Kepergok Pager Suru

Ilmu Leadership

Pertama-tama saya hendak mengajak teman-teman Leader untuk recall – “pernahkah akhir-akhir ini teman-teman terpaksa menghadapi problema yang merupakan pengalaman pertama dan harus mencari solusinya?”

Sikap seorang Leader atau Pemimpin sejati sebenarnya diuji ketika menghadapi situasi dan kondisi  kepergok pager suru ini. Untuk mendapatkan arti sebagai orang yang capable, bertanggung jawab dan dapat dipercaya, maka seorang leader harus menapaki selangkah demi selangkah dalam menghadapi dan berusaha menyelesaikan semua masalah. Hadapi dan selesaikan sampai tuntas. Effective problem solving adalah salah satu atribut penting untuk membedakan pemimpin hebat dan berprestasi dengan pemimpin yang mempunyai kualitas biasa-biasa saja.  Sikap seorang manusia tangguh dengan tanggung jawab sebagai pemimpin adalah seseorang yang mampu menghadapi dan menyelesaikan masalah yang ada di depannya. Bukan merencanakan urusan solusi ketika masalah tersebut belum eksis.

Pitutur atau kata-kata bijak kepergok pager suru yang berasal dari kultur Jawa dengan korelasi memiliki pemahaman universal. Terjemahan bahasa indonesia-nya adalah “tiba-tiba bertemu pagar tanaman berduri”. Makna peribahasa ini adalah ketika seseorang menemukan masalah yang datang tiba-tiba dan tanpa persiapan sudah hadir di depan mata. Pitutur Jawa ini bisa diartikan secara bebas dan luas. Bisa jadi pengalaman pertama dari suatu kejadian, di luar ekspektasi kita semua. Mungkin saja ada beberapa hal yang tidak terpikirkan oleh kita ketika persiapan awal dalam melakukan suatu pekerjaan atau urusan. Pernahkan kita mendapati diri kita tiba-tiba dipaksa mikir dan memecahkan masalah yang sangat rumit dan complicated di luar semua pengalaman kita?! Lantas apakah kira-kira ada teknis  yang tersedia bagi kita sebagai alat bantu untuk dipergunakan sebagai parameter memecahkan masalah dengan benar dan efektif?

Saya yakin ada!

Menjadi pemimpin berarti kita harus mempunyai pemahaman cara-cara teknis dan strategis dalam menyelesaikan masalah secara efektif saat si masalah muncul. Jabatan di manajemen atau kepemimpinan kualifikasinya tentulah ada pada mereka yang kompeten dan unggul dalam keterampilan teknis yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan. Bahkan untuk saya ada tambahan yaitu know your worth dan harus survive under pressure.

Banyak dari kita cenderung berpegang hanya pada apa yang kita ketahui dan sukai saja. Kita enggan menjelajahi pengalaman baru dan mengambil tindakan ketika kita sudah terpaksa berada di dalam kotak masalah. Ini adalah titik awal yang bagus untuk kita dapat keluar dari zona nyaman. Selain itu, kita dapat  mengidentifikasi sesuatu yang kemungkinan besar dapat kita sempurnakan!

Secara teori tahapan-tahapan problem solving yang efektif yang bisa saya angkat adalah sebagai berikut:

  • Meng-identifikasi permasalahan yang timbul – Bakal menjadi seperti apakah apabila permasalahannya kita selesaikan seperti yang kita inginkan?

Pertanyaan ini membantu kita menemukan standar baru sebagai tolok ukur posisi kita pada saat masalah terjadi.

  • Meng-analisa permasalahan  – Pada tahap manakah masalah yang terjadi?  

Ini membantu kita mengidentifikasi urgensi dari permasalahan. Pada umumnya ada tiga tahapan yaitu the emergent (baru mulai); the mature (sudah ada damage) dan the crisis (harus segera dilakukan tindakan koreksi).

  • Men-deskripsikan permasalahan – Kita harus bisa mendeskripsikan masalah yang terjadi secara tertulis. Cukup dengan maksimum 12 kata atau kurang. Ini adalah teknis asumsi, bahwa masalah yang terjadi bukanlah masalah ilmiah yang rumit. Dengan cara ini kita akan mendapat kejelasan terhadap masalah tersebut.

  • Mencari akar rumput permasalahan – Pada tahap ini kita banyak melibatkan internal tanya-jawab.

Ajukan pertanyaaan misalnya:

Siapa yang bertanggung jawab atas masalah ini?

Kapan masalah ini pertama kali muncul?

Mengapa ini bisa terjadi?

Bagaimana perbedaan dari standar sehingga ini terjadi?

Dimana poin yang akan paling menyakitkan bagi kita?

Bagaimana cara kita menyelesaikan masalah ini?

Juga, ajukan pertanyaan terpenting yaitu – Bisakah kita menggunakannya sebagai solusi permanen? 

  • Mengembangkan solusi alternatif –  Semua masalah yang kita hadapi memiliki banyak solusi. Jadi, yang terbaik adalah menulis dan mengembangkan daftar solusi alternatif bersama tim kerja kita. Kemudian seleksi solusi yang dibahas berdasarkan efisiensi, biaya, nilai jangka panjang, sumber daya yang kita miliki. Baru kemudian kita masuk ke komitmen penyelesaian masalah.    
  • Meng-implementasikan solusi – Menjalankan solusi yang telah kita putuskan termasuk membuat cakupan rencana kerja/ action-plan implementasi-nya. Implementasi berarti bahwa setiap orang di dalam tim kita mengetahui dan memahami peran mereka untuk membuat  solusi berfungsi. Kita perlu mempersiapkan jadwal untuk eksekusi, juga sistem monitoring untuk melacak apakah solusi yang diputuskan telah memperbaiki masalah atau perlu koreksi.  
  • Mengukur keberhasilan –  Dari rencana implementasi kita pada langkah #6, kita perlu memastikan sistem monitoring untuk melacak hasil. Sehingga pada saat yang ditentukan,  kita dapat menjawab pertanyaan seperti:

Apakah berhasil?

Apakah ini solusi yang tepat dan bagus?

Apakah kita mempelajari sesuatu di sini dalam implementasi yang dikemudian hari dapat kita terapkan pada potensi masalah lainnya?  

Pada Triwulan pertama 2021 saat ini, kita semua masih pada fase THE PAIN dari kepergok pager suru. Penanganan permasalahan COVID-19 masuk ke poin #6 dengan implementasi vaksinasi bertahap. Pemimpin dan penduduk dunia menjadi first timer dari pandemi ini. Terombang-ambing selama satu tahun dan bisa dipastikan akan lebih lama lagi.

Kita, penduduk warga negara dunia era gen 4.0 sekarang ini di adalah generasi yang teruji. Kita dengan perumpamaan berada di dalam badai yang sama dengan perahu yang berbeda-beda dalam menghadapi tekanan internal dan eksternal.

Apakah kita semua yang mampu melampaui masa ini berarti akan mampu menjadi Leader?

Sama dengan trust – percaya! Menjadi Leader – Pemimpin adalah pilihan. Dan … kalau menjadi leader adalah pilihan Anda, maka jadilah leader yang bisa dipercaya dengan penuh respek oleh pengikutnya.

Bali, 22 Februari 2021

Jeffrey Wibisono V. @namakubrandku

Hospitality Industry Consultant Indonesia in Bali –  Telu Learning Consulting – Digimakz – Copywriter – Jasa Konsultan Hotel

Artikel juga tayang di https://jeffreywibisono.com/leader-kepergok-pager-suru/

Share this:

Mandhor Klungsu Personal Branding

Apa sebenarnya tujuan kita membangun Personal Branding?

Untuk konsumsi siapa atau publik yang mana?

Tentunya perihal personal branding adalah sebagai bagian dari komitmen bisnis kita dan peningkatan karir, bukan hobby!

Strategi pencitraan diri – personal branding adalah segala upaya untuk mengubah reputasi dan karir kita dari yang biasa-biasa saja menjadi high visibility. Kita bisa membuat tolok ukur sendiri dari saat kita mengawali titik balik hingga ke tingkat yang hendak kita capai. Strategi kekinian untuk aktivitas personal branding erat kaitannya dengan konten marketing.

Lalu, kalau saya di poin konten marketing untuk personal branding, sebaiknya kita bisa mengambil referensi positif laku Mandhor Klungsu. Bagi saya,  budaya Jawa pitutur luhur bernilai universal dan berlaku sepanjang masa. Dan mandhor klungsu ini mengajarkan kita perihal humility – kerendahan hati.

Klungsu adalah biji buah asam dan Mandhor diartikan sebagai pemimpin. Kita semua sudah tahu biji asam, bukan? Bentuknya kecil sedikit kotak tiga (3) dimensi seperti mata cincin warna coklat tua, berkulit keras, cantik berkilau. Biji asam ini apabila ditanam, dipelihara dengan baik, akan menjadi pohon asam yang besar dan kokoh, rimbun dan berbuah lebat. Pohon asam identik dengan jenis pohon yang semua bagiannya bermanfaat bagi manusia. Pohon asam bisa diambil kayunya. Daunnya yang disebut sinom, bisa dimanfaatkan untuk pengobatan. Buahnya untuk bumbu dan beragam kreasi makanan, juga untuk perawatan tubuh. Akarnyapun bisa untuk bahan obat.  

Perumpamaan bijak perihal pohon asam  ini mengajak kita untuk menjadi mandhor. Pemimpin terhadap klungsu kecil refleksi diri kita sendiri. Maknanya adalah walau berasal dari bibit yang kecil, ketika kita bisa memimpin diri sendiri, maka kita akan berguna dan menyebarkan manfaat yang besar dan luas bagi kehidupan seperti pohon asam. Kita diajarkan untuk menjadi kokoh dan memberi manfaat sebesar-besarnya bagi sebanyak-banyaknya makhluk hidup.

Kemudian, sebelum kita mendalami dan terjun menjalankan strategi personal branding untuk diri kita sendiri, saya ingin Anda mengetahui,  bahwa ada satu karakteristik penting yang kita perlukan untuk pencitraan positif yang akan membawa karier kita ke tingkat berikutnya yaitu komitmen dan konsistensi untuk mewujudkannya. Kita harus fokus pada proses untuk mencapainya, selangkah demi selangkah. Ini adalah perjalanan yang layak dilakukan!  Pada saatnya, kita akan takjub pada diri sendiri dan tingkatan yang kita raih. Banyak dari kita tidak lahir sebagai penulis, tidak lahir sebagai superstar, akan tetapi kita bisa menjadi dengan banyak pelatihan, menemukan kesempatan dan memaksimalkan upaya menggunakan kesempatan tersebut.

Selanjutnya Roadmap Personal Branding yang saya punya, yaitu  menyatukan semua rencana dan tindakan yang saling bertautan secara koheren. Menjadikan roadmap sebagai panduan formal. Ini berarti saya secara rutin menuliskannya, merenungkan tanya-jawab terhadap diri sendiri, kalau perlu kemudian merevisi dan  memperbarui strategi. Ide-ide baru selalu muncul secara dinamis kapanpun dan selalu segera saya catat untuk bisa direview dikemudian hari. Kira-kita demikian tahapannya

Tahap I adalah Strategi

  1. Menentukan tingkatan kita saat ini.
  2. Mengidentifikasi keahlian/spesialisasi kita
  3. Menentukan target audiens
  4. Menentukan perspektif unik kita
  5. Menentukan tools yang hendak kita pergunakan terus menerus
  6. Memberi penilaian sendiri terhadap keterampilan kita
  7. Tahu kepada siada dan kemana kita pergi apabila memerlukan bantuan

Tahap II adalah menyiapkan infrastruktur

  1. Menyiapkan media kit yang berisi profil biodata kita. Di gen 4.0 ini sudah jamak kalau kita bisa share video reel dan klip public speaking.
  2. Selalu update biodata kita untuk meningkatkan kredibilitas. Kalaupun sudah siap, mempunyai Website adalah baik.
  3. Mempunyai blog
  4. Membuat tools conversi
  5. Mengaktifkan profil di media sosial
  6. Memiliki platform email.

Tahap III adalah meningkatkan keahlian

  1. Meluangkan waktu melatih keterampilan baru

Tahap IV adalah Reveal – Munculkan – Expose dan mainkan!

Akhirnya, jika kita adalah seseorang yang memiliki ambisi untuk menjadi  market leader di industri kita masing-masing dengan ilmu mandhor klungsu, maka roadmap ini dapat memandu kita di jalur pendakian yang cepat dan terpandang. Wajar jika pada awalnya, kita akan merasa terbebani, terutama jika kita sudah sibuk. Kuncinya hanya memecah tahapan strategi kita menjadi bagian-bagian yang dapat dikelola. Selangkah demi selangkah, bertahap.  

Apabila kita konsisten, relevan dan interaktif, maka personal branding kita dari hari ke hari akan mulai kelihatan hasilnya. Kita akan menikmati aliran respon, mendapat peluang berbicara di sana-sini, dan meningkat pula jumlah follower dan fans baru. Pada titik tertentu, orang akan mulai meminta kita dan ingin mempekerjakan kita atas dasar reputasi yang kita kelola sendiri.  Tentunya kalau sudah pada pencapaian ini, baru kita merasakan kerja keras kita sepadan. Sensasional!

Good luck! Stay humble dan happy climbing!

Bali, 13 February 2021

Jeffrey Wibisono V. @namakubrandku

Hospitality Industry Consultant Indonesia in Bali, Telu Learning Consulting, Copywriter, Jasa Konsultan Hotel

Artikel juga tayang di https://jeffreywibisono.com/mandhor-klungsu-roadmap-personal-branding/

Share this:

Urun Uyah Best Practise Hotel

Dalam masa pandemi COVID-19 yang berkepanjangan sejak ditetapkan di Indonesia pada bulan Maret 2020, kita sudah mendapat panduan standar operasional (basic requirement) Panduan Pelaksanaan Cleanliness, Health, Safety and Environmental Sustainability (CHSE) atau yang selanjutnya disebut Panduan Pelaksanaan Kebersihan, Kesehatan, Keselamatan, dan Kelestarian Lingkungan di Hotel atau Hospitality Industry pada umumnya.

Pertanyaan saya adalah … “What we can do more?” untuk meningkatkan kenyamanan tamu yang pola kebiasaan mereka selama berada di lingkungan hotel perlu kita kondisikan. Bisa kita katakan, kita ubah sesuai prosedur baru yang harus diberlakukan. What does hospitality look like in a contactless world?   

Meninjau dari beberapa sudut pandang, salah satunya adalah kita harus menetapkan untuk  perlu tetap pada posisi kompetitif dalam masa permintaaan sangat rendah (low demand).. Maka kita perlu men-skenariokan beberapa Best Practise, temuan-temuan layanan di atas rata-rata untuk kenyamanan tamu.

Ya, sepertinya menjadi kontradiktif. Kita perlu meningkatkan layanan disaat permintaan rendah dan kondisi pemasukan hotel terdampak. Di posisi ini rata-rata hotel melakukan efisiensi. Jadi jawabannya adalah bagaimana menciptakan best practises – memberikan pengalaman terbaik kepada tamu secara efisien.

Suatu management hotel pasti sudah menetapkan harga sewa kamar per malam.

Berapa Room Cost pada saat kamar kosong dan kamar occupied?

Berapa Incremental Cost kita?

Berapa Burdened Cost kita?

Apabila kita menjual dengan harga dibawah rata-rata (low rates), bisa-bisa kita malah mendapat sentimen negatif seperti merencakan bisnis untuk gulung tikar. Solusinya adalah kita harus memperhitungkan tarif pada ceruk strategi yang efektif untuk memenangkan pangsa pasar di mana kita bersaing. Menganalisa market price.

Lalu best practise apa sajakah yang bisa kita review dan korelasikan sehubungan dengan list incremental cost yang bisa saya sebut beberapa berikut ini?

  • Listrik termasuk perhitungan penggunaan penerangan, TV, charging ponsel dan AC.
  • Air termasuk perhitungan untuk cuci tangan, gosok gigi, mandi dan flushing toilets.
  • Wear & Tear termasuk perhitungan orang yang jalan di atas lantai tegel berbagai bahan seperti marmer atau keramik atau parquet maupun berkarpet, tidur di kasur, memutar hendel pintu, menggunakan lightbulbs)
  • Breakfast
  • Housekeeping memperhitungkan biaya membersihkan kamar termasuk penggunaan cleaning supplies.
  • Laundry memperhitungkan bisaya cuci linen (sprei, sarung bantal dll) dan handuk.

Kemudian dari list burdened costs yang bisa saya sebut beberapa berikut ini?:

  • Staff/ Manning (maintenance, front desk, management, breakfast attendant, dst.)
  • Mortgage (Penyususutan nilai aset)
  • Asuransi
  • Koneksi Internet dan Wi-Fi
  • Perawatan area parkir
  • Penambahan Handuk Baru (OS&E)
  • Biaya langganan cable TV
  • Marketing
  • Trade shows
  • Membership asosiasi

Baik, masih kita mengacu pada CHSE, sambil mengikuti proses  berhitung incremental dan burdened costs. Untuk meningkatkan confidence, kita harus menggunakan referensi angka-angka yang muncul untuk memulai service journey menuju pengelolaan best practise yang sukses.

Di bagian hajatan ini saya hendak urun uyah melibatkan pemikiran dalam best practise di hotel. Kata urun uyah dalam budaya Jawa dapat diartikan kita turut memberi bantuan untuk suatu kegiatan besar. Semoga sedikit yang bisa saya deliver, dapat diimplementasikan di beberapa hotel atau hospitality industry in general. Sekaligus memberi manfaat dari spektrum di ujung yang berbeda. Pedoman saya adalah service centered, guest oriented dengan kalimat “Please, IMPRESS me! I am a boutique”

Pertama tentunya dari semua-semua aturan, esensi dari tindakan preventif COVID-19 adalah Menjaga Jarak Aman. Tindakan ini memberi pengaruh pada semua SOP (Standard Operating Procedure) yang nyaman, tetap beretika dan mempunyai nilai estetika.

Lalu, bagaimana dengan layanan Room Service atau In-Room Dining?

Mengapa harga makanan dan minuman di Room Service menu lebih tinggi daripada di restaurant hotel?

Padahal secara logika, kualitas makanan dan minuman sudah menurun ketika sampai di kamar tamu. Plating, condiment, cutletleries ditata menyesuaikan ukuran nampan untuk sekali antar, harus detail dan sekomplit mungkin termasuk sudah meletakkan item tusuk gigi, dan disposal napkins. Dan satu lagi  – tidak dilayani oleh Waiter/Waitress yang in-charge.

Di layanan Room Service ini yang harus unggul adalah kenyamanan dan privacy tamu.

So how?

  1. Menu: Sediakan disposal Room Service dan Mini Bar Menu untuk menanggulangi resiko penularan berantai. Menjadi bagian dari tambahan standard set-up Housekeeping. Banyak hotel sudah alih teknologi Menu on TV dan Scan QR Code.
  2.  Delivery/Retrieval: Sesuai pedoman yang diberikan oleh pemerintah, Waiter/Waitress wajib menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) = Provision of Personal Protective Equipment (PPE).

Semua menu yang diorder oleh tamu, penyajian deliverynya adalah semua makanan maupun minuman dalam kondisi tertutup rapi dan sedap dipandang. Karena penampakan ini yang akan diterima dan dilihat oleh tamu yang mengorder.

Hotel harus meminimalkan kehadiran staff di kamar tamu. Maka Waiter/Waitress setelah menekan bel pintu sambil memberitahukan kehadiran departemennya, dia melangkah mundur untuk mengatur jarak aman, berdiri dalam posisi siap melayani sampai tamu membuka pintu. Hotel menawarkan pengiriman tanpa kontak. Waiter/Waitress tetap harus menunggu sampai tamu membawa masuk trolley/ nampan yang berisi pesanannya, sampai kemudian tamu menutup pintu. Best practise ini perlu dilakukan untuk antisipasi apabila tamu memerlukan bantuan lebih lanjut pada momen delivery tersebut.

  • Good Hygiene Practices (GHP): Salt & Pepper cruets, Vas Bunga, Hot Boxes, Nampan dan perlengkapan lainnya tetap bisa disertakan setelah dilakukan antisipasi higinitasnya. Maka best practise-nya adalah menggunakan disposable (sekali pakai) paper napkins/tray liners sebagai pengganti  yang berbahan linen (kain).
  • Apakah kita perlu juga menyajikan sebotol kecil handsanitizer berlogo hotel kita sebagai giveaway?

Lalu apakah teman-teman punya SOP lain untuk ditingkatkan menjadi Best Practise?

Welcome Drink, gelasnya dan cara menyajikannya, mungkin?

Silakan, selamat berkarya.

Apabila teman-teman perlu bantuan untuk brainstorming atau membahas lebih lanjut perihal service pada operational hotel, silakan mengontak saya langsung melalui email, jeff@namakubrandku.com

Salam sehat sejahtera senantiasa untuk semuanya. Semoga sukses!

Bali, 04 February 2021

Jeffrey Wibisono V. @namakubrandku

Hospitality Industry Consultant Indonesia in Bali –  Telu Learning Consulting – Digimakz – Copywriter – Jasa Konsultan Hotel

Artikel juga tayang di

Urun Uyah Best Practise di Hotel

Share this:

Main SEO Google My Business

Tindakan jitu SEO Google My Business

Salah satu aktivitas saya sehari-hari adalah membangun teamwork dengan Google My Business (GMB). Saya juga dikenal dengan ID namakubrandku di IG, FB maupun network pergaulan. Bersama GMB, saya perlu mengasah keilmuan digital marketing sebagai seorang praktisi di hospitality industry. Saya adalah seorang Hospitality Industry Consultant Indonesia berlokasi di Bali. Seorang pekerja professional freelance dengan label “TELU” Hospitality Industry Learning and Consulting,  sekaligus Mentor di DIGIMAKz Bali yang fokus ke materi pelajaran Digital Marketing. Kerennya Konsultan Hotel gitu sebutan pendeknya.

Sangat menarik ketika kita membaca Insight GMB tersebut. Kita dipandu secara langsung dengan data dari tampilan Performance, kinerja kita bersama Google. How people interacted with you dan All interactions termonitor. Bahkan laporan terpadu dan mudah ditindak lanjuti dari rangkuman Calls, Messages, Business Profile interactions. Saya menggunakan yang versi bahasa Inggris, karena kebiasaan dan lebih mudah paham dengn terminologi internasional.

Teman-teman sudah paham cara kerja Google My Business dalam me-lokalisir keywords kita masuk ke Searches triggered your Business Profile?

Ada Searches breakdown loh! Dan canggihnya lagi kita diberi tahu juga Search terms that returned your profile in the results.

Ayo siapa yang hendak konsultasi, learning and consulting?

Mulai dari bagian saya sebagai konsultan urban dan boutique konsep dan operations grand-design hotels and resorts and villas di Bali sampai ke dinamika perkembangan digital marketing ter-kini.

Bali, 24 Januari 2021

Jeffrey Wibisono V.  namakubrandku

Hospitality Industry Consultant Indonesia in Bali –  Telu Learning Consulting – Digimakz Digital Marketing – Copywriter – Jasa Konsultan Hotel

Share this:

Revitalisasi Tren Aset Digital

Revitalisasi – Momen Untuk Sinkronisasi Tren dan Aset Digital

2021 adalah momen tepat untuk memulai dan semakin memperkencang bisnis digital kita. Kita perlu melanjutkan proses, menemukan cara untuk menghidupkan atau menggiatkan kembali berbagai program yang tertunda. Kelas Skill-up Digital Marketer bersama Digimakz Bali di seri #6 akan fokus mendalami tuntutan percepatan menghidupkan dan mengembangkan bisnis secara digital di tahun ini.

Caranya?

Kita, praktisi dan pemilik bisnis secara umum sudah menggunakan beragam saluran distribusi untuk berinteraksi dengan pelanggan dan calon pelanggan. Dalam hal ini tentunya kita dituntut untuk melakukan strategi yang konsisten relevan terkoordinasi. Dengan tujuan dapat memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan menggunakan saluran yang tepat bagi mereka.

Bersama Jeffrey Wibisono V. seorang Praktisi Branding dan Suzana Widiastuti yang Digital Maker, peserta workshop akan diajak memaksimalkan integrasi dan sinkronisasi menggunakan aset digital yang telah kita miliki.

Apakah Anda pernah mendengar istilah Omnichannel Marketing?

Sebenarnya kita telah hidup berdampingan dengan prinsip marketing tersebut. Mengikuti trennya pula. Yang kita perlukan adalah cara-cara mendekati pelanggan dengan mengintegrasikan setiap channel yang digunakan oleh pelanggan. Kita berfokus mempelajari kebiasaan pelanggan. Kemudian memenuhi kebutuhan mereka untuk berinteraksi dengan pilihan cara yang nyaman dan produktif. Untuk mencapai itu, kita harus menyiapkan segala aset digital kita – baik itu own media, paid media maupun social media. Termasuk di dalam aset digital tersebut antara lain website, landing page, konten dan channel lainnya yang terhubung dengan internet dan menghasilkan data.

DIGIMAKz mempersembahkan seri workshop Mentorship Skill-up Digital Marketer yang dibagi dalam enam seri sejak November 2020. Workshops dengan bimbingan teori dan praktek bertujuan memperkaya kita semua dengan berbekal pengetahuan bisnis era digital, dan juga menyediakan pendampingan agar teman-teman tidak tergagap sendirian dalam mempraktekkan pengetahuan digital marketing yang telah dipelajari.

Kegiatan mengisi akhir pekan pada hari Sabtu tanggal 23 Januari 2021 dari pk. 9 pagi sampai pk 2 siang. Peserta setelah selesai Skill-up Digital Marketer seri #6 ini akan membawa dapat  membentuk Omnichannel bagi business masing-masing sebagai tujuan akhir dari sinkronisasi yang akan kita lakukan.

Workshop termasuk rehat makan siang bertempat di Fame Hotel Sunset Road Kuta, Bali dengan investasi sebesar Rp. 250K per orang. Untuk mendaftar silakan masuk ke tautan WA ini https://wa.me/6281388808076. Sedangkan Informasi lebih lanjut  seri Menjadi Digital Marketer https://digimakz.com/digimakz-workshop-series/
Sampai jumpa di Kelas Skill-up Digital Marketer – Mentorship Workshop kami, DIGIMAKz!


Bali, 11 January 2020

Jeffrey Wibisono V.

Jeffrey Wibisono V.

Hospitality Consultant Indonesia in Bali –  Telu Learning Consulting – Digimakz Digital Marketing – Copywriter – Jasa Konsultan Hotel

Share this:

Ganti Watang Alih Profesi

Well … ketika kini anda dan saya – kita semua – telah berada di penghujung triwulan ke-empat masa pandemi COVID-19. Belum puas juga rasanya  membahas segala konklusi solusi dalam menghadapi problematika dan romantika kehidupan sehari-hari. Di poin ini, khususnya kita rakyat sebagai penikmat layanan penanganan pemerintah dengan  common practise ciri khas Indonesia.

Apakah implikasinya terhadap masyarakatnya?

Ya, pada twiwulan pertama pandemi COVID-19, para pekerja masih belum dalam kehilangan pekerjaan tetapi telah kehilangan penghasilan. Mau tidak mau untuk bisa bertahan, kita ganti watang memberdayakan diri mendapatkan sumber pendapatan yang baru. Pitutur luhur dari bahasa Jawa ini secara harafiah artinya ganti batang. Apabila diterjemahkan secara luas adalah ganti pekerjaan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Setiap orang hidup menghadapi pilihan-pilihan masing-masing. Kekinian, mungkin pada awalnya daripada menganggur ingin bekerja secepatnya apa saja asal kita bisa mandiri, berpenghasilan untuk membayar biaya hidup dan cicilan. Setelah dalam kurun waktu tertentu dirasa tidak cukup baik perkembangannya maka kitapun ingin pindah haluan. Apapun boleh dilakukan oleh setiap orang. Selama masih memungkinkan seseorang harus mencari apa yang lebih baik untuk kehidupannya.

Di-zaman saya berkarir ada istilah Kutu Loncat. Citra negatif yang berarti seseorang pindah-pindah atau berganti pekerjaan seenaknya pada pekerjaan dan jabatan yang sama. Kalau ini dilakukan, kita akan menjadi kutu loncat yang tak pernah sempat membangun karir. Sehingga sepanjang hidup kita hanya sibuk mencari-cari kerja. Tidak pernah fokus dan tidak pernah betah dengan pekerjaannya. Saya ada menyinggung sedikit tentang ini di Buku Hotelier Stories Catatan Edan Penuh Teladan sub judul nomer 2. Takkan Lari Cita-Cita Dikejar.

Bagaimana dengan tahun 2020 ini?

Justru kita dipaksa untuk ganti watang menambah profesi yang sebagian besar menjadi entrepreneur UMKM. Pebisnis mikro dalam cakupan kuliner dan sembako. Banyak yang gugur dalam perjalanan entrepreneurship ini. Tetapi banyak juga yang mencapai titik nyaman dan telah berpikir untuk mempatenkan usahanya. Fokus menjadi pebisnis, entrepreneur dan dapat membuka lapangan kerja. Di Bali yang 85% adalah pekerja pariwisata, sebagian kecil saat ini sudah memutuskan untuk tidak menjadi pencari kerja lagi. Ganti Watang Permanen, Alih Profesi sebagai solusi.

Industri Pariwisata 2021, apa kabar?

Mari kita matangkan perencanaannya, kita nantikan kedatangannya dan kita sukseskan pelaksanaannya demi memenuhi harkat hidup orang banyak.

Bali, 06 November 2020

Jeffrey Wibisono V. @namakubrandku

Hospitality Consultant Indonesia in Bali –  Telu Learning Consulting – Commercial Writer – Copywriter – Jasa Konsultan Hotel

Hospitality Consultant Indonesia in Bali - Telu Learning Consulting – Commercial Writer - Copywriter - Jasa Konsultan Hotel
Alih Profesi Alih Warna Seragam Uniform
Share this:

Mentorship in Workshop Series Skill-up Digital Marketer

Aku tak biasa ..

.

Kali ini Suzana Widiastuti and I dengan modal latar belakang keilmuan yang berbeda, kami ber-kolaborasi membuat bendera persatuan dengan branding DIGIMAKZ.

.

Program bisnis kami adalah bimbingan pelatihan fokus ke praktek dengan kelas konvensional tatap muka MENTORSHIP in WORKSHOP SERIES dengan visi Skill-up Digital Marketer.

.

Kami mulai Seri #1 pada Sabtu, 14 November 2020.

Workshop akan dimulai pukul 9:00 pagi sampai diperkirakan selesai pukul 14:00 siang WITA.

Bertempat di Fame Hotel Sunset Road Kuta, Bali

Karena ini kelas bimbingan dengan praktek, maka kami membatasi peserta maksimum sebanyak 20 orang.

Pendaftaran via Whatsapp link https://wa.me/6281388808076 (Jeffrey)

Investasi sebesar Rp. 250ribu per orang dan termasuk makan siang.

Mentoring seri #1 dengan materi Cara Cerdas Monetisasi Media Sosial adalah

Suzana Widiastuti seorang Digital Maker — Maker istilah yang sedang trend di kalangan Startup — intinya orang yang bisa membangun dan meluncurkan produk (tentang apa saja). Dan saya sendiri, Jeffrey Wibisono V. seorang Praktisi Branding yang cukup dikenal di industri perhotelan dan pariwisata.

Kami telah menyusun Jadwal Seri Menjadi Digital Marketer dengan penyampaian materi berjenjang menjadi serial mentorship workshop. Pertemuan dengan jarak dua (2) minggu dari setiap seri-nya dengan total enam kali (6 X).

Berikut adalah jadwal lengkapnya yaitu 14 dan 28 Nov 2020, 12 dan 26 Des 2020, 16 dan 30 Jan 2021.

Pendaftaran seri #2 dan seterusnya akan kami buka setelah selesai setiap seri workshop secara berurutan.

Teman-teman, terima kasih sebelumnya atas minat dan perhatiannya. Kami tunggu pendaftaran teman-teman secepatnya mengingat kuota peserta yang telah kami tentukan.

Salam sehat senantiasa untuk kita semua.

Bali, 26 Oktober 2020

Jeffrey Wibisono V. namakubrandku

Hospitality Consultant Indonesia in Bali –  Telu  Learning  Consulting – Commercial Writer – Copywriter – Jasa Konsultan Hotel

Share this:

Let’s Go! Tetaplah Bergerak Agar Tak Tenggelam

KITA semua sudah paham, semua kesusahan dalam masa pandemi COVID-19 ini disebabkan oleh terbatasi ruang gerak secara global. Masyarakat, baik pengusaha mau pun pekerja hanya dalam posisi bertahan hidup selama dua triwulan berturut-turut. Untuk pemulihan ekonomi kuncinya hanya ada di pandemi.

Aksi pemerintah melakukan percepatan dengan membuka akses lintas-batas domestik masih terhambat dengan peningkatan area-area yang secara paparan  angka menunjukkan peningkatan resiko tertular dari sang virus tipe super-spreader ini. Pemerintah telah menawarkan dan melakukan aksi solusi berjenjang.

Kalau kita amati, masa pandemi di Indonesia bisa menjadi lebih lama lagi, karena faktor ketaatan masyarakatnya.

Mengapa bisa tidak taat?

Pasalnya penduduk kehilangan penghasilan dan harus tetap bergerak —terutama yang bergantung pada penghasilan harian—. “Tetaplah bergerak supaya kau tidak tenggelam.” Begitu kata salah satu kata bijak. Maka tidak ada pilihan, interaksi jual-beli harus tetap berlangsung, bahkan naik tajam di area mikro — UMKM–.

Selanjutnya, kita yang mengikuti berita dan menelisik data-data yang disampaikan oleh para juru bicara pemerintah dan otoritas terkait, sekarang sudah bisa mengambil kesimpulan.– Ini bisa menjadi suatu kelegaan karena parameternya tersedia–.

Secara umum bisa dikatakan pemerintahan NKRI dalam menanggulangi pandemi COVID-19 saat ini fokus pada ketersediaan vaksin. Penanggulangan berdasarkan adanya vaksin, “bukan” terhadap pandeminya, walau pun pemerintah daerah berkoordinasi dengan pemerintah pusat melakukan PSBB – lockdown locally – termasuk pembuatan peraturan dan payung hukumnya.

Yang menarik dari sini adalah informasi “jadwal” ketersediaan vaksin. Sehingga kemudian bisa kita perhitungkan dan tentukan periode pandemi COVID-19 di Indonesia akan masuk dalam fase under-control tertanggulangi. Kemudian diikuti pergerakan pemulihan ekonomi dan kontraksi sektor industri pariwisata yang bisa bergerak lebih awal.

Terkonfirmasi Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah menandatangani Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2020 tentang vaksin COVID-19. Aturan tersebut mengatur pengadaan dan pelaksanaan vaksin virus corona — rencananya dimulai pada akhir tahun 2020–. Impor vaksin COVID-19 tiba di Indonesia bulan depan (November 2020). Vaksin virus corona yang didatangkan dari luar negeri tersebut tahap pertama akan diberikan untuk tenaga medis atau garda depan.

 Selain vaksin impor, Indonesia tengah mengembangkan vaksin di dalam negeri. Vaksin tersebut saat ini masih dalam tahap III uji klinis yang kemudian akan diproduksi secara massal oleh Biofarma. Keputusan relevan dari hasil uji klinis masih harus kita tunggu sampai bulan Desember mendatang. Kita semua tentu berharap  vaksin produksi dalam negeri dinyatakan berhasil. Dengan begitu, vaksin bisa diproduksi secara massal pada Januari 2021. Masyarakat dengan risiko tinggi kemungkinan mendapatkan vaksin pada awal tahun depan, triwulan pertama memasuki tahun baru.

Baru-baru ini dari hasil berbincang bersama Direktur Riset CORE Indonesia, Piter A. Redjalam pada  webinar iDEATE, saya mendapatkan insight tentang dampak pandemi bagi perekonomian bangsa. Pak Piter pada penutupan presentasinya menyuntikkan semangat akan adanya kontraksi di sektor industri pariwisata Bali, bahkan mampu menyampaikan periodenya.

CORE adalah kependekan dari Center of Reform on Economics atau terjemahannya Pusat Pemulihan Ekonomi Nasional. Sedangkan acara webinar berbayar diprakarsai oleh KHAS Studio dengan moderator Elprisdat Zen yang juga adalah Managing Director studio tersebut.

Berita baiknya, tinggal satu langkah lebar lagi untuk masuk ke momentum “pemulihan ekonomi nasional”. Tentunya termasuk industri pariwisata dimana Bali sebagai fokus utama untuk percepatan.

Status under control adalah triwulan pertama 2021 karena sudah ada vaksin untuk garda depan.

Lalu masuk triwulan kedua mulai April 2021, kita  sudah masuk masa pemulihan/recovery dengan  vaksin  buatan Indonesia sendiri mulai dipakai.

Selanjutnya pada triwulan ketiga pada Juli  2021, bisa dipastikan  lalu lintas pariwisata sudah meningkat dengan perhitungan pemulihan ekonomi telah berjalan dan mayarakat mulai berpenghasilan baik.

Sehingga pada triwulan keempat mulai bulan Oktober 2021 akan ada lonjakan minat berwisata yang utuh. Permintaan sudah bisa dikatakan menuju normal karena euforia para pelaku wisata untuk melakukan perjalanan.

Apa rekomendasi kita terhadap pemerintah dalam konsep pentahelix pariwisata untuk memasuki triwulan per triwulan?

Ini adalah momentum. Jangan sampai dilewatkan.

Saat pandemi berakhir pemerintah hendaknya siap dengan program-program pemulihan ekonomi. Salah satu untuk mendukung pariwisata adalah memberikan berbagai diskon tiket pesawat dan saran transformasi lainnya yang diluncurkan lebih awal,— early-bird.

Jadi, apakah pekerjaan rumah  kita dalam dua triwulan ini supaya bisa tepat waktu masuk ke masa recovery yang secara logis realistis kita perhitungkan di atas kertas?

  1. Fokus pada penanggulangan wabah dengan keterlibatan seluruh lapisan masyarakat.
  2. Pemerintah turut andil untuk memberikan jaring pengaman sosial dan meningkatkan ketahanan masyarakat terdampak
  3. Pemerintah memberikan bantuan untuk meningkatkan ketahanan dunia usaha.

Bagaimana pemikiran Anda?

Bali 16 Oktober 2020

Jeffrey Wibisono V. @namakubrandku

Hospitality Consultant Indonesia in Bali –  Telu Hospitality Learning Consulting

Artikel juga tayang di https://jeffreywibisono.com/lets-go-tetaplah-bergerak-agar-tak-tenggelam/

Hospitality Consultant Indonesia in Bali -  Telu Learning Consulting – Commercial Writer - Copywriter - Jasa Konsultan Hotel
Share this:

Kemasan Rupa Nggendhong Rega

Kemasan Rupa Nggendhong Rega

Rupa Nggendhong Rega artinya mutu sesuai harga;  begitulah kira-kira terjemahan bebasnya. Di dalam dasar ilmu hospitality, saya mensejajarkan pitutur Jawa ini dengan Customer Service is a Marketing. Dan Marketing adalah tugas semua orang yang terlibat di dalam suatu perusahaan.

What to offer? – Apa yang hendak kita tawarkan?

Hospitality industry di era digital ini semua berlomba dengan diferensiasi untuk memberi pelayanan dan kesan terbaik kepada para tamunya. Setiap yang lebih baik bisa terlihat dari nilai jualnya yang terdongkrak secara stabil. Tergantung kemasannya.  

Siapa yang memberikan nilai lebih baik?

Yang saya rasakan sekarang adalah ada kekuatan lain di luar kontrol seorang konseptor dan marketer profesional yang fokus ke analisa pasar, dan produk hardware – kasat mata.

Di era digital ini, ketika semua comment dan review tentang HoReKa (hotel, restoran dan kafe) kita terbuka seperti an open book, semua terlihat mudah. Semua orang bisa membacanya via internet online daring real time. Artikel tentang ini juga dapat dibaca di buku Hotelier Stories Catatan Edan Penuh Teladan sub judul no. 26 – Beriklan Tak Mesti Pakai Uang

Untuk satu hotel misalnya, tamu yang datang sebelumnya tentu telah membaca review cerita pengalaman orang lain. Mereka percaya dan berkehendak mendapatkan kesamaan pengalaman selama menginap, mulai mendapat tempat tidur yang nyaman untuk bisa tidur nyenyak nyak nyak, makan pagi yang fresh dan berkualitas dengan porsi cukup, suasana hotel yang cozy, senyap dan sangat cocok untuk istirahat.

Jadi yang harus kita jual sekarang adalah kualitas customer service. We rely on our people, maksudnya kita harus memberdayakan SDM kita dengan melengkapi mereka dengan pengetahuan, panduan kerja yang jelas dan otoritas untuk selalu siap membantu tamu sekaligus mempunyai semua solusinya. Bekerja habis-habisan untuk memperkuat customer service. Karena satu review tamu yang jelek sudah memberikan pengaruh yang sangat besar nilai nominalnya. Satu review dalam hitungan detik sudah dibaca penduduk seluruh dunia. Dan ini adalah serupa iklan. Kalau ceritanya jelek, siapa yang mau membeli produk yang ditawarkan?

Lalu bagaimana dengan Rupa Nggendhong Rega dalam masa berdampingan dengan pandemi COVID-19?

Di saat banyak yang  masih fokus pada porsi masing-masing untuk mengatasi kesusahannya, bahkan masih suspend HoReKa operations-nya, buat saya inilah saatnya berstrategi untuk mengambil Ranking Satu (#1 Rank) di semua platform bisnis digital. Baik itu di guest review platform seperti Tripadvisor, maupun valid guest comment di OTA. Kerja keras memberdayakan porsi kecil bisnis yang tersedia untuk dapat memberdayakan 100 persen tamu menuliskan excellent experience mereka. Sehingga di saat kondisi membaik, kita sudah ambil posisi tepat dan tinggal me-maintain dan men-develop market demand.

Saat ini pekerjaan opersional masih terbatas sehingga waktu kita bisa lebih banyak enggage dengan tamu. Target pesimis setidaknya ada di urutan lima teratas di area bisnis kita berdiri. Sehingga mestinya ini sudah bisa menjadi indikator positif sebagai perwujudan dan jalinan hubungan dengan tamu dan mutu HoReKa kita. Ini akan menjadi urusan untuk hasil jangka panjang, jadi kita harus kreatif untuk menjaga kredibilitas kepercayaan pasar dan mengembangkan respon pasar yang positif dengan royal memberikan nilai tambah.

Apa nilai tambah yang paling dibutuhkan oleh tamu di masa harus hidup berdampingan dengan COVID-19?

Kalau saya, semua tamu akan saya berikan status VIP, saya praktekkan Customer Service ala Jepang, omotenashi. Khususnya First-Timer – Yang pertama kali datang, kita labeli VIP-1 dan mendapat perhatian yang sangat khusus. Royal-lah kepada the first-timer. Para tamu yang baru sekali datang ini harus kita kelola dengan benar sebagai part of the team untuk reputation manager platform, supaya bisa menjadi repeat guest, bahkan dapat kita harapkan akan hadir kembali membawa pasukannya untuk sharing excellent experience di tempat kerja kita.

Jadi sudah wajar kalau konsep nilai tambah/value-add kita pergunakan dalam berbagai hal maka semakin baik tampilannya nilai jualnya bisa dipastikan semakin menjuara.

How about your thoughts?

Bali 12 Oktober 2020

Jeffrey Wibisono V. namakubrandku

Hospitality Consultant Indonesia in Bali –  Telu Learning Consulting – Commercial Writer – Copywriter – Jasa Konsultan Hotel

Hospitality Consultant Indonesia in Bali -  Telu Learning Consulting – Commercial Writer - Copywriter - Jasa Konsultan Hotel
Share this:

Kepariwisataan Berkelanjutan Setelah Era Pandemi

NEGARA Kesatuan Republik Indonesia, dengan 17.504 pulau, secara de facto terdiri dari 34 provinsi. Di dalamnya ada 416 kabupaten dan 98 kota atau 7.024 daerah setingkat kecamatan dengan 81.626 daerah setingkat desa. Populasi hampir 270.054.853 jiwa pada tahun 2018. Mari kita tunggu pengumuman hasil sensus penduduk 2020 yang dilakukan secara online — hasilnya akan diumumkan sebelum tahun 2020 berakhir—.

Berita hari ini yang saya baca, dari 34 provinsi, terekam 15 provinsi di Indonesia tidak terjadi penambahan kasus positif COVID-19 (data per 5 Juni 2020). Berarti, hampir 50% provinsi di Indonesia sudah tidak ada penambahan kasus positif baru. Kabar baik.

Bagaimana dengan kepariwisataan setelah era pandemi?  Kalau di kumpulkan sudah ada ratusan prediksi perilaku dan bisnis yang akan berkembang berkenormalan baru dengan pemikiran life after COVID-19

Di dalam bukunya berjudul “Kepariwisataan Berkelanjutan Rintis Jalan Lewat Komunitas”, tertuang pemikiran pak I Gede Ardika, Menteri Pariwisata 2000 – 2004.

Pak Ardika mengulas bagaimana pembangunan pariwisata di Indonesia yang bertumpu pada konsep, prinsip-prinsip, serta cita-cita dan tujuan sebagai bagian integral dalam pembangunan nasional.

Mulai ulasan makna dan hakikat kepariwisataan, falsafah kepariwisataan yang berakar pada kearifan lokal. Serta contoh konkrit dari beberapa wilayah di Indonesia, diantaranya Yogyakarta dan Bali. Sebagai ilustrasi, Pak Ardika mencontohkan sejumlah desa wisata yang berhasil menerapkan nilai-nilai dasar dalam upaya mensejahterakan kehidupan mereka di antaranya; Desa Wisata Pentingsari di kaki Gunung Merapi Daerah lstimewa Yogyakarta dan Desa Pemuteran, Kabupaten Buleleng, Bali.

Pak Ardika melalui buku ini juga menyampaikan bahwa nilai-nilai dasar yang dijadikan sebagai acuan (di antaranya dalam UU Kepariwisataan No.10 Tahun 2009 yang telah memasukan Kode Etik Kepariwisataan Dunia) dalam kepariwisataan nasional itu bukan ilusi kosong semata. Prinsip-prinsip ini telah diterapkan dalam mengembangkan kepariwisataan pedesaan berbasis masyarakat di Indonesia.

Alternatif jawaban dalam mewujudkan cita-cita itu adalah kepariwisataan berbasis komunitas, yaitu masyarakat sebagai pelaku.

Insight kepariwisataan adalah alat pembangunan yang strategis dan inklusif. Kepariwisataan menyentuh beragam aspek sekaligus menciptakan ekosistem  yang membutuhkan keterlibatan seluruh kelompok masyarakat. Cita-cita dan tantangan kepariwisataan di Indonesia adalah mewujudkan kepariwisataan yang bertanggungjawab dan berkelanjutan dari sisi ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan.

Lalu apa panduan dan peran UNWTO dalam pengembangan kepariwisataan Indonesia yang erat kaitannya dengan Prosedur Tetap (Protap) COVID-19 standar WHO untuk pelayanan kesehatan?

Sampai disini, pembahasan akan menjadi sangat serius dan saya serahkan ke tenaga ahlinya saja. Saya hendak alih fokus, membawa sidang pembaca ke prediksi masa depan yang membawa kita ke tatanan baru dalam bersosialisasi.

Berdasarkan dari begitu banyaknya informasi tertulis yang saya baca, melihat gambar juga menonton video, banyak tata cara ditawarkan, kemudian membawa saya kilasbalik ke masa lalu. Saya generasi yang mengalami jamannya Indonesia susah tahun 70 – 80an. Tahun 2020 ini kok saya rasakan ada kemiripan. Mungkin ada diantara sidang pembaca yang satu generasi dengan saya dan bisa menambahkan informasi.

Di Sekolah Dasar waktu itu, saya mendapatkan pembagian sumbangan jatah susu bubuk dalam kantong plastik bening yang tidak ada mereknya. Katanya –waktu itu– yang dibagikan adalah susu kedelai. Juga pengganti nasi di rumah namanya bulgur. Saya sudah lupa seperti apa rasa bulgur itu.

Maka dengan banyaknya wacana aturan baru dalam bersosialisi yang sedang dibuatkan payung hukum, maka saya mikirnya, ini circle of life. Pengulangan masa lalu sesuai jamannya.

The time is always right to do what is right. Masanya senantiasa tepat untuk melakukan hal-hal yang benar. Di masa tahun 70 – 80 an itu, mobil dan kendaraan umum tidak ber-AC. Kita menikmati sirkulasi udara natural. Apa bedanya dengan rekomendasi saat ini yang mengajari kita untuk mendapatkan sirkulasi udara sehat dengan membuka pintu dan jendela di waktu-waktu yang memungkinkan. Juga mengepel lantai dengan desinfektan.

Tentang Kuliner

Di jaman saya, restoran juga jarak antar meja nya cukup jauh. Di celah tempat duduknya bisa papasan dua orang dengan berjalan tegak, tidak pakai memiringkan atau mencondongkan tubuh. Bahkan ada restoran yang mememasang sekat antar meja, menjaga privasi.

Dan apa rekomendasi dari protap COVID-19 sekarang?

Ya, mengatur meja restoran berjarak 1.5 – 2 meter.  Sehingga kapasitas tempat duduk berkurang sekitar 50% dibandingkan pengaturan sebelum pandemi COVID-19 mewabah.

Kemudian dari edaran Tas Siaga COVID-nya BNBP, saya jadi ingat, kalau beli makanan dari gerobak pinggir jalan di sepanjang jalan Senopati Jakarta. Makannya di dalam mobil masing-masing dan bisa dipastikan setiap pembeli menyiapkan alat makan sendiri.

Di masa kini, kita yang sudah kena globalisasi, gerobak makanan kita sebut Food Truck. Karena yang pedagang di trotoar kaki lima sekarang menggunakan bagasi mobilnya untuk menata makanan jualannya.

Satu lagi, bahan makanan yang dianjurkan adalah organik dan sebisanya menghindari makanan cepat saji.

Ya, di masa lalu, — belum jamannya berbagai macam obat-obat kimia dalam bidang pertanian dan perkebunan. Pertumbuhan dan kesuburan alami dengan menggunakan pupuk kandang.

Bioskop

Yang menarik adalah bioskop. Yang punya mobil akan ke Drive-In Cinema dan yang lainnya akan ke gedung bioskop luar-ruang misbar singkatan dari gerimis bubar di masa kecil saya. Sekarang disebut nobar kependekan dari nonton bareng. Ini dunia hiburan yang akan trendi di banyak kota besar.

Pelesir

Yang saya bayangkan, pangsa pasar pertama yang akan melakukan perjalanan pasca COVID adalah keluarga-keluarga kecil. Dengan mobil-mobil yang cukup untuk ber-enam. Mobil pariwisata adalah mobil terbuka dan jenis-jenis mobil ber-AC yang muat untuk enam penumpang dengan sekat antara sopir dan penumpang. Seperti limousine service dan taxi di beberapa negara Eropa.

Di jaman saya tahun 70 – 80an, bahagianya naik colt diesel itu tanpa AC pulang-pergi Malang – Surabaya atau piknik bersama keluarga ke tempat-tempat lain berjarak tempuh sekitar empat jam.

Kemudian traveling menjadi hal yang mewah dan mahal. Ngurus surat ini itu dan ngisi form ini itu termasuk harus suntik vaksin sesuai aturan destinasi yang dituju. Apa bedanya dengan wacana dan peraturan yang sedang disusun saat ini?

Lebih jauh lagi, bagaimana dengan cara kerja dan pemikiran marketing industri perhotelan dan pariwisata saat ini dan beberapa bulan ke depan menghadapi COVID-19 under control dan program recovery-nya?

Faktanya pangsa pasar tidak mendukung secara global. Penawaran yang sedang beredar adalah Cost Price Long Staying, dan gencar dengan Pay Now Stay Later.

Semua strategi ini tentunya telah diperhitungkan dengan matang oleh menejemen perusahaan masing-masing. Mode bertahan hidup. Ini semacam aksi yang sama dimana-mana, sea of similarity.

Akhirnya, bagaimana rencana masa depan kepariwisataan termasuk aksi jangka pendek dan panjangnya?

Bukan lagi inovasi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dalam persiapan meluncurkan kembali perjalanan dan pariwisata berkelanjutan dunia. Melainkan membuka akses lintas batas seperti sebelumnya dan melonggarkan segala peraturan rumit yang disiapkan oleh masing-masing pemerintahan di seluruh dunia. Dengan prioritas jaminan kesehatan untuk semua tingkat kemampuan ekonomi wisatawan di semua destinasi tetap di urutan nomer satu dan biayanya terjangkau.

Bali, 06 Juni 2020

Jeffrey Wibisono V.

Hospitality Consultant Indonesia in Bali Jeffrey Wibisono V. namakubrandku Telu Learning Consulting Writer Copywriter

Juga dipublikasikan di

Share this: