuk mewujudkannya. Kita harus fokus pada proses untuk mencapainya, selangkah demi selangkah. Ini adalah perjalanan yang layak dilakukan!  Persis seperti jalan hidup klungsu, ada kekuatan untuk tumbuh dan terus bertumbuh. Pada saatnya, kita akan takjub pada diri sendiri dan tingkatan yang kita raih sebagai pohon asam. Banyak dari kita tidak lahir sebagai penulis, tidak lahir sebagai superstar, akan tetapi kita bisa menjadi – dengan banyak pelatihan, menemukan kesempatan dan memaksimalkan upaya menggunakan kesempatan tersebut.

Selanjutnya Roadmap Personal Branding yang saya punya, yaitu  menyatukan semua rencana dan tindakan yang saling bertautan secara koheren. Menjadikan roadmap sebagai panduan formal. Ini berarti saya secara rutin menuliskannya, merenungkan tanya-jawab terhadap diri sendiri, kalau perlu kemudian merevisi dan  memperbarui strategi. Ide-ide baru selalu muncul secara dinamis kapanpun dan selalu segera saya catat untuk bisa direview dikemudian hari. Kira-kita demikian tahapannya

Tahap I adalah Strategi

  1. Menentukan tingkatan kita saat ini.
  2. Mengidentifikasi keahlian/spesialisasi kita
  3. Menentukan target audiens
  4. Menentukan perspektif unik kita
  5. Menentukan tools yang hendak kita pergunakan terus menerus
  6. Memberi penilaian sendiri terhadap keterampilan kita
  7. Tahu kepada siapa dan kemana kita pergi apabila memerlukan bantuan

Tahap II adalah menyiapkan infrastruktur

  1. Menyiapkan media kit yang berisi profil biodata kita. Di marketing 5.0 era technology for humanity kali ini, adalah sudah jamak kalau kita bisa share video pendek, reel dan klip public speaking.
  2. Selalu update biodata kita untuk meningkatkan kredibilitas. Kalaupun sudah siap, mempunyai Website yang adalah kategori owned digital asset adalah baik.
  3. Mempunyai blog untuk bisa menulis sesuai kemampuan dan kemauan kita.
  4. Membuat tools conversi untuk Analisa
  5. Mengaktifkan profil di media sosial
  6. Memiliki platform email.

Tahap III adalah meningkatkan keahlian

  1. Meluangkan waktu melatih keterampilan baru to upgrade ourselves.

Tahap IV adalah Reveal – Munculkan – Expose dan mainkan!

Akhirnya, jika kita adalah seseorang yang memiliki ambisi untuk menjadi  market leader di industri kita masing-masing dengan ilmu mandhor klungsu, maka roadmap ini dapat memandu kita di jalur pendakian yang cepat dan terpandang. Wajar jika pada awalnya, kita akan merasa terbebani, terutama jika kita sudah sibuk. Kuncinya hanya memecah tahapan strategi kita menjadi bagian-bagian yang dapat dikelola. Selangkah demi selangkah, bertahap.  

Apabila kita konsisten, relevan dan interaktif, maka personal branding kita dari hari ke hari akan mulai kelihatan hasilnya. Kita akan menikmati aliran respon, mendapat peluang berbicara di sana-sini, dan meningkat pula jumlah follower dan fans baru. Pada titik tertentu, orang akan mulai meminta kita dan ingin mempekerjakan kita atas dasar reputasi yang kita kelola sendiri.  Tentunya kalau sudah pada pencapaian ini, baru kita merasakan kerja keras kita sepadan. Sensasional!

Panutan – Good luck! Stay humble dan happy climbing!

Never forget the power of the golden rule. If you want to build a personal brand, I suggest you make kindness and service the cornerstone. People will never forget on how you made them feel.

Jember, 28 April 2022

Jeffrey Wibisono V.

Praktisi Perhotelan dan Konsultan

Juga tayang di

https://www.timesindonesia.co.id/read/news/407940/njawani-mandhor-klungsu–roadmap-personal-branding

Share this:

Wajah SDM Industri Hospitality Indonesia 2022

SDM seperti  apa yang diperlukan bisnis pariwisata jika Pandemi COVID-19 berakhir?

Pada tahun 2022 dan 2023 apakah pemerintah Indonesia hendak mentargetkan kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 20 juta orang untuk me-refresh target tahun 2019? Tentunya menurut opini saya angka tersebut adalah target yang over-optimist dengan menganalisa kondisi dunia. Apakah juga akan didukung sepenuhnya oleh terutama para pekerja pariwisata atau Sumber Daya Manusia (SDM) pariwisata itu sendiri?

Sektor pariwisata akan berkembang seiring dengan kemajuan industri perhotelan, restoran ditambah sarana rekreasi pendukung lainnya. Menciptakan suatu destinasi yang terintegrasi dengan fasilitas umum di suatu area. Akan tetapi kendala praktisi profesional sampai saat ini di beberapa daerah terkait dengan SDM adalah rendahnya tingkat penyerapan tenaga kerja. Dapat menjadi demikian  karena ketidak-sesuaian kompetensi yang dimiliki pencari kerja dengan kebutuhan industri. Saya merasakan proses rekrutmen menjadi sangat lambat di wilayah tempat kerja saya saat ini; di Kabupaten Jember, Jawa Timur. Kira-kira peran sistem triple helix yaitu gabungan industri, pemerintah dan akademisi dalam menyusun model peningkatan kompetensi SDM dapat terjadi dalam jangka waktu satu semester ke depan?

Wajah SDM Industri Hospitality Indonesia 2022 SDM seperti apa yang diperlukan bisnis pariwisata Pasca Pandemi COVID-19?
Career Compass from pixabay

Seperti kita ketahui pada tahun 2018 Kementrian Pariwisata telah menyusun cetak biru sektor pariwisata yang di dalamnya ada 88 kawasan strategis pariwisata nasional yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. Fokusnya secara tradisional masih di Bali, Yogyakarta dan Batam Kepulauan Riau, karena tiga daerah itu menyumbang 90 persen devisa dari sektor pariwisata sampai dengan akhir tahun 2019, sebelum pandemi COVID-19 menghantam dunia dan meruntuhkan hampir semua lini bisnis dengan yang terparah adalah industry pariwisata. Apakah masih berlaku di 2022 pernyataan “Untuk pariwisata Indonesia adalah lapangan kerja yang paling mudah dan murah”

Yang menarik dan sedikit membingungkan adalah data pada tahun 2019 dari berbagai sumber mengungkapkan 58 persen dari 133 juta jumlah angkatan kerja Indonesia berasal dari lulusan SMP. Sedangkan pariwisata dalam hal ini bisnis perhotelan hanya akan menerima staff minimal lulusan SMK khususnya pariwisata.  Jadi akan dibawa kemanakah para lulusan SMP itu? Jika dipaksakan, bagaimanakah cara men-training mereka? Seperti kita ketahui SMK adalah pendidikan jalur cepat kejuruan siap pakai. Mata pelajarannya fokus pada keterampilan dan praktek kerja magang sebagai trainee. Mereka mendapat teori yang sedikit. Jadi biasanya hotel yang menerima trainee SMK harus ekstra keras dalam memberikan supervisi supaya mereka bisa menyetarakan diri dengan standar operasional hotel berbintang 4 ke atas.

Sebagai praktisi hotel yang sudah malang melintang selama lebih dari 20 tahun, sempat bekerja dibagian sales marketing hotel-hotel bintang 5  hingga General Manager hotel bintang 4,  pengalaman saya selama sekitar 3 dekade itu saya tulis dalam sebuah   buku berjudul Hotelier Stories Catatan Edan Penuh Teladan. Kekinian jika pandemik COVID-19 berakhir menggelitik hati saya dan membuat saya bertanya pada diri saya bagaimana sesungguhnya wajah SDM pariwisata kita terutama perhotelan masuk ke triwulan ke-2 tahun 2022. Apakah mereka dapat kembali dirasuki roh hospitality yang multi dimensi? Apakah gaji semampunya perusahaan dan senerimonya karyawan akan mampu menghasilkan SDM unggul? Tentunya mengingat hotel adalah sebuah  bisnis yang menuntut sebuah performa yang tinggi untuk menjaga mood tamu yang masuk happy dan keluar juga harus tetap happy. Standar remunerisasi pekerja hotel adalah UMK/UMP atay yang disetarakan. Memang ada sedikit pendapatan tambahan bagi staff hotel melalui  persentase service charge;  walaupun tidak banyak mengingat staff rank & file adalah pekerja dengan sistem Kesepakatan Kerja dengan Waktu Tertentu-nya masa berlaku minimum 1 tahun. Dibisnis perhotelan, staff   rank & file seperti waitress dan housekeeping attendant  saja sudah dituntut untuk bisa berbahasa inggris yang baik dan benar dan mengerti grooming

Lalu bisakah kita mencapai efisiensi dan hasil seperti yang diharapkan wisatawan dengan standar internasional luxury dengan memperkerjakan SDM yang mudah dan murah?  Seperti kita ketahui bahwa bila dikatakan pekerja yang murah dan meriah maka harapan kita tentunya bertumpu pada para lulusan SMK Pariwisata yang sudah tersebar di beberapa provinsi.

Lalu akan muncul pertanyaan seberapa unggulkah sudah lulusan SMK Pariwisata kita? Bisakah mereka menjadi SDM yang handal yang menjadi duta pariwisata Indonesia?

Berdasarkan pengalaman penulis yang lebih dari 20 tahun bekerja dan berkarya di Bali bisa berpendapat “Bali yang menjadi tolak ukur SDM tingkat internasional – disini kita bicara perihal wisatawan mancanegara – punya permasalahan beberapa hal yang masih kedodoran dan menjadi pekerjaan rumah yang besar”. Kesenjangan itu nyata terlihat jika kita membandingkan skill dan attitude para pekerja hotel bintang 4 dan 5 dibandingkan dengan hotel bintang tiga ke bawah. Hotel-hotel chain internasional berbintang 5 biasanya tidak memiliki masalah, tetapi ada juga hotel bintang 5 non-chain internasional yang bahasa Inggris staffnya masih pas-pas-an dan belum mempunyai kemampuan diplomasi.

Hal yang paling utama adalah masalah berbahasa Inggris dengan baik dan benar. Kebanyakan  lulusan SMK Pariwisata belum bisa berbahasa Inggris dengan baik dan benar sesuai dengan ekspektasi hotel berbintang. Nah kalau di Bali saja yang merupakan tolok ukur SDM pariwisata masih bermasalah, lalu bagaimana dengan di pulau-pulau sana yang sedang dikembangkan menjadi destinasi pariwisata skala prioritas?

Pihak hotel di Bali biasanya tidak ingin mengeluarkan uang ekstra untuk memberi kursus bahasa Inggris kepada karyawannya yang notabene bekerja dengan ikatan KKWT (Kesepakatan Kerja Waktu Tertentu). Karena banyak kejadian setelah pintar berbahasa Inggris mereka akan pindah ke hotel yang lain. Lalu bagaimana jalan keluarnya? Ini menjadi pekerjaan rumah Kementrian Pariwisata dan Kementrian Tenaga Kerja tentunya dalam menghasilkan SDM pariwisata yang unggul. Terutama penguasaan bahasa Inggris verbal untuk front liner staff. Lebih baik lagi jika para staff back office seperti reservation dan ecommerce dan digital marketing juga bisa menguasai grammar bahasa Inggris yang baik

Hal yang lain yang penulis harapkan  adalah alangkah bijak jika Kementrian Pariwisata dan Kementrian Tenaga Kerja membuka pelatihan grooming untuk para pekerja hotel demi memperkuat SDM. Termasuk di dalam modul pelajaran sertifikasi kompetensi tenaga kerja? Kebiasaan yang terjadi adalah banyak pihak hotel tidak ingin mengeluarkan uang ekstra untuk pelatihan. Bisa dimengerti karena biasanya para pekerja akan pindah ke lain hotel ketika merasa mereka sudah semakin pintar dan mempunyai nilai jual lebih.

Hal-hal yang paling gampang dilihat dalam kehidupan hotel sehari-hari adalah masalah grooming, tata cara membawa diri. Hal yang sederhana saja seperti – Sudahkah memberi salam kepada tamu ketika berpapasan?

Kenapa para waiter dan waitress mengobrol di restoran dan tidak memperhatikan kebutuhan tamu yang sedang duduk di restoran dan memerlukan perhatian?

Kenapa staff hotel memaksakan diri masuk lift bersama para tamu hotel – padahal sudah jelas peraturannya, bahwa mereka tidak boleh menggunakan fasilitas untuk tamu dengan fleksibilitas sesuai peraturan perusahaan. Apabila ada tamu di dalam lift yang terbuka, staff tidak boleh ikut masuk ke dalamnya.

Jika Bali saja yang menjadi tolak ukur pariwisata Indonesia masih kedodoran dalam hal rekrutmen SDM yang skillfull  dan wellgroomed sesuai jenjang karir dan kualifikasi jabatan yang disandang, yaitu dari Rank & File, Supervisor sampai Manager, bagaimana dengan destinasi lainnya yang sedang dikembangkan termasuk daerah-daerah di luar Bali?

Seperti kita ketahui di  industri hospitality paket kompeten dan kompetensi pekerjanya sangat kompleks, sebab berhubungan dengan bisnis emosi manusia lainnya sebagai sumber interaksi; terutama tamu-tamu hotel, dan solusi yang dibuat harus selalu tepat waktu.

SDM hotel harus mengerti psikologi pelayanan, latar belakang kultur kastemer,  komunikasi sampai bahasa untuk bisa memberikan pelayanan yang terbaik.

Secara psikologis pemetaan parameter kepuasan tamu adalah abstrak bisa jadi menyesuaikan personal demand. Sebagai contoh untuk wisatawan backpacker mungkin hanya perlu standar akomodasi yang aman dan bersih. Tetapi untuk kelas wisatawan luxury memerlukan banyak hal detil yang  harus disediakan untuk mendapat nilai excellent.

Tentu pertanyaannya adalah, SDM sekelas apa yang ingin kita miliki untuk mencapai target kunjungan wisman yang tiap tahun targetnya dibuat selalu meningkat?

Apakah pemerintah bersedia memfasilitasi pelatihan bahasa dan membuka grooming school untuk SDM pariwisata terutama untuk para pekerja hotel bintang 4 ke bawah?

Strategi Peningkatan Kompetensi SDM apabila di suatu daerah tidak terdapat sekolah tingkat menengah maupun perguruan tinggi, maka perlu dibuka beberapa Lembaga Pendidikan dan Pelatihan untuk meningkatkan kompetensi pencari kerja melalui program sertifikasi. Peran sistem triple helix yaitu industri, kebijakan pemerintah, dan institusi pendidikan. sangat direkomendasikan dengan tujuan menghasilkan Model Peningkatan Kompetensi SDM yang sinkron pada Sektor Pariwisata, Perhotelan dan Restoran.

Jember, 2 April 2022

Jeffrey Wibisono V.

Praktisi Perhotelan dan Konsultan

Juga tayang di

Share this:

Listen to many voices, but speak with your own

“Until your mission is an obsession, nothing will change in your life.” – Robin Sharma

Deep down we already know what we want but we always love shallow water because it gives us some kind of temporary comfort and stability.

Deep down we know where we want to go but we have convinced ourselves that there is no way of getting there.

Deep in your heart, you already know what feels right for you and you will never find peace within until you listen to your heart.

Your feelings are your truth.

No one knows what’s best for you than you. No one else can understand your internal motivations for why you do what you do.

The moment you start to wonder if you deserve better, you really do.

When someone tells you it cannot be done, it is more a reflection of their limitations~.

They are telling you their story, not yours.~

People have the right to their opinions, and you have the right to ignore them too.

When you put people’s opinions of you on a pedestal you open yourself up to doubts and fears.

Listen to many voices, but speak with your own.

Time is going to pass no matter what we do or fail to do.

Our life and destiny are shaped by the decisions we make and the actions we take or fail to take.

Remember: Even if you choose not to decide you have still made a choice!

Something to think about~.

Thank you Mousa Al-Bharna

Jember, Tuesday, 22022022

Share this:

11 Resolusi 2022 Rancangan Perspektif Diri

“Tetaplah bergeraklah, hadapi, dapatkan solusi dan selesaikan segala persoalan agar hati dan pikiran kita tak punya waktu untuk mengeluh.”. – jeffreywibisono.com

Siapa sangka, keputusan saya keluar dari Bali – memindahkan basis kerja ke kota Malang, Jawa Timur pada 21 Agustus 2021 – membawa saya mendapatkan kesempatan bekerja di Kabupaten Jember. Kesempatan menjadi General Manager Hotel berbintang 4 saya ambil sekali lagi sejak 1 November 2021.

Memasuki tahun 2022, seperti tahun-tahun sebelumnya, kita selalu menaruh harapan-harapan terhadap yang lebih baik. Meskipun banyak rencana yang sudah kita godog di 2020 harus di re-schedule di tahun 2021, karena pandemi COVID-19 menjadi berkepanjangan dengan tambahan varian-varian mutant. Mau tidak mau, wabah dunia menuntut kita untuk berpartisipasi melakukan kontrol ketat dan menomorsatukan hidup SEHAT jiwa dan raga.  Sehingga sebagian dari kita mulai enggan menyusun resolusi untuk masuk 2022. Buat saya, pasrah tanpa melakukan usaha untuk diri sendiri dan orang lain tentunya adalah ke-sia-sia-an menjalani hidup yang menghidupi dan menghidupkan. Walau diri kita masing-masing kalua dilihat hanyalah satu noktah di alam semesta. Marilah kita menyadari tetap kecil tetapi bisa memberi arti.

Saya sendiri percaya jika sepanjang tahun 2022 semua akan jauh menjadi lebih baik apalagi dengan optimism ditambah upaya kerja keras. Jika sebelumnya kita berfokus pada kesehatan dan kondisi keuangan, maka tidak ada salahnya untuk membuat daftar resolusi dengan tujuan yang sama.

Fokus saya pada beberapa opsi yang nyaman untuk diri sendiri, logis, realistik dan terukur. 11 Resolusi yang memungkinkan untuk saya lakukan dan berharap benar-benar akan berdampak pada keseharian sepanjang tahun.

Dan 11 Resolusi saya di tahun 2022 adalah

  1. Open to work menjalani pekerjaan tetap di Jember, selain mendapatkan ijin untuk tetap menjalani freelance sebagai mentor yang berkontribusi terhadap pendidikan di Indonesia. Fokus mentoring ke keilmuan perhotelan Technology for Humanity dengan major Customer Service dan  Digitalisasi Salesmanship.
  2. Merancang ulang anggaran finansial. Memasuki 2022 dengan kondisi income dan ekonomi yang mulai stabil. Harus semakin bijaksana dalam pengelolaan keuangan.
  3. Melakukan olahraga ringan, hanya yang saya sukai. Yaitu jalan-jalan keliling kota ditambah porsi kembali nyebur ke kolam renang untuk low impact exercise.
  4. Mencoba memasak satu ide baru setiap minggunya
  5. Lebih rutin menulis untuk jeffreywibisono.com dan namakubrandku.com. Sharing manfaat untuk tambahan pemasukan diri sendiri dan orang lain.
  6. Bergabung dengan komunitas yang sesuai dengan passion. Antara lain Digital Marketing dan organisasi humanisme.
  7. Membuat jadwal membersihkan dan merapikan rumah membuat lebih fresh look dan nyaman dipandang, apalagi dihuni.
  8. Membuat jadwal merapikan dapur.
  9. Mengatur tanaman hijau dan tanaman hias. Gardening.
  10. Melakukan perjalanan mengunjungi keluarga, sanak-saudara, handai taulan dan sahabat-sahabat.
  11. Jelajahi Hobi baru

Bagaimana dengan resolusi teman-teman great people, bro en sist?

Salam sehat sejahtera seger waras untuk semua dan semoga sukses menjalani tahun 2022 dan tahun-tahun selanjutnya.

Jember, 30 Desember 2021

Jeffrey Wibisono V. 

Praktisi Perhotelan, Consultant Hospitality Industry di Indonesia 

Share this:

n-JAWA-ni Dari Jendela Becik Ketithik Ala Ketara

Apa pemandangan yang terlihat dari jendelaku sekarang?

Nah… kita hendak mulai memandang dari jendela yang mana nih?

Jendela beneran atau Jendela hati?

Baik saya mulai melihat pemandangan dari jendela beneran, jendela rumah dimana saya bertempat tinggal. Ini sangat menarik! Di luar sana ada kehidupan. Sangat dinamis.

Ada sekelompok anak remaja pelajar SMP, tetangga seberang rumah, pada siang hari bolongpun dengan bahagianya menendang bola plastik kesana kemari. Lapangan sepak bolanya adalah jalan raya beraspal di gang. Ada ke-ria-an, ada kegaduhan, ada suara bola membentur pintu pagar besi, ada teriakan bolanya nyangkut di atas garasi tetangga. Riuh yang bahagia walau sering juga keluar kata-kata makian antar mereka. Pulang sekolah bukannya lelah, tetapi tetap bergerak. Aktif sesuai usia mereka dan saya cenderung melihat pemandangan ini, manusia yang berinteraksi, berbicara dan berbagi emosi dengan spontan. Berkata-kata melalui mulut-mulut ceria usia remaja.

Kehidupan lain yang saya lihat adalah tumbuh-tumbuhan di sekitar pekarangan rumah. Mereka adalah tanaman hias yang sengaja saya tata dan rawat. Tanaman hias inipun hasil hibah teman yang memutuskan pindah menetap di Jakarta, tetapi tidak mau meninggalkan tanaman yang selama ini dipeliharanya terbengkalai. Tanaman hias berdaun hijau segar dan sesekali keluar sedikit bunganya dan bermekaran, menyegarkan mata.

Ada berkah lain dari kebaikan alam, yaitu tanaman liar, yang bisa tumbuh subur dengan begitu saja. Tanaman yang sengaja saya biarkan tumbuh subur karena memberi manfaat, kebaikan dari alam untuk saya. Anda pernah makan tumis daun mengkudu, lalu sayur bening daun katuk? Ini sayuran yang dapat dipetik gratis dari halaman rumah saya.

Dari waktu ke waktu, kehidupan di luar jendela rumah saya sangat dinamis. Juga ada yang pola nya sama. Ada tugu persembahyangan Hindu yang disebut tugu karang, ada canang atau dikenal juga dengan nama sajen dengan nyala dupa yang aromanya semerbak wangi masuk kedalam rumah. Canang yang sengaja diletakkan sebagai bagian dari ritual sembahyang pribadi harian tetangga.

Lalu apa pemandangan dari jendela Anda, teman-teman, bapak ibu sekalian?

Bagaimana pula dengan jendela hati?

Dari literatur yang saya pernah baca, banyak sekali makna dari jendela hati ini. Seperti – Kata-kata adalah jendela hati. Juga Mata Adalah Jendela Hati.

Kenyataannya, apa yang terlihat oleh saya, sering kali mengelola dan memicu emosi. Ilmunya adalah hati yang tenang berasal dari terjaganya pandangan.

Tapi…. “yakin lu bisa menjaga atau memagari pandangan, Jeff?”

Begitu salah satu pertanyaan sahabat saya.

Pastinya…. di luar sana, ketika saya bergerak beraktifitas, segala sesuatu akan tampak dengan sendirinya. Pemandangan liar bahkan masuk ke alam bawah sadar. Terkadang kita bisa fokus melihat sesuatu, entah itu bangunan, entah itu papan reklame. Tetapi… segala sesuatu yang ada dia area fokus kita, adalah background yang ikut terekam dalam alam bawah sadar. Memori alam bawah sadar ini hilang timbul dengan sendiri. Bisa saja liar. Maka, disinilah pentingnya memfungsikan jendela hati.

Secara manusia, saya di usia yang cukup matang sekarang, mempunyai sensitifitas yang lebih dibanding teman-teman saya. Bagi saya, mata benar-benar jendela hati. Dari memandang mata lawan bicara, saya bisa mengetahui sebagian isi hatinya. Apalagi kalau memang sosok tersebut punya hubungan erat dalam keseharian. Melalui mata, saya bisa mengetahui apakah seseorang sedang sedih atau gembira, bersimpati atau bahkan membenci saya, bermaksud baik atau jahat pada saya. Mata memang benar – benar tidak bisa berbohong.

Dari mata jugalah hati seseorang bisa merasa tenang, sebab hati yang tenang berasal dari terjaganya pandangan mata yang kita semua kelola dalam hati dan pikiran masing-masing. Hasil pandangan mata yang dikelola aksi dan reaksi di dalam dapur jendela hati.

Dalam wejangan Jawa mengenai jendela hati, dari saat saya piyek belum melethek, usia SD – Sekolah Dasar, ibu saya yang bertampang bule Indo-Belanda, sering melontarkan kalimat Becik Kethitik Ala Ketara. (Baca: becik ketitik olo ketoro – “o” seperti kata oplosan)

Apa coba maknanya?

Wejangan atau nasihat dalam bahasa Jawa ini terjemahannya adalah: “yang baik akan kelihatan dan yang buruk akan tampak”

Pada saat itu saya diajarkan untuk selalu jujur dan berbuat baik juga kebaikan bahkan meningkat menjadi kebajikan. Walau sederhana nasehat bahasa Jawa tentang kehidupan ini, sarat dengan peringatan terhadap saya dan pastinya Anda semua. Pesannya agar kita terus berbuat baik, kebajikan, put values to others dalam bermasyarakat.

Kita selalu melihat menelaah dengan mata dan hati terhadap semua orang. Mata kita bisa dikibuli, oleh bungkusan sopan-santun, bungkus mewah kebyar-kebyar. Akan tetapi hati selalu melihat melalui values yang tertanam dipupuk dari pendidikan masa kanak-kanak. Identifikasinya bukan bungkus dan topping, tetapi nilai-nilai kehidupan yang tertanam dalam hati diri kita masing-masing. Maka kita bisa merasa too good to be true. Bahkan ketika menunjukkan benar-salahnya tidak bisa-pun hati kita merasakannya apakah becik atau ala tergantung dari pengajaran value yang merasuk ke pemikiran juga hati sanubari kita. Pernah dengar kata brain-washed khan? Ya semacam itulah peristilahan bahasa sono-nya kalau menggunakan kata-kata mutiara Jawa.

Values yang tertanam dalam diri masing-masing yang akan tampak secara kasat mata dipandangan orang lain.  Bisa terjadi perbedaan sudut pandang, dan itulah pemandangan dari jendela mata kita.

Jadi sekarang apa pemandangan dari jendela Anda?

Jeffrey Wibisono V.

Bali 24 Agustus 2021

Juga tayang di Media Online

https://bisniswisata.co.id/dari-jendela-becik-ketithik-ala-ketara/

Share this: